Studio.
Reggie menatap studio milik Galen dengan pandangan berbinar, di dalam hatinya ia terus berdecak kagum karena gedung itu.
Gedung nya memang hanya terdapat 2 lantai dan biasa namun saat masuk kedalam suasana minimalis juga modis. Berbanding dengan nampak luarnya.
“Maaf ya, studio nya emang kecil. Tapi aku usahain dengan secepatnya, studio nya pindah ke gedung yang lebih luas” Reggie menoleh kearah kekasihnya yang sudah mengalungkan kamera di lehernya.
“Ga terlalu kecil kok, terus desain minimalis nya bikin ruangan serasa luas” Ujarnya hingga sebuah usakan rambut pun Reggie dapat dari pacarnya itu.
“Nanti kalo studio nya pindah gedung, kamu mau desain ruangan nya ga?” Reggie seketika mengangguk dengan antusias.
“Mau! Yaudah, dari sekarang aku pikirin desain yang cocok deh. Tapi aku harus keliling studio ini biar dapet inspirasi“
“Iya, boleh sayangku~ tapi peluk sama cium dulu ya? Biar aku semangat hehe” Reggie mendengus pelan.
“Ga liat ini dimana?!“
“Studio nya punya aku ini, re~” Reggie memutar bola matanya dengan malas namun beberapa detik kemudian ia melakukan permintaan dari sang kekasih.
Cup! Grep!
“Semangat kerjanya, Alen~“
Galendra tersenyum sambil mengeratkan pelukan mereka, sebelum pelukan terlepas ia menyempatkan untuk mengecup puncak kepala Reggie dengan lembut.
“Hp kamu jangan di silent, biar aku gampang hubungin kamu nya. Oke?“
“Siap, kapten!“
Kemudian mereka pun saling berpencar untuk melakukan kegiatan masing-masing.
Setelah selesai mengeliling gedung itu, Reggie memilih untuk menghampiri ruangan tempat Galen berada. Ia bergerak dengan pelan agar tidak mengganggu kegiatan orang-orang disana.
Mata Reggie terus berpendar ke seluruh ruangan, disana ia melihat ada tukang rias yang sedang mendandani model, beberapa orang yang sibuk menyiapkan properti, juga kekasihnya yang sibuk memotret salah satu model. Dari suasana yang ia perhatikan, Reggie menyimpulkan konsep kali ini adalah winter. 2 model perempuan yang sedang Galen potret sangat cantik dan masuk ke dalam konsepnya, begitu pikir Reggie.
Saat sedang asik memperhatikan, tiba-tiba ada yang menyenggol bahu Reggie dan senggolan itu hampir membuat Reggie jatuh.
Reggie menatap bingung kearah perempuan yang nampak acuh setelah menabraknya, karena dia pergi begitu saja menghampiri Galen tanpa meminta maaf pada dirinya terlebih dahulu.
Mungkin ada urusan penting sama alen begitu pikir Reggie.
Namun pikiran itu pupus saat kedua matanya melihat dengan jelas apa yang perempuan itu lakukan pada Galen. Memberikan botol minum, menggandeng lengan kiri Galen dan mengobrol dengan jarak yang dekat. Yang lebih membuat Reggie tak habis pikir, Galen merespon dan membiarkan semua itu.
Mereka saudara? Teman? Sahabat? Atau bagaimana? pertanyaan lain muncul di benak Reggie.
Reggie menghela nafasnya pelan, ia mencoba menyingkirkan pikiran buruknya kemudian berjalan ke arah luar ruangan tersebut.
Kini Reggie duduk di kursi yang sengaja disediakan di dekat pintu masuk utama, ia menatap sepatunya dengan pandangan kosong.
“Re?“
“Ya?“
“Loh, kamu beneran Reggie?“
“Maaf? Siapa ya?“
Reggie menatap bingung orang yang baru saja memanggilnya itu dan sekarang sudah duduk di kursi sebelahnya. Hingga sebuah uluran tangan pun Reggie dapatkan.
“Gue Jean, salam kenal ya“
“Oh? Kak Jean yang suka bantuin Alen?
“Yaps“
Reggie tersenyum kemudian membalas uluran tangan tersebut, “Halo, kak Jean. Aku Reggie hehe“
“Ahahaha, iya salam kenal. Nunggu Galen kan?“
“Betul!“
“Yaudah, gue temenin mau?“
“Mau!“
Akhirnya ada temen ngobrol...
Reggie mengambil nafas sejenak untuk menghilangkan rasa gugupnya, ia menatap pintu ruangan yang ada di depannya itu dengan sedikit takut. Kemudian tangan nya terangkat untuk mengetuk pintu tersebut.
Tok! Tok! Tok!
Pintu sudah ia ketuk 3 kali namun tidak mendapatkan respon apa-apa, hingga Reggie pun memilih untuk langsung membuka pintu tersebut. Toh, ini ruangan milik kekasihnya.
Ceklek
“Re—?!“
Reggie menatap pemandangan yang ada didepannya dengan pandangan tidak percaya. Tubuh Reggie seketika bergetar, tangan kanan nya tergerak untuk menutup mulutnya dan matanya menyiratkan keterkejut-an yang luar biasa.
Disana ia melihat laki-laki yang ia cintai sedang memangku seorang perempuan. Reggie tidak tahu apakah itu posisi yang di sengaja atau bukan, otak nya saat ini tidak bisa berpikir jernih.
“Re, aku bisa jelasin—” Reggie menggeleng pelan.
“A—aku tunggu di pintu utama, kalian selesaikan saja dulu urusan kalian tadi. Maaf sudah menganggu” Kemudian Reggie pun berjalan meninggalkan ruangan tersebut.
Astaga, sudah lama ia tidak merasakan sesak seperti ini.
Sedangkan Galen kini tengah mengusak surainya dengan kasar kemudian mendengus kencang.
“Tadi itu pacar lo?” Galen mengangguk kemudian beranjak dari duduknya sambil merapihkan pakaian nya.
“Lain kali hati-hati. Gue gatau lo sengaja atau bukan, tapi karena perbuatan lo ini... cowo gue jadi salah paham sama gue” Perempuan itu memutar bola matanya sambil berdecak.
“Pacar lo aja yang terlalu dramatis” Kalimat itu membuat Galen mengepalkan tangan nya.
“Rai, gue pernah bilang kan. Jangan ganggu gue lagi karena gue udah punya pacar, mau lo deketin gue dengan cara apapun gue ga bakal suka sama lo” Perempuan itu menyirangi.
“Oh ya? Tapi buktinya, lo terus ngerespon semua perlakuan gue? Keliatan juga kalo lo fine fine aja, yakin lo cinta sama pacar lo itu?“
Galen menatap datar perempuan yang ada didepannya itu.
“Terus apa? Lo mau gue secara terang-terangan jauhin lo dan nolak semua perlakuan lo di depan banyak orang?“
“Ck, Rai gue respon karena gue gamau lo nanggung malu di depan banyak orang. Dah ya, masalah kamera kelar jadi gaada alasan lagi buat lo dateng nemuin gue kan?” Galen membalikkan tubuhnya kemudian mulai berjalan untuk menghampiri kekasihnya.
“LO JAHAT!“
Langkah Galen terhenti.
“Sebenernya yang jahat siapa sih? Lo barusan udah bikin pacar gue sakit hati terus ngatain dia dramatis. Rai, lo tau ga sih? Orang-orang studio selalu bilang kalo lo tuh cewe yang dramatis banget” Setelah itu Galen pun berlari meninggalkan perempuan yang kini tengah merasa malu itu.
Galen berlari menuju sang kekasih dengan terburu-buru, ia menatap area pintu utama. Namun nihil, ia tidak menemukan siapapun selain orang yang berlalu lalang.
Kaki nya pun melangkah kearah luar gedung untuk mencari sosok Reggie hingga matanya menemukan sosok itu.
Galen melihat Reggie yang sedang masuk kedalam mobil milik orang yang ia kenal lalu mobil itu pun melaju pergi.
“Sial“