Teman baik.

Raka menghela nafasnya dengan berat, matanya menatap malas ke-enam temannya yang duduk sambil menunduk di depannya. Ah, kecuali Naren. Pemuda itu nampak biasa saja, padahal di wajahnya terdapat beberapa luka bekas pukulan.

Oh iya, ini sudah jam 5 sore dan mereka sedang berada di warung belakang sekolah. Tempat pertempuran para temannya dengan satu kakak kelas yang baru Raka kenal tadi.

“Kalian tuh....” Setelah berteriak menengahi perkelahian mereka tadi, baru sekarang Raka mulai bersuara kembali.

“Anjir lah, gue gatau harus seneng apa kesel sama lo pada” Raka memijat keningnya seketika.

“Seneng aja, ngapain kesel”

Mata Raka dibawa untuk melirik Naren yang tengah menatap lapangan yang ada di sebelah warung tersebut.

“Gausah pada nunduk, gue gaakan marahin kalian” Ujar Raka tiba-tiba dan membuat teman-temannya yang menunduk tadi langsung mengangkat wajahnya dengan perlahan.

Hingga ketika mata mereka melihat kearah Raka, mereka mendapati pandangan sendu juga sebuah senyuman kecil dari pemuda manis itu.

“Makasih udah belain gue segitunya” kini Raka yang menunduk dan tentu saja membuat yang lain kebingungan.

“Rak, jangan nangis dong” Gema berucap dengan nada bercanda, tapi sepertinya Raka menganggap itu serius.

Buktinya, Raka malah menangis sampai suara isakannya terdengar.

Jelas pada langsung panik lah.

“Anjrit, Gema tanggung jawab lo” Gema sontak melotot kearah Yuda.

“Gue cuman bercanda, sat!” Saka yang duduk diantara Yuda juga Gema hanya menghela nafas.

“Berisik, jangan pada berantem” ucapan Saka langsung menghentikan perdebatan antara Gema dan Yuda.

“Gara-gara ide nya Naren ini”

“Diem atau gue lakban mulut lo, Gem”

“Diem dulu anjing, kenapa malah pada ribut gini sih?!” Giliran Jero yang menengahi.

Tanpa mereka sadari, kini Jendral sudah duduk disebelah Raka sambil memberikan pelukan hangat. Usapan lembut pada punggung Raka membuat si manis meredakan tangisnya.

“Gapapa, Raka. Gausah ngerasa bersalah” Suara Jendral membuat semua mata mereka tertuju pada Raka dan Jendral.

“Maaf....” suara lirih Raka terdengar dan hal itu langsung menciptakan keheningan diantara mereka semua.

Hari makin sore. Angin mulai berhembus dengan kencang, sepertinya nanti malam akan turun hujan. Tapi mereka masih di dekat area sekolah, dengan keadaan seragam yang amburadul juga wajah yang penuh luka.

“Raka, lo ga salah” ucap Gema untuk menenangkan Raka.

“Iya, yang salah itu melvin. Kita kaya gini karena keinginan kita sendiri, buat belain lo” kini Saka yang berucap.

“Lo ga ngerepotin kita, gausah nangis” ucapan Naren membuat Raka mengangkat wajahnya kemudian melepaskan pelukan Jendral.

“Tapi muka lo semua jadi luka gitu” Kalimat yang Raka lontarkan seketika membuat mereka terkekeh.

“Gini doang mah kecil, pas kelas sepuluh kita-kita bahkan pernah ngalamin yang lebih parah” Ujar Jero.

Mata Raka seketika menatap Jendral, yang di tatap seakan paham pun langsung berujar,

“Gue yang nganterin mereka ke rumah sakit, ogah gue ikutan bonyok kaya mereka” Raka mengangguk pelan.

Kemudian kembali hening.

“Gue boleh nanya ga?”

“Tanya aja, Rak. Gema yang ganteng ini bakal jawab semua pertanyaan lo”

Raka memutar bola matanya dengan malas, begitupun dengan temannya yang lain.

“Menyampingkan masalah gue, kalian ada konflik juga ama melvin ya?”

Naren menghembuskan nafasnya, “Tu orang banyak bikin masalah sama kita, dulu. Kita kira udah berubah, ternyata masih sama”

“Salah satunya, dia pernah rebut pacar gue. Tai lah, kalo di inget-inget kok gue masih emosi gini” Ucapan Yuda membuat mereka, kecuali Raka sontak tertawa.

“Gamon ya lo?” Ejekan Gema membuat Yuda menjitak kepala pemuda berkulit tan itu.

“Ya, pokoknya kita masing-masing emang punya problem ama dia. Tapi udah kita maafin, dari lama. Nah, karena tu orang ternyata belom berubah terus malah berulah ke lo, jadinya gini. Itung-itung, kita ngasih pelajaran lah”

Senyum Raka tak bisa ia sembunyikan saat mendangar mereka. Sampai ia pun berujar sesuatu,

“Walaupun lo semua nyebelin, suka bikin gue malu atau emosi, tapi gue mau bilang ke kalian... kalo gue beruntung bisa berteman sama lo pada, makasih udah mau jadi temen baik gue”

Setelah berucap seperti itu, Raka langsung beranjak dari duduknya kemudian berjalan menuju salah satu warung untuk membeli obat luka.

Meninggalkan 6 pemuda yang melongo, terkejut, karena pernyataan tiba-tiba Raka.

“Raka ngomong apa tadi?” Ujar Yuda tanpa mengalihkan pandangannya kearah Raka.

“Dia bilang seneng berteman ama kita...” gumam Saka.

“Dia ga marahin kita...” kini Gema yang bergumam.

“Makasih katanya karena mau jadi temen dia” Naren juga berujar dengan santai.

Brak!

“LAH ANJING? KETUA? LO NGAPAIN AMPE JATOH DARI KORSI”

“Gem, daritadi Raka senyumin gue! ANJRIT!”

Brug!

“Komandan?! Lo mau bikin kepala lo bocor apa gimana? Ngapain pake jedugin kepala ke meja?!”

“Saka.... tadi Raka lucu banget pas gue peluk...”

“Anjir, efek sampingnya baru bekerja”

“RAKA, BURUAN BALIK! KEMBAR BUTUH LO NIH!”

Dasar bucin.