Kencan.
Reggie menatap lemari bajunya dengan pandangan sebal dan bibir yang mengerucut.
Astaga, baju apa yang harus ia pakai hari ini?
Kira-kira itulah yang ada dibenak Reggie saat ini. Dia menghela nafasnya gusar dan mengusak rambutnya yang masih sedikit basah karena dia baru saja pergi mandi.
Sedangkan Galen yang sudah siap kini sedikit mengintip kondisi kekasihnya dari pintu yang sedikit terbuka, dia melihat Reggie yang nampak sedang bingung pun langsung memutuskan untuk mengetuk pintu nya dengan pelan.
Reggie langsung menoleh lalu matanya sedikit membulat saat melihat sang pelaku yang mengetuk pintu nya. “Eh—?” Galendra tersenyum tipis saat melihat wajah terkejut Reggie.
“Aku boleh masuk, gak?” Reggie pun mengangguk patah-patah.
Langkah kaki Galen pun bergerak mendekati sang pemilik kamar, dia pun berdiri di samping Reggie.
“Kenapa?” Mendengar pertanyaan itu, Reggie langsung menatap Galen dengan raut sedih dan bibir yang sedikit mengerucut.
“Aku bingung mau pake baju apa” Jawab Reggie dan Galen langsung terkekeh pelan. Tangan kanan nya bergerak untuk mengusap rambut Reggie dengan lembut.
“Pake baju santai aja, Re. Kita cuman mau ke taman kota” Reggie pun mengangguk paham, langsung saja tubuhnya bergerak untuk mengambil beberapa pakaian.
“Re, isi lemari kamu kenapa sedikit? Terus—” Galendra mengedarkan pandangan nya kearah kamar itu.
“— kok udah hampir kosong aja?” Reggie hanya menampilkan sebuah cengiran.
“Beberapa barang udah aku packed biar ga mendadak banget besoknya” Ujar Reggie dengan santai sedangkan Galendra kini terdiam.
Melihat keterdiam-an Galendra, Reggie pun berinisiatif untuk mengibaskan tangannya di depan wajah Galen.
“Halo? Alen?“
Galen pun tersadar.
“A—ah, iya. Yaudah, aku tunggu di ruang tamu ya” Kemudian pintu kamar pun tertutup, Reggie menatap pintu itu dengan pandang yang sedikit redup.
Ia paham, mengapa Galen bersikap seperti itu.
Beberapa menit berlalu, Reggie pun selesai berganti pakaian. Kini ia sudah memakai kaos putih yang dibalut kemeja biru juga celana jeans hitamnya.
“Alen?” Panggilnya saat tidak menemukan Galen di ruang tamu, matanya mengedar ruangan tersebut hingga ketemu lah dengan orang yang ia cari.
Reggie berjalan menuju balkon dekat dapur, ia menggeser pintu kaca itu lalu berjalan mendekati orang yang sedang berdiri di dekat pagar pembatas tersebut.
“Alen...” Suara lirih itu membuat Galendra tersentak, ia dengan cepat menoleh kearah Reggie dan kekasihnya itu ternyata sudah ada di sebelahnya.
“Maaf, Re. Yuk?” Reggie menatap Galendra sebentar, “Kamu masih mau date di taman? Kalo gamau gapapa, date disini juga bukan pilihan yang buruk” ujar Reggie dengan sebuah senyum tipis.
Galendra diam sejenak lalu berkata, “Gapapa?” Pemuda manis di depannya pun langsung mengangguk.
“Aku buat minuman dulu buat nemenin date kita” Kemudian Reggie pun berbalik dan mulai berjalan kearah dapur. Namun, baru ketika kaki nya akan melangkah suara, Galen berucap “Maaf ya“
Reggie menolehkan sedikit kepalanya kearah Galen, menatap mata sang dominan lalu mengangguk sambil menampilkan senyum cerah nya.
Kini kedua orang yang baru resmi menjadi pasangan itu tengah duduk di kursi balkon apartemen milik Galendra. Mereka hanya diam, menatap kumpulan awan yang mulai memberikan ruang untuk matahari. Suara lalu lalang kendaraan terdengar jelas dari bawah, beberapa suara tetangga apartemen pun terdengar dengan samar.
“Alen“
Suara lembut Reggie memecahkan keheningan antar keduanya.
“Kalo liat langit gini kamu selalu inget hal apa?” Itulah topik pertama yang Reggie ambil untuk bahan pembicaraan.
“Entah...” Jawab Galen dengan suara pelan namun terdengar seperti akan berlanjut, oleh karena itu Reggie kini memilih diam.
“Yang paling aku inget sih, kenangan aku sama kedua orangtua ku. Waktu dimana kita piknik di taman dan aku sama papa main bola, terus mama yang teriak 'hati-hati! Awas jatoh!' Itu sih yang selalu aku inget. Karena kita selalu nyempetin pergi piknik di hari minggu“
Reggie menatap Galen dengan raut sedih, ia ingin mengatakan sesuatu namun entah mengapa rasanya lidah nya itu kelu seketika dan dadanya terasa sakit saat melihat mata kekasih nya itu menyiratkan sendu juga rindu.
“Kenangan yang indah dan aku bersyukur bisa ngerasain hal itu sama mereka” Salah satu cerita masa lalu miliknya pun ditutup. Kini Galen beralih untuk menatap sang tambatan hatinya.
“Kalo kamu?“
Reggie tersentak kecil, matanya menatap mata Galen sebentar kemudian tertawa kecil. Tangan mungilnya bergerak untuk mengusap tengkuknya dengan pelan. Gerak-gerik yang asing dimata Galen, pasalnya selama sebulan ini ia belum pernah melihat tingkah Reggie ini.
Apa dia salah?
“Aku ya... gaada yang spesial sih. Aku cuman suka langit, karena setiap liat langit aku suka berangan-angan untuk pindah ke planet lain hehehe“
Jawaban yang singkat namun membuat Galen menggelengkan kepalanya.
“Kenapa mau pindah dari bumi?“
Reggie menggigit bibir dalamnya, menatap langit terang itu dengan resah, tangannya bergerak untuk mengusap paha yang tertutup celana itu.
“Re?“
“Aku kurang suka sama beberapa kenangan hidupku yang terbentuk di bumi ini“
Galen seketika bungkam, Reggie pun langsung memejamkan matanya dan mengatur nafasnya yang sempat tersendat tadi.
Hening melanda sejenak. Hingga,
“Re... kamu masih mikirin kejadian itu?” tanya Galen dengan pelan dan Reggie hanya mampu mengangguk sambil menunduk.
“Gimana bisa aku lupain itu semuanya dengan cepat, Alen? Aku mau lupain sikap mereka yang dulu, tapi susah. Ak—aku susah bu—“
Suara decitan kursi menghentikan kalimat Reggie, kepala pemuda manis itu pun sedikit terangkat untuk melihat apa yang kekasihnya lakukan dan tepat di depan matanya, kini ada Galen yang berlutut di depannya.
Wajah keduanya hanya berjarak beberapa senti, kepalan tangan diatas paha Reggie pun sudah di genggam lembut oleh Galen, mata mereka bertatapan saling menyelami jelaga antara satu sama lain.
“Hei? Jangan ditahan ya, sayang? Disini cuman ada aku, gaada mereka disini. Jadi, luapin semuanya. Jangan takut, Re“
Suara berat namun lembut itu membuat tubuh Reggie bergetar dengan perlahan, matanya mulai berkaca-kaca, nafasnya pun mulai kacau.
“Alen, aku jahat ya kalo gabisa lupain semua itu?“
Galen tersenyum tipis, “Engga, cantik. Kamu ga jahat“
“Alen, mereka udah sayang sama aku kan?“
“Iya, Re. Mereka udah sayang banget sama kamu“
“Alen, aku bukan beban mereka kan?“
“Bukan, kamu anugerah yang Tuhan kirim buat aku dan mereka“
“Alen...“
“Maaf karena buat kamu nahan semua itu sendiri selama ini ya? Sekarang aku disini, kita sudah bersama, jadi gaada alasan buat nahan semuanya sendirian lagi kan?“
Reggie menatap Galen dengan mata yang berlinang air mata, hidungnya sedikit berwarna merah dan bibirnya dengan pelan mengeluarkan suara isakan.
“Alen.... boleh peluk ga?“
Galendra yang tidak bisa lagi menahan gemas pun langsung tertawa kemudian bergerak untuk memeluk pemuda manis itu, ia menenggelamkan wajah manis kekasihnya di dada, menumpukan dagunya di puncak surai Reggie, dan tangannya terus mengusap punggung sempit itu.
“Re“
“Hum?“
“Kalo kamu lagi overthinking gini lagi, kamu bisa bilang ke aku. Ceritain yang ada di pikiran juga hati kamu, aku siap kok buat dengerin itu semua dan jadi sandaran kamu“
Setelah berucap seperti itu, Galen merasakan tangan Reggie sudah melingkar sempurna di pinggangnya. Pelukan itu makin mengerat.
“Makasih Alen...“
“Terimakasih kembali“
“Alen“
“Hm?“
“Sejak kapan kamu ngomong banyak gini?“
“Oh? Terus mau aku kaya dulu lagi?“
“Engga lah— eh, Jangan! Ih, jangan di lepas peluknya~ aku masih mau~“
“Kalo ga di lepas aku dapet apa?“
“Kiss!“
“Heh?!“
“Hehehe sayang alen~“
Mendengar hal itu sontak Galen pun mendengus pelan namun beberapa detik kemudian sepintas ide jahil muncul di kepalanya.
Pemuda itu sedikit melonggarkan pelukan dan hal itu membuat Reggie bingung. Tapi kejadian selanjutnya langsung membuat Reggie mendorong Galen dengan kencang hingga pelukan terlepas dan ia pun lari menuju kamarnya.
Ingin tahu apa yang terjadi?
Galendra sedikit mendekatkan bibirnya di telinga milik Reggie kemudian berucap,
“I love you too, my baby. So, which part are you going to kiss?“
“ALEN SEKARANG SEREM! JANGAN DEKET-DEKET AKU DULU!“
Dan yah... kencan itu pun berakhir dengan Galen yang membujuk Reggie untuk kembali melanjutkan kencan mereka.
Walau begitu, di kencan kali ini Galendra tahu akan sesuatu. Yaitu, ternyata Reggie itu memiliki sisi seperti ini. Mungkin saja jika hari ini ia pergi ke taman, ia tidak akan pernah tahu akan hal ini.
Intinya, Galendra berharap untuk kedepannya hubungan antara dirinya dan Reggie bisa bertahan dengan baik. Sepertinya, Galen akan terus mencoba menjaga komunikasi dengan Reggie dengan kencan seperti ini lagi.
Kencan dengan acara saling bercerita? Bukan pilihan buruk.
because with this, we can get to know each other well.