Terima.

Hares tersenyum dikala melihat sosok sang perebut hatinya yang kini sedang menatap hamparan bintang dengan berbinar. Bibir sosok itu terus bergumam pelan, melontarkan kata kagum akan langit malam itu.

“Suka?” Raden mengalihkan pandangannya, menatap Hares dengan senang lalu mengangguk semangat.

“Nemu tempat gini dari siapa?” Tanya nya.

“Ayah ku” Jawab Hares dengan pelan sambil menatap hamparan bintang yang bersinar dengan indah. Sedangkan Raden kini sedang memperhatikan pemuda yang ada di sebelahnya dalam diam.

“Ares” panggilan itu membuat Hares menoleh dan menatap Raden dengan bingung.

Raden memposisikan diri untuk duduk di hamparan rumput itu dan mengisyaratkan Hares untuk duduk juga. Kini keduanya sudah duduk dengan nyaman.

“Ares... hubungan kita kok bisa ya sedekat ini? Padahal kita kenal aja baru banget” Hares tersenyum tipis seraya tangannya terangkat untuk merapihkan surai halus milik Raden.

“Karena kita jodoh” jawaban itu membuat Raden mendengus sebal.

“Yang bener aja, jawaban kamu gitu terus setiap aku nanya hal ini” Hares terkekeh pelan.

“Terus aku harus jawab gimana? Toh, kalo bukan jodoh kenapa kita di pertemukan oleh semesta dan bisa sedekat ini dalam waktu singkat?” Raden terdiam dan Hares juga diam.

Keduanya sedang menikmati pemandangan indah yang ada di depan mata mereka. Raden menikmati hamparan bintang di langit malam dan Hares menikmati wajah cantik milik Raden.

“Kamu kenapa bisa cantik gini sih?” Raden memutar bola matanya malas.

“Aku cowo”

“Terus kalo cowo gaboleh cantik?” Raden pun memilih untuk menghembuskan nafasnya, tanda ia malas untuk berdebat dengan Hares.

“Aden”

“Hm”

“Aden~”

“Apa, ares?!”

Raden menoleh kearah Hares dengan kesal dan betapa terkejutnya dia saat melihat Hares yang sedang menatapnya dengan dalam. Manik keduanya saling beradu, mencari sesuatu dan mencoba menyampaikan sesuatu.

Tangan kanan Hares terangkat untuk menangkup pipi kiri Raden lalu mengusapnya dengan lembut. “Raden, apa usaha aku selama ini sudah cukup membuat kamu jatuh hati padaku?”

Raden diam sejenak lalu mengangguk pelan, “Iya. Kamu berhasil, Ares” Mata Raden pun langsung terpejam untuk menikmati usapan Hares.

Sang dominan tersenyum, “Kalo begitu, apa kamu keberatan untuk mengubah status 'pertemanan' kita menjadi 'sepasang kekasih'?” Mata Raden terbuka seketika, ia menatap Hares dengan pandangan tidak percaya.

“Kamu serius?”

“Iya”

Raden meneguk ludahnya dengan kasar, tanganya tanpa sadar meremat ujung bajunya. “Ares, apa kita bisa terus bersama?”

Pertanyaan itu membuat Hares terdiam sejenak lalu seulas senyum tipis pun terbit, “Aku gatau gimana jalan takdir kita nanti, tapi aku bakal berusaha buat selalu bersama kamu” jawaban itu cukup membuat Raden untuk mengangguk.

“Aku ga keberatan untuk mengubah status kita, Ares”

Mendengar jawaban itu seketika Hares langsung memeluk Raden dengan erat juga mencium puncak surai milik Raden beberapa kali.

“Aku gabisa nafas kalo kamu kaya gini, Ares!” Mendengar hal itu membuat Hares sedikit melonggarkan pelukan mereka.

“Maaf, habisnya aku seneng banget”

“Dasar”

“Ares”

“Hm?”

I love you too

Hares terdiam sejenak, memproses kalimat yang baru saja Raden ucapkan dan Raden tengah menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Hares.

“Kamu bilang apa tadi?”

“Gaada pengulangan”

“Aku ga paham ini”

“Bodo amat!”

“YA TUHAN, PACAR GUE GEMES BANGET”

“BERISIK HARES JELEK!”

“AAAAA ADEN BILANG AI LOP YU KE GUE WOY”

“ARES!”

Aku akan berusaha untuk terus bersama kamu, Raden Akala.