Terkejut.

Rendra kini sudah berada di depan pintu rumahnya, berdiri dengan perasaan bingung.

Panas mulai terik dan Rendra pun mau tak mau harus segera masuk ke dalam rumahnya, ia mencari kunci pintu rumahnya di dalam saku dan belum sempat ia memasukkan kunci itu ke dalam lubang pintu, tiba-tiba pintu itu terbuka.

Rendra hampir saja memekik kencang, ia menjadi panik dan takut. Takut ada maling yang masuk ke dalam rumahnya, jantungnya berdegup dengan kencang lalu ia dorong pintu itu dan dibuka dengan lebar-lebar.

Dor!

Bunyi ledakan balon membuat Rendra hampir saja pingsan, lampu rumahnya tiba-tiba menyala dan matanya seketika membulat saat melihat isi rumahnya.

“I—ini ada apa?” Tanya Rendra dengan gagap karena saking terkejutnya.

Tentu saja Rendra terkejut, saat lampu nyala yang ia lihat ruang tamu nya telah di hiasi dengan bunga matahari juga mawar putih, kelopak bunga mawar itu di sebar hingga membuat sebuah jalan, balon-balon berwarna kuning, putih juga merah turut membuat kesan ramai, dan yang paling membuat Rendra terkejut adalah kekasihnya berdiri dengan senyum lebarnya juga memakai pakaian formal sambil memegang sebuket bunga lili putih yang sangat cantik.

Rendra menutup mulutnya dengan telapak tangan cantiknya, ia menatap Mahen dengan pandangan tidak percaya.

“Ren, deketin mahen nya” sebuah suara yang sangat Rendra rindukan terdengar di telinga nya, Rendra kembali terkejut dengan kedatangan sang mama.

Tidak hanya ada sang Mama, disana juga ada sang Papa, sahabatnya, sahabat Mahen, juga orang tua Mahen. Mereka semua akan menjadi saksi bagaimana Mahen dan Rendra akan melangkah ke jenjang lebih resmi nantinya.

“Ma—” Mata cantik favorit Mahen itu berkaca-kaca sambil menatap ibu nya.

“Samperin Mahen dulu, rendra” Sang Papa ikut menimpali dan Rendra pun hanya mengangguk.

Rendra menatap Mahen, setetes air matanya lolos, dengan pelan tungkainya berjalan menghampiri sang kekasih hati yang telah hilang kabar selama beberapa hari, air matanya terus berurai namun senyum manis terpatri di bibirnya.

Mereka berdua saling berhadapan, pandangan terkunci, hanya degup jantung mereka berdua yang dapat mereka dengar, Mahen tersenyum sambil menyerahkan bunga lili tersebut dan di terima oleh Rendra.

“Baca kertas kecil itu, Ren” Rendra mengambil kertas kecil yang ada di dalam bucket bunga tersebut.

I love you. please, don't leave me until the death separates.

Rendra tertawa kecil namun air matanya makin keluar dengan deras, Mahen tersenyum lalu mengusap pipi Rendra dengan lembut.

“Will you marry me?” Ucap Mahen dengan lembut sambil mengusap air mata Rendra.

Rendra menatap Mahen dengan mata juga hidung yang sedikit memerah, terlihat sangat menggemaskan.

“Yes, i will” jawab Rendra dengan pelan dan seketika sorakan pun terdengar.

Mahen tersenyum lebar lalu membuka kotak cincin untuk Rendra, ia mengambil tangan kiri Rendra dengan lembut lalu memasangkan cincin itu di jari manis sang pujaan hati. Rendra tidak bisa lagi menyembunyikan rasa bahagia nya, ia tidak menyangka bahwa cinta pertama nya akan menaikkan status mereka dari pacar menuju tunangan.

Tidak terkesan buru-buru namun Rendra di buat sangat terkejut. Rasanya saat cincin indah itu tersemat di jemarinya, dadanya terasa akan meledak, Rendra tidak bisa mendeskripsikan dengan kalimat apa yang ia rasakan.

Intinya, mereka berdua kini sangat bahagia.

“Sahabat gue udah mau nikah huhu” ucapan Haidar membuat orang-orang yang hadir disana tertawa.

“Congrats for you two!” Teriak Lucas.

Rendra tersenyum malu, pipinya pun bersemu dan Mahen yang melihat itu pun tentu saja langsung terkekeh. Pria mungil itu ia dekap dengan erat dan sorakan kembali terdengar.

“Jangan mengumbar ke-uwu an woy!”

“Peluk nya nanti aja, disini banyak yang jomblo!”

Sedangkan yang di teriaki sedang asik dengan dunianya sendiri.

“Makasih udah nerima aku” bisik Mahen.

“Makasih juga buat ini semua” jawab Rendra dengan pelan.

“I love you”

“I love you too, Mahen”

Sebuah awalan baru, semoga semuanya lancar hingga waktu pernikahan nanti.