Sanubari.
cw // kiss
Jero dan Jendral saling bertatapan lalu menyunggingkan senyum tipis kemudian tatapan mereka kembali di alihkan pada pemuda manis yang sedang memberikan makan ikan-ikan di sungai.
Entah pemuda ini sadar atau tidak, tapi rasanya ia sudah membuat dunia sendiri. Melupakan dua orang yang membawanya ke tempat indah seperti ini.
Tapi dua orang yang membawa si manis pun hanya diam, membiarkan juga memperhatikan dia dengan tenang. Di temani suara gemercik air sungai, senandung kecil dari si manis juga angin yang berhembus dengan sepoi-sepoi. Suasana yang tenang dan menyenangkan.
Lima belas menit mereka bertahan dalam situasi tersebut, hingga akhirnya Jero merasa bosan.
“Raka, emang ikan sungai nya ganteng? Ampe lo kacangin kita berdua” Raka menolehkan kepalanya kemudian tertawa kecil saat melihat wajah dua pemuda yang sepertinya sudah mulai bosan.
Berdiri dari duduknya kemudian berjalan kearah si kembar, ia membungkukkan tubuhnya untuk mengusap dahi si kembar yang sedikit berkeringat dengan sapu tangan yang ia bawa. Di mulai dari Jero kemudian Jendral dan di akhiri dengan senyuman manis.
Jangan di tanya bagaimana keadaan kembar sekarang, intinya mereka merasa sangat sulit bernafas. Raka membuat dada mereka terasa sesak yang bukan membuat sakit malah membuat bahagia.
“Maaf, gue udah lama ga main di tempat semacam ini” Ucapnya sembari mengambil duduk di tengah-tengah mereka berdua.
Si kembar kini tengah memfokuskan pandangan mereka pada si manis. Sedangkan yang di pandang tengah menatap pemandangan yang ada di depan matanya sambil memikirkan banyak hal.
“Ga kerasa ya... kok udah mau kelas dua belas aja kita?” Gumaman Raka membuat si kembar terkekeh.
“Terus lo mau stuck di kelas sebelas?” Pertanyaan Jero membuat Raka mengangguk.
“Gue ga siap buat jadi anak kelas dua belas” dengan bibir yang sedikit cemberut.
“Tapi lo harus siap” Ujar Jendral sembari menyodorkan minuman kaleng pada Raka.
Raka menerima minuman itu dan langsung menegaknya, “Ah! Seger banget, emang soda paling enak di minum pas siang gini” Ucapnya sambil menatap kaleng minuman itu.
“Kaya lagi iklan aja, kapten” ujar Jero yang ternyata ikut menegak minuman kaleng tersebut.
“Lo seneng, Rak?” Raka mengangguk dengan antusias.
“Banget gila! Makasih udah ngajak gue ke tempat kaya gini!” Jero dengan refleknya langsung mengusak surai halus Raka dan mendapat respon erangan kesal dari sang empu.
Melihat mereka berdua, Jendral langsung berujar sesuatu.
“Raka, lo pernah penasaran ga sih kenapa kita berdua bisa suka sama lo?”
Baiklah, akhirnya topik yang membuat Raka susah tidur beberapa hari ini akan mulai di bahas.
“Hmmm, penasaran. Emang kenapa kalian bisa suka sama gue?” Si kembar saling bertatapan sebentar kemudian Jero pun bersuara.
“Di mulai dari gue. Kenapa gue suka sama lo? Awalnya karena gue terbawa suasana sama semua perlakuan lo. Terutama pas lo masangin dasi gue. Jujur aja, Rak. Lo orang pertama yang kasih gue perhatian segitunya, gue jadi ngerasa di sayang dan di lihat. Yah, selanjutnya gue malah makin jatuh sama pesona lo yang emang menarik banget di mata gue” Penjelasan yang jelas dan tegas dari Jero, entah mengapa membuat Raka jadi sedikit salah tingkah.
“Ehem. Oke, kalo Jendral?”
Jendral tersenyum kecil, “Karena lo orang pertama yang ga mandang rendah tentang hobi gue, ngoleksi ganci. Lo juga yang selalu lihat gue apa adanya, ga kaya orang-orang yang suka lihat sisi sempurna gue doang. Terakhir yang paling penting, karena lo emang layak buat di cintai” Raka kembali berdehem pelan, ia tengah meredakan dirinya yang di landa serangan banyak panah cinta.
“Bukan karena gue manis?” Oke, Raka mengaku ini pertanyaan konyol tetapi sepertinya si kembar menganggap itu pertanyaan serius.
“Itu alasan utama juga pelengkap!” Seru keduanya dan Raka langsung menatap mereka dengan terkejut.
“Anjir, gue cuman bercanda!”
“Tapi itu fakta kok” Ucap Jendral dan Jero mengangguk setuju.
“Ah, udahlah! Jangan bikin gue salting!” Jero dan Jendral pun hanya tertawa saat melihat wajah Raka yang kian memerah.
Lucu!!
“Sekarang lo, Rak. Apa lo juga ngerasain apa yang kita rasain?” Pertanyaan Jendral membuat Raka diam sejenak.
Ia mengambil nafas lalu menghembuskannya, “Gue.... gue jujur ngerasa dilema banget sama keputusan apa yang harus gue ambil” Ucap Raka sambil memainkan jemari nya.
“Pulang dari acara kita yang main bertiga waktu itu. Di kamar, gue langsung mikirin banyak hal. Apa jawaban yang gue mau bilang ke kalian, apa yang harus gue lakuin? Pilihan apa yang harus gue ambil? Gue bener-bener bingung” Raka menjeda kalimatnya untuk mengambil nafas dengan berat dan hal itu di lihat oleh si kembar yang sedari tadi membisu.
“Tapi di satu sisi gue mempertanyakan ke diri gue, apa gue emang pantes buat milih di antara kalian? Gue emang pantes buat dapetin cinta yang kaya gini? Gue ga dapet jawaban rasional nya But in the same time sisi egois gue bilang, Iya, gue pantes buat dapetin ini” Mata Raka kini menatap pohon-pohon yang bergerak mengikuti arah angin berhembus.
“Ini bukan keputusan yang sulit di ambil kalo gue sadar dari awal, sepenting apa kalian di hidup gue. Sayangnya, gue masih denial. Maaf ya, kemaren-kemaren gue ngasih lo semua perhatian yang pada akhirnya bikin kalian ngerasa di gantung. Contohnya, pura-pura ga sadar kalo kalian suka sama gue. Itu gue masih di denial soalnya, hehe”
Jendral dan Jero mengangguk pelan. “Gapapa, Rak. Gue juga pernah ngalamin denial itu” Ujar Jero dan Raka hanya tersenyum tipis.
“Selanjutnya, langkah terakhir yang gue ambil buat ngambil keputusan adalah curhat ke Gema. Gue bilang ke dia kalo gue takut tapi dia bilang ke gue buat jangan takut karena dia tau kalian bakal nerima semua keputusan gue”
“Gema bener kok, lo jangan takut sama keputusan yang lo ambil hari ini. Karena yang kita mau keputusan lo hari ini bisa buat lo bahagia di masa depan” Ucapan Jero saat ini terdengar tulus dan hati Raka seketika menghangat.
“Akhirnya, gue nemu apa jawaban yang cocok buat hari ini” Raka masih menatap kearah depan, mengabaikan tatapan gugup dari si kembar.
“Yang perlu kalian tau, peran kalian dalam hidup gue baru-baru ini banyak dan kalian saling melengkapi” Raka menjeda untuk mengurangi rasa gelisahnya.
“Gue tau seberapa besar cinta kalian ke gue”
Rak, gue gugup ini.
Diam sejenak hingga suara Raka membuat detak jantung si kembar seakan-akan berhenti berdetak.
“Nama kalian punya posisi yang sama di hati gue”
Deg!
“Gue suka sama kalian berdua”
Raka menatap si kembar dengan sebuah senyuman lebar, tangan mungilnya pun kini menggenggam dengan lembut tangan si kembar.
“Gue tau ini keputusan yang sulit di percaya dan mungkin kalian ngerasa keberatan—”
“Engga, kita ga keberatan sama sekali!” Raka menoleh kearah Jero dengan tatapan terkejut.
“Eh?”
Jendral mengecup punggung tangan Raka yang di genggamannya itu dengan lembut. “Keputusan yang bagus, sayang” ujar Jendral dengan suara rendahnya.
“Iya, karena ini juga yang kita mau. Agak berat memang untuk berbagi, tapi ini keputusan yang tepat karena kita berdua jadi punya seorang Raka. Makasih, Little captain” Ujar Jero setelah itu mengecup pelipis Raka dengan lembut.
Sebentar, Raka tengah nge-blank. Terlalu banyak yang terjadi dan entah ia harus merasa bahagia atau heran atau malah takut?
“Kalian....” Raka menoleh kearah kanan kiri nya dengan cepat dan yang ia temukan hanya pemuda dengan senyum bahagia.
“Hah?!”
Jero dan Jendral terkekeh pelan saat melihat wajah bingung Raka. Gemes.
“Oke, mulai hari ini Raka jadi milik si kembar Jero dan Jendral” Ujar Jero.
“Dan si kembar Jero dan Jendral jadi milik Raka seorang” Tambah Jendral.
Raka diam sejenak kemudian tertawa, astaga apa-apaan situasi saat ini?! Aneh namun ia bahagia.
Cup!
Cup!
“Yes, from today on I belong to both of you!“
“thank you for your feelings for us, little captain“
“we will make you happy, we promise“
Selamat untuk kalian bertiga, semoga hubungan kalian berjalan lancar dan penuh kenangan indah.
Sanubari mereka terasa penuh dengan rasa bahagia.