Kejelasan.
cw // kiss
Setelah acara latihan memotret, kini Reggie dan Galen sedang duduk diatas rerumputan hijau dengan beralaskan sebuah kain yang Reggie bawa sebelumnya.
Memandang langit biru yang dihiasi awan putih tebal juga menikmati semilir angin yang berhembus dengan pelan namun sejuk.
Hening melanda mereka.
Keduanya seperti sedang sibuk memikirkan sesuatu di kepala mereka. Menahan rasa penasaran akan sesuatu di dada dan mencoba merangkai kalimat di dalam hati untuk mendeskripsikan resahnya.
Hingga keheningan itu terpecah oleh,
“Alen“
Reggie berujar dengan pelan, tanpa menoleh kearah orang di sampingnya. Sang pemilik nama merasakan gugup saat mendengar namanya di sebutkan, ia pun membalas panggilan itu dengan sebuah deheman singkat.
“Lusa aku pulang“
Tiga kata yang mampu membuat jantung Galen terasa berhenti sejenak, sesak mulai terasa dengan perlahan di dadanya. Ia meremat kedua tangannya yang sedang bertumpu diatas rerumputan tersebut.
“Terus?“
Reggie menggigit bibir bawahnya sebentar lalu mengambil nafas yang panjang. Matanya ia coba untuk menatap sang lawan bicara dan tanpa ia sangka orang itu juga sedang menatap dirinya.
Mata keduanya saling menatap. Tatapan mereka menyiratkan akan sesuatu yang sama-sama tidak di pahami antar satu sama lain.
Reggie maupun Galen hanya tahu satu hal dari tatapan tersebut, yaitu mereka berdua sedang bingung.
Bingung akan sebuah benang yang mereka buat selama ini. Benang yang hanya mereka berdua dapat rasakan namun mereka tidak bisa menyebutkan arti dari benang tersebut.
“Alen, apa kamu udah tau dengan jelas tentang perasaan kamu ke aku?“
Angin semakin berhembus dengan sedikit kencang, membuat rambut keduanya menerpa wajah dan mengenai mata mereka. Namun hal itu tidak membuat tatapan antar keduanya terputus.
“Kenapa nanya gitu?“
Pertanyaan yang dibalas dengan pertanyaan lagi.
“Aku— cuman mau kejelasan tentang kita” Lirih Reggie kemudian ia menundukkan kepalanya.
Membuat kontak mata antar keduanya langsung terputus. Kalimat lirih yang Reggie sebutkan sangat mampu membuat Galendra merasa bersalah.
“Kenapa tiba-tiba kamu mau sebuah kejelasan itu?“
Reggie mendongakkan kepalanya, “Karena kejelasan itu bakal jadi penentu hal apa yang akan aku lakukan di masa depan nanti“
“Apa yang bakal kamu lakuin kalo aku ga pernah merasakan hal yang sama seperti kamu sekarang ini?“
Reggie tersentak pelan saat mendengar itu, matanya menatap Galendra dengan pandangan tidak percaya. Hingga ia mulai merasakan matanya yang semakin memanas.
Ia ingin menangis.
Dengan mencoba untuk nampak biasa saja, Reggie pun menjawab dengan santai
“Kalo begitu, aku bakal pergi. Pergi yang jauh dari kamu, buat lu—“
Cup!
Reggie mengerjapkan matanya, tubuhnya seketika menegang, jantungnya berpacu dengan cepat, juga bibirnya terasa sangat kelu.
Tepat sebelum ia menghabiskan kalimatnya, Galendra langsung menabrakan bibirnya pada bibir Reggie. Sekedar menempel namun terasa sangat luar biasa.
Reggie menatap mata Galendra yang kini sedang terpejam, seakan menikmati penyatuan bibir mereka tersebut. Dengan perlahan ia pun turut menutup kedua matanya, mencoba untuk menikmati itu.
Galendra yang merasakan tubuh Reggie dengan perlahan rileks, langsung dengan gerakan lembut melumat bibir itu. Tangan nya terangkat untuk memegang tengkuk Reggie dan mendekatkan wajah keduanya hingga bibir mereka menjadi sangat dekat.
Reggie meremat sisi baju milik Galendra, alisnya pun sedikit bertekuk saat merasakan nafasnya yang semakin menipis. Ia langsung menepuk dada Galendra beberapa kali, seakan paham dengan maksud si manis, Galendra pun melepas tautan bibir mereka.
Reggie mengambil nafas sebanyak-banyaknya, dadanya bergerak naik turun, wajahnya kini kian memerah padam, dan bibirnya terasa... sangat basah.
Galendra tersenyum tipis saat melihat tingkah laku Reggie. Ia mendekatkan wajahnya pada Reggie kemudian menyatukan kening keduanya. Mata mereka kini saling menatap kembali, menghantarkan getaran yang akhir-akhir ini sering mereka rasakan.
“Re...” Suara lembut nan rendah itu membuat Reggie merasa merinding seketika.
“Jangan tinggalin aku“
Tiga kata lainnya.
Namun kali ini, Reggie yang merasakan jantungnya berdetak dengan sangat kencang.
“Aku sayang kamu“
Lagi, tiga kata lain terucap.
Dan untuk tiga kata ini, berhasil membuat rasa resah juga penasaran dalam diri Reggie dan Galendra pun meluap.
Reggie sudah tahu jawaban dari pertanyaan nya, yaitu Galendra menyukai dirinya juga.
Juga Galendra sudah tahu jawaban dari resahnya selama ini, yaitu ia ternyata menyukai pemuda manis itu.
“Jadi, status kita?“
“Kekasih hati. Aku punya kamu dan kamu punya aku. Untuk selamanya.“
“Makasih, karena udah jawab pertanyaan aku“
“Terimakasih kembali, sayang. Maaf karena membuat kamu menunggu sangat lama untuk kejelasan hubungan kita“
Akhirnya, kejelasan dari benang yang mereka berdua buat terungkap. Semoga bahagia selalu, ya.
we are lovers.