The Day.
23-05-2021, 09.40 WIB.
Alunan musik khas acara pernikahan mengalun dengan indah dan musik itu terus terdengar ke telinga Rendra yang saat ini sedang mempersiapkan dirinya di sebuah ruangan khusus.
“Ren” Rendra yang tengah merapikan dasi kupu-kupunya langsung membalikkan tubuhnya kearah orang yang memanggil namanya dengan lembut.
“Mama...” Ucap Rendra dengan pelan, matanya menatap sang Mama dengan pandangan haru. Sedangkan Wanita paruh baya itu kini tengah tersenyum lembut sambil berjalan kearah putra manisnya itu.
“Anak mama nambah ganteng ya?” Wanita itu mengusap bahu sempit Rendra lalu merapihkan pakaian anaknya kemudian menatap Rendra dengan bangga juga haru.
“Biasanya engga ganteng, ma?” Canda Rendra dan membuat wanita dengan wajah yang sudah memiliki keriput namun masih terlihat cantik itu tertawa kecil.
“Kamu ini” Rendra hanya menampilkan cengiran jenakanya pada sang Mama.
“Tamu di depan udah dateng semua” Ucap sang Mama dan seketika membuat Rendra kembali merasa tegang.
“Mahen juga udah siap-siap ke altar” Setelah berucap seperti Rendra melihat senyum tulus terpatri di bibir mama nya.
“Anak mama sebentar lagi—”
“Ma, jangan nangis” Rendra tersenyum lembut sambil menggenggam tangan sang mama.
“Make up mama nanti luntur loh” Tawa kecil kembali terdengar diantara dua orang itu.
“Mama” Rendra menatap sang Mama dengan pandangan serius.
“Makasih untuk semuanya—” Rendra menggantung ucapannya untuk mengambil nafas sambil menundukkan kepalanya.
“—Rendra sayang mama” Lanjut nya dengan suara pelan namun masih terdengar oleh wanita yang sedang di genggam tangannya oleh Rendra.
“Mama juga sayang sama kamu” Sang Mama memeluk tiba-tiba dan hal itu membuat Rendra merasa ingin menangis, ia membalas pelukan itu lalu menyembunyikan wajah manisnya di pundak wanita nomor satunya.
“Papa ga diajak buat pelukan?” Suara berat itu mengintrupsi kegiatan Rendra juga Mama nya lalu tawa bahagia kembali terdengar.
“Sini papa”
Kemudian keluarga kecil itu pun saling berpelukan, menyalurkan berbagai perasaan yang mereka rasakan, saling memberikan rasa hangat juga haru.
“Papa sayang sama kalian berdua”
“Udah tau!” Jawab ibu dan anak itu bersama. Pelukan itu pun kini terlepas.
“Ayo, ren. Kamu udah siap?” Rendra menatap sang Papa kemudian beralih kearah Mamanya, kedua orang tuanya kini sedang tersenyum dan Rendra pun turut tersenyum sambil mengangguk.
“Rendra siap”
Semua tamu undangan kini menatap Rendra yang tengah berjalan sambil menggandeng Papa nya, Kepalanya sedikit tertunduk karena merasa malu, tamu-tamu disana kini saling berbisik mereka sedang memuji paras Rendra. Sedangkan di altar, ada sang dominan yang berdiri sambil menatapnya dengan pandangan memuja, senyum Mahen kian melebar karena menyadari pipi Rendra yang sedikit memerah. Waktu seakan berjalan dengan lambat, dentingan piano yang mengalun dengan indah menjadi latar musik. Suasana yang sangat indah.
Hingga tak terasa ayah dan anak itu kini sudah berada dihadapan Mahen.
“Mahen, Saya titip anak manis saya. Tolong untuk menjaga dia dengan sepenuh hati, jika dia berperilaku salah tolong di tegur” Mahen tersenyum sambil mengangguk.
“Saya akan melakukan itu semua” Pria paruh baya itu tersenyum lega lalu dengan lembut menyerahkan tangan Rendra pada Mahen.
Kini mereka berdua saling berdiri berhadapan yang hanya dijarak oleh sang pendeta.
“Saya akan mulai” ucap sang pendeta lalu mulai membacakan doa untuk Mahen dan Rendra. Hingga pendeta itu menanyakan sesuatu pada Mahen.
“Saya bersedia” Jawab Mahen dengan tegas, kemudian pendeta itu kini menanyakan hal yang serupa pada Rendra.
“Saya bersedia” Jawab Rendra dan sang pendeta pun mempersilahkan keduanya menyematkan cincin pernikahan mereka lalu Mahen mengecup kening Rendra dengan lembut.
Para tamu pun langsung bersorak, tanda bahwa mereka juga bahagia untuk pasangan tersebut. Suara tepuk tangan, kalimat godaan dari para teman menghiasi tempat itu.
“Ciee udah sah!”
“Selamat woy!”
Mahen dan Rendra menatap para tamu sambil tersenyum.
“Makasih semuanya!” Teriak Mahen dan para tamu kembali heboh. Rendra tersenyum melihat tingkah suaminya, lalu ia merasakan tangan kirinya di genggam oleh Mahen.
“Makasih juga buat kamu, sayang. I love you” bisik Mahen dan seketika pipi Rendra menjadi merah.
“Apasih mahen!” Mahen tertawa melihat Rendra yang tengah salah tingkah.
“Gamau dijawab, hm?” Rendra berdecak kecil.
“I love you too” bisik Rendra tiba-tiba dan membuat Mahen harus menahan rasa gemasnya.
“Siap untuk berjuang sama aku untuk masa depan kita?” Rendra menatap Mahen, hingga beberapa detik kemudian pemuda manis itu mengangguk.
Selamat untuk kalian berdua, semoga kebahagiaan senantiasa bersama kalian.