Membingungkan.

“Ayo pulang” ucap Haekal tiba-tiba dan membuat Rendra menatap haekal dengan bingung.

“Kenapa? Lo ada urusan?” Haekal menatap Rendra lalu mengangguk.

“Cake nya belom habis...”

“Bungkus lah”

“Ck, dikira cafè mba wen itu warteg apa?!” Haekal menatap sang sahabat dengan pandangan malas.

“Mba wen!” Seru haekal tiba-tiba membuat Rendra membulatkan matanya.

“Kenapa, kal?” Sang pemilik cafè menghampiri dua pemuda itu.

“Bisa bungkus cake sisa ini ga?” Mba wen menatap cake yang diatas meja lalu mengangguk.

“Bisa”

“Makasih ya, mba” mba wen tersenyum lalu membawa sisa kue tersebut.

Sembari menunggu Rendra kini sedang asik memainkan ponselnya, begitupula dengan Haekal. Hingga dengan gerakan cepat Haekal berdiri dan membuat Rendra sedikit terkejut.

“Ren, lo tunggu kue nya sendiri ya?” Ucap Haekal dengan panik.

“Hah? Anjir, lo mau kemana?”

“Jawab, bisa apa engga?” Rendra menatap Haekal bingung lalu mengangguk kaku.

“Yaudah, gue tinggal ya? Oh! Sama ini” Haekal memberikan sebuah kotak berukuran sedang pada Rendra.

“Ini ap—”

“Buka aja kalo kepo! Dah ya, gue duluan!” Haekal pun langsung berlari meninggalkan Rendra yang masih bingung di meja itu seorang diri.

“Ekal kenapa dah?” Gumam Rendra lalu pandangannya beralih kearah sebuah kotak yang sahabatnya berikan tadi.

“Buka ga ya?” Rendra mengetuk dagu nya, ia menimbang sebuah keputusan yang akan ia ambil. Lalu tangan nya bergerak cepat untuk menyentuh kotak tersebut.

“Bodo amat, kata ekal kalo kepo buka aja. Sekarang gue beneran kepo” tutup kotak tersebut Rendra buka.

Tutup kotak tersebut sudah terbuka dan kini mata Rendra menatap bingung isi dari kotak tersebut.

“Kenapa banyak kertas kecil gini?” Gumam Rendra lalu perlahan mengambil kertas kecil yang paling atas.

Hai, sayang. Kamu lagi sendirian di cafè mba wen ya?

Rendra mengernyit bingung saat membaca tulisan yang tertulis di potongan kertas kecil itu.

“Kertasnya masa manggil gue sayang? Kan biasanya yang manggil gitu cuman mahen!” Lagi-lagi Rendra menggumam.

Kemudian Rendra pun melanjutkan kembali untuk mengambil kertas selanjutnya.

Bingung ya, sayang? Gausah bingung gitu. Kamu kalo lagi bingung mukanya nambah gemes.

Rendra mengernyit sebentar lalu terkekeh kecil, sebenarnya ia tidak paham keadaan apa yang sedang ia alami sekarang, namun ia memilih untuk menikmatinya.

Nah, kalo kamu sekarang lagi ketawa coba deh liat sekitar cafè nya mba wen.

Kertas kecil ketiga Rendra ambil dan saat membaca tulisannya seperti sebuah mantra, kepala Rendra bergerak untuk melihat sekitaran cafè itu.

Lalu sepasang mata kelamnya yang selalu Mahen sebut mata yang cantik itu terpaku di salah satu meja.

Meja yang ia tempati seorang diri lalu tiba-tiba ia bertemu dengan Mahen. Pertemuan yang canggung namun berlanjut menjadi sebuah kisah yang panjang. Tanpa sadar bibir Rendra terangkat dan membentuk sebuah senyuman tipis.

Rendra beralih kembali ke kotak itu dan mengambil kertas selanjutnya.

Kamu inget sama kejadian itu kan, babe?

“Iya aku inget” Gumam Rendra tanpa sadar.

Ia beralih untuk mengambil kertas selanjutnya.

Sayang, kamu bisa keluar dari cafè itu sekarang?

Rendra bergegas membereskan perlengkapan yang ia bawa, ia berjalan menuju sang pemilik cafè. Belum sempat ia mengucapkan sepatah kata, mba wen sudah menyerahkan bungkusan sisa kue miliknya dan mungkin ada beberapa kue yang sang pemilik cafè itu tambahkan.

“Hati-hati dijalan, Ren” Punggung sempit itu di dorong pelan menuju pintu keluar cafè oleh wanita itu.

“Mba kan aku belum ba—”

“Sudah sudah, kamu gausah khawatir”

Kini Rendra berada di luar cafè, teriknya matahari membuat dirinya merasakan panas diseluruh tubuhnya, namun Rendra memilih berdiri diam sambil mengambil kertas selanjutnya.

Diluar pasti panas banget ya? Coba kamu jalan ke taman dekat rumah kamu.

Rendra mendengus kecil, ia merasa sedikit kesal karena surat itu terus memerintah dirinya. Namun disisi lain Rendra juga penasaran, jadi ia hanya menuruti perintah dari kertas kecil itu.

Kaki jenjangnya mulai melangkah kearah taman yang ada di dekat rumahnya.

Sekitar sepuluh menit Rendra berjalan, akhirnya ia sampai ke tujuan. Rendra mencari kursi yang tidak terkena sinar matahari lalu pemuda manis itu pun duduk. Meletakkan barang-barangnya di sisi yang kosong, ia bersandar sebentar sambil menarik nafas. Setelah merasa tenang, Rendra pun kembali membuka kotak itu lalu mengambil kertas selanjutnya.

Maaf, kamu pasti jengkel ya disuruh-suruh terus?

“Iya, sebenernya aku lagi di kerjain apa gimana sih?” Gumam Rendra sambil memasang muka kesalnya.

Jari-jari yang lebih mungil dari Mahen itu kembali mengambil kertas kecil dari kotak itu.

Sabar ya, nanti kamu pasti tau apa sebenernya terjadi kok. Oke, sekarang buka box dari mba wen.

Dengan gerakan cepat Rendra membuka box yang diberikan mba wen tadi, Rendra berpikir bukankah isinya hanya sisa kue? Tapi Rendra lagi-lagi hanya mengikuti perintah dari kertas itu.

Box terbuka dan Rendra langsung menatap terkejut, tebakan Rendra ternyata meleset. Isi box itu adalah dua bungkus macaron dengan warna kuning dan jingga dengan dihiasi lelehan coklat yang membentuk wajah seekor rubah dan harimau, juga ada postcard yang menampilkan fotonya dengan Mahen. Foto yang diambil saat hari kelulusan sekolah menengah pertama.

Dengan telapak tangan yang sedikit berkeringat juga bergetar, Rendra mengambil postcard itu. Matanya menatap postcard itu dengan perasaan yang tidak bisa di deskripsikan, semuanya bercampur hingga yang keluar hanya setetes air mata.

Rendra tersenyum lebar lalu mengusap matanya yang mengeluarkan air mata itu, “Dasar mahen” gumam Rendra dengan pelan. Lalu ia balik postcard tersebut untuk melihat pesan yang tertera.

Hai lagi, sayang? Ini Mahen, pacarnya Rendra. Kamu ga nangis kan? Jangan nangis dong, ini kan cuma foto lama. Foto lama yang menyimpan kenangan jelek, kan? Terus pasti kamu bingung, katanya foto ini mengandung kenangan jelek tapi kok malah aku kasih ke kamu? Aku kasih tau alasannya ya, foto ini diambil pas hari kelulusan smp, diambil saat kita berdua ngungkapin perasaan kita berdua. Aku ga maksud bikin kamu nangis, aku cuman mau mengulang kisah masa lama kita. Banyak ya yang terjadi dulu?Tapi Ren, aku mau kenangan lama itu mulai dari hari ini cukup kamu simpan di hati. Sekarang kita mulai buat rencanain masa depan kita aja ya?

Tulisan itu berhenti disitu, Rendra mengernyit bingung. Pikirannya muncul berbagai pertanyaan, apa maksud dari Mahen?

Rendra menatap kotak sedang yang sekarang berisi dua lembar kertas kecil.

Macaron nya dimakan sayang~ kalo mau difoto dulu juga gapapa, buat kenang-kenangan.

Rendra memotret dua macaron itu lalu memakannya dengan perasaan yang entah, Rendra pun tidak tahu apa yang sedang ia rasakan saat ini.

Sebelum memakan yang berkarakter harimau, Rendra membaca kertas terakhir.

Setelah makan, kamu bisa pulang ke rumah kamu. I love you

Rendra menghela nafasnya, kemudian ia melanjutkan untuk melahap macaron terakhir. Setelah selesai membereskan semuanya, Rendra beranjak dari duduknya untuk pulang. Menuju rumahnya, mengikuti perintah dari kertas kecil itu.

Mahen... kamu sebenernya mau ngapain sih?