Dinner.
Galendra menatap sebuah rumah yang berukuran lumayan besar itu dengan tatapan kagum. Namun perasaan gugup pun tiba-tiba melingkupi dirinya, tangan kanannya kian mengeratkan pegangan pada buah tangan yang ia bawa. Hingga getaran handphone di saku celananya membuat fokusnya teralihkan.
“Halo, re?“
“Halo, alen!! Kamu udah sampe?“
“Udah nih, aku di depan gerbang“
“He?! Bentar, aku bukain pagernya“
Galen tersenyum tipis kala mendengar kekasihnya yang hampir memekik karena panik.
“Gausah buru-buru, sayang. Aku ga bakal kabur kok“
“Bener ya?! Yaudah, bentar. Aku matiin telpon nya“
Lalu sambungan pun terputus. Galen menghela nafas nya pelan guna menghilangkan sedikit rasa gugupnya.
Klek!
“ALEEENNN“
Grep!
Galendra yang mendapat pelukan tiba-tiba langsung menyeimbangkan tubuhnya. Tangan kirinya dengan reflek pun membalas pelukan pemuda mungil yang kini memeluknya itu.
“Kangen huhu“
Suara yang teredam karena pelukan itu membuat Galendra sontak tersenyum kecil lalu bibirnya bergerak cepat untuk mengecup puncak kepala sang kekasih.
“Aku juga” ujar Galen dengan pelan.
“Ehem” Suara deheman rendah itu membuat Reggie melepaskan pelukan itu.
“Ayah! Jangan bikin kaget dong~“
Cahya, Ayah dari Reggie yang mengintrupsi kegiatan Galen dan kekasihnya itu pun hanya tertawa.
“Maaf, lagian kenapa di depan pager sih? Ayo ke dalem, bunda nungguin tuh” Ujarnya kemudian menatap Galen sambil tersenyum.
Galen pun juga membalas senyuman itu. “Yaudah kalo gitu, ayo kita masuk!“
Galen menatap takjub meja makan yang ada di depannya. Meja itu terisi berbagai jenis makanan yang sangat terlihat enak. Di dalam hatinya, Galen terus mengucapkan kalimat kagum.
“Nak Galen?“
Sang pemilik nama pun langsung menoleh kearah satu-satunya wanita di rumah itu. “Kenapa, bun?“
“Makasih udah nyempetin dateng dan buah tangan nya tadi ya” Galen mengangguk pelan sambil tersenyum.
“Terimakasih kembali, bun“
“Alen” Kini Galen menoleh kearah kekasih nya yang duduk bersebrangan dengan dirinya.
“Hm?“
“Kamu beli cookies nya dimana?” Pertanyaan dengan nada polos itu membuat semua orang disana tersenyum tipis.
“Di toko yang sama waktu aku beliin kamu—“
“Oh! Tempat itu?! Cookies nya menu baru?“
Galendra menatap Reggie dengan pandangan bingung, mengapa kekasihnya nampak antusias sekali pada malam ini?
Begitu pikir Galen. Lalu, belum sempat dirinya merespon sang kepala keluarga dari rumah itu pun bersuara.
“Rere, ayah bilang kan. Sebelum makan malam, jangan konsumsi gula dulu. Jadinya gini kan, terlalu semangat dan agresif“
“Tau nih, bunda juga udah ngingetin buat makan cookies nya nanti. Tapi kamu malah langsung nyomot aja“
Reggie hanya menampilkan cengirannya saat mendengar ucapan dari kedua orang tua nya.
“Maaf, yah... maaf juga bunda...“
“Yasudah, ayo kita mulai makan aja. Ayah udah laper nih“
“Yuk yuk. Nah, nak galen jangan sungkan buat ambil makanannya. Anggep aja kamu lagi makan di rumah sendiri“
Mendengar hal itu, Galen seketika terdiam sejenak namun senyuman di bibirnya pun terbit seketika.
“Iya, bun“
Hangat.
Makan malam pun berjalan dengan lancar, keluarga Reggie benar-benar memperlakukan dirinya dengan baik. Mereka seperti menganggap Galen adalah anggota dari keluarga mereka dan Galen merasa bahagia akan hal itu.
Makan malam pun selesai. Kini mereka semua sedang sibuk membersihkan bekas-bekas makanan mereka. Galen dan Ayah Reggie mengangkat piring dan peralatan makan yang ada di meja sedangkan Reggie dan bundanya tengah mencuci piring.
“Bun, meja nya udah bersih” Pria yang sudah memasuki umur kepala empat itu berujar pada istrinya.
“Iya, makasih sayang~” Setelah mendapatkan respon dari sang istri, Ia pun berjalan mendekati Galen.
“Nak Galendra” Galen yang tengah menatap jendela pun langsung menoleh.
“Ya? Kenapa, yah?“
“Kamu bisa main catur?“
“Lumayan, yah“
“Mau coba main sama saya?“
Galen pun mengangguk lalu berjalan kearah ruang tamu, mengikuti ayah dari kekasih hatinya.
“Re, nyuci piring nya yang bener” Suara itu membuat Reggie menoleh.
“Ehehehe, maaf bunda~“
“Ckck, kamu liatin apa sih?“
“Itu, Ayah sama Alen lagi main catur” Jawaban itu membuat sang Bunda turut menatap apa yang ia lihat tadi.
“Menurut kamu siapa yang menang?” Reggie berpikir sejenak sambil melanjutkan acara cuci piringnya.
“Hmm... menurut aku Alen“
“Oke, bunda pilih Ayah. Kalo pilihan kita betul, yang kalah harus traktir yang menang. Gimana?“
Reggie tersenyum kearah sang bunda lalu mengangguk antusias, “Oke, deal!“
Di sisi lain.
“Hubungan kalian berdua sudah sejauh mana?” Ujar Cahya sambil menggerakkan pion hitamnya.
“Masih sebatas pacaran, yah” Jawab Galen sambil menatap permainan itu.
“Menurut kamu, anak saya itu seperti apa?” Cahya mengambil satu pion milik Galen kemudian menggerakan pion nya yang lain.
“Dia orang yang baik, senyum nya manis, masakan nya enak dan dia selalu berhasil buat hari buruk saya selalu membaik” Tangan Galen kini bergerak untuk mengambil poin hitam yang masuk ke dalam area nya.
“Oh, pengamatan yang bagus. Lalu, apa rencana kalian berdua kedepannya?” Tangan besarnya menggerakan salah satu kuda hitam miliknya.
“Setelah saya sukses, saya akan menikahinya” Galen pun turut menggerakkan kuda putihnya.
“Apa butuh waktu yang lama?” Tangan Cahya bergerak untuk memindahkan pion raja.
“Saya usahakan secepatnya” Dua kuda hitam sudah berada di tangan Galen.
“Jika saya menolak?” Kini salah satu pion nya berhasil melewati benteng dari lawan.
“Maka saya akan berusaha mendapatkan restu dari anda” Pion-pion penting Galen sekarang sudah berada di dekat area pion raja dan ratu lawan.
“Kamu benar-benar mencintai anak saya?” Salah satu kuda putih milik Galen, berhasil di ambil oleh dirinya.
“Ya, saya sangat mencintai anak anda“
Tak!
“Sekakmat“
“YES! BUNDA, ALEN YANG MENANG!! JANGAN LUPA TRAKTIR AKU YA!” Suara teriakan itu membuat kedua dominan tersebut langsung menoleh.
“Heh, kamu daritadi nonton?” Reggie mengangguk untuk menanggapi ucapan sang Ayah.
“Dasar, bukannya dukung ayah“
“Kalo aku dukung ayah, kasian Alen gaada yang dukung“
Galen terkekeh pelan saat melihat pertengkaran kecil antara ayah dan anak itu. Cahya kini menoleh kearah lawan main nya tadi.
“Permainan yang bagus. Kamu lulus” Galen terdiam saat mendengar ucapan itu. Hingga saat ayah kekasihnya itu sudah beranjak dari duduknya, ia pun masih terdiam.
Reggie langsung berjalan mendekat kearah Galen, ia duduk di sebelah pemuda itu kemudian menggenggam tangan kanan nya.
Galen tersentak sebentar kemudian menoleh kearah Reggie.
“Maksud ayah kamu apa, re?“
“Kamu lulus buat jadi pasangan aku“
Mata keduanya saling bertemu, menghantarkan perasaan bahagia yang dengan perlahan datang. Tangan Galen kian mengeratkan genggaman keduanya.
“Serius?“
“Uhm!“
“Re, mau berjuang bareng aku?“
“Aku mau!“
Kini Galendra hanya perlu fokus untuk membahagiakan Kekasihnya juga mengembangkan usahanya. Semangat ya.
Everything went smoothly and he is happy about it.