Aksararen

Reggie melihat jalanan sekitar dengan tenang, tangannya berpegangan dengan erat pada jaket Galendra. Pagi yang sangat cerah dan sejuk, suasana yang cocok untuk mengenakan pakaian yang sedikit berwarna cerah, pikir Reggie. Namun, entah mengapa ia merasa tidak menyesal karena memilih untuk memakai baju berwarna gelap seperti sekarang.

Saat sedang menikmati sejuknya angin, tiba-tiba ia merasakan motor Galendra membelok lalu berhenti di sebuah toko.

Toko bunga.

Reggie turun dari motor itu dan disusul oleh Galendra, si manis melepaskan helm nya tanpa melepaskan pandangan terhadap toko yang ada didepan matanya.

Yuk, re” Reggie menoleh kearah Galendra lalu mengangguk kecil.

Tring~

Selamat datang

Bunyi gemerincing bell lalu disambut dengan kalimat sambutan terdengar dengan jelas di telinga Reggie. Ia menoleh kearah sang florist lalu tersenyum manis dan tentu saja senyuman itu dibalas.

Hai, Galen. Seperti biasa?” Galendra mengangguk singkat sebagai balasan, tanpa bertanya lagi sang florist pun membuat dua bucket bunga berbeda jenis.

Selagi menunggu, Reggie memilih untuk memutari toko itu, melihat-lihat bunga yang indah dan berwarna-warni. Hingga mata indahnya berhenti di satu pot bunga yang dimana kelopak bunga tersebut berwarna putih. Galendra yang sedari tadi diam, memperhatikan Reggie pun berjalan mendekat.

Cantik ya?” Ujar Galendra sambil berdiri di samping Reggie. Si manis pun mengangguk setuju.

Lo tau apa nama bunga ini?” Reggie menoleh kearah Galen lalu menggeleng pelan. Sang dominan tersenyum tipis saat melihat binar mata yang penasaran dari sepasang mata Reggie.

Itu namanya bunga anyelir

Melambangkan apa?

Galendra kembali menatap bunga itu, “Ketulusan dan kesucian” ujarnya dengan pelan. Reggie mengangguk pelan lalu turut menatap bunga tersebut.

Galen, bungamu sudah siap!” Seruan itu membuat Galen dan Reggie menoleh lalu berjalan kembali menuju kasir.

Dimana Aji dan Chandra?” tanya sang florist sembari mengikatkan satu pita berwarna putih.

Ga ikut” Balas Galen dengan nada yang sedikit datar dan itu membuat Reggie bingung. Ia kira, sang florist dan Galen sudah akrab.

Lalu, siapa dia?” ucap si florist sembari menyerahkan dua bucket bunga pada Galen.

Galendra diam dan hal itu membuat Reggie sedikit merasa kecewa, apa Galendra tidak akan mengakui bahwa dirinya berteman dengan Reggie?

Tanpa Reggie sadari, Galendra tadi melirik sedikit kearah Reggie. “Orang paling spesial dalam hidup gue” ucapnya dengan tegas sambil menyerahkan beberapa lembar uang kemudian menarik Reggie keluar dari toko bunga tersebut.

Tentu saja, ucapan itu membuat Reggie dan sang florist terkejut. “Pegang” Reggie menerima dua bucket bunga tersebut tanpa sepatah kata, ia masih terkejut.

Galendra memakaikan Reggie helm lalu menyalakan mesin motornya, “Lo bisa pegangin bunga itu kan?” Reggie dengan gugup pun hanya mengangguk. Galendra tersenyum tipis lalu menyuruh reggie untuk naik ke motor.

Hingga motornya pun melaju, menuju tempat yang entah dimana.


Pemakaman.

Itu tulisan yang tertulis dengan jelas saat ia turun dari motor Galendra. Salah satu bucket bunga yang ia pegang tiba-tiba diambil oleh Galendra. Matanya melihat Reggie yang nampak masih bingung itu tanpa banyak kata Galendra langsung menggenggam tangan kiri Reggie lalu menariknya dengan pelan untuk berjalan masuk ke dalam pemakaman itu.

Alen, takut” ujar Reggie.

Gausah takut, gue gabakal ngubur lo hidup-hidup disini

Kita mau kemana sih?

Ketemu mereka” lalu langkah Galen terhenti dan otomatis langkah Reggie pun ikut terhenti. Reggie mengikuti arah mata Galen dan nampaklah dua batu nisan yang saling berdampingan.

Mereka—

Mama dan Papa gue, Re

Bibir Reggie seketika terkatup rapat, ia melirik Galendra sebentar lalu menatap kedua batu nisan itu lagi. Cukup lama mereka berdiri di posisi itu, Galendra pun belum melepaskan tautan tangan antara dirinya dengan Reggie.

Lalu tiba-tiba Reggie merasakan tautan tersebut semakin mengerat, matanya menatap Galendra dengan khawatir. “Alen....” suara lembut itu menyadarkan Galendra, ia menoleh kearah Reggie yang ternyata sudah menatapnya dengan pandangan yang lembut.

Bunga ini gamau dikasih ke mama dan papa kamu?

Ah, iya” Galendra pun dengan pelan melepaskan tautan tangannya dengan Reggie lalu meletakkan bucket bunga yang ia bawa di atas batu nisan sang Papa.

Reggie menyerahkan yang satunya namun yang didapat hanya gelengan dari Galen, “Kamu aja yang naro, sekalian kenalan sama mama aku

Reggie terkejut, sungguh amat terkejut. Namun melihat situasi, ia memilih untuk langsung melaksanakan ucapan Galen.

Maaf, mama nya Galen...” ucap Reggie dengan pelan sambil meletakkan bunga itu dengan hati-hati. Galendra tersenyum tipis lalu tangannya bergerak melambai kearah Reggie, mengisyaratkan pada pemuda manis itu untuk berjongkok disebelahnya.

Kini mereka berdua berada di depan nisan itu sambil berjongkok, menatap nama yang terukir di kedua batu itu sambil merapalkan doa di dalam hati. Reggie menutup kedua matanya, bibirnya sesekali bergerak pelan karena mengikuti doa yang ia rapalkan di dalam hatinya dan begitu pula dengan Galen.

Lalu beberapa saat kemudian, mereka pun menyelesaikan doa itu. Galendra dan Reggie saling bertatapan sebentar lalu kembali menatap tempat peristirahatan kedua orangtua Galen.

Ma... Pa... Galen datang. Apa kabar?” Reggie hanya diam, mendengarkan Galen dengan baik.

Kali ini Galen datang tanpa Aji dan Chandra, kebetulan hari ini mereka lagi sibuk. Jadi, aku ajak Reggie. Orang yang paling spesial dalam hidup Galen setelah kalian berdua, Aji dan Chandra” Air mata Galen dengan perlahan mulai menetes. Membuat Reggie dengan spontan menggenggam tangan kiri Galen dengan lembut.

Mama dan Papa pasti liat kan? Gimana pertemuan kami berdua sampai akhirnya aku ajak dia kesini

Ma, Pa. Kalian jangan khawatir ya? Sekarang Galen punya Reggie. Kalo kalian berkenan, tolong jaga dia juga ya seperti kalian yang jaga Galen sampai saat ini

Reggie mengeratkan genggamannya dan langsung dibalas oleh Galen, ia menatap Reggie seakan menyuruh si manis untuk mengucapkan sesuatu.

Halo—emm, mama papa?” Reggie menatap Galen dan yang ia dapati sebuah anggukan kecil.

Aku Reggie hehe, salam kenal. Err, mama sama papa jangan khawatir. Aku bakal jagain Alen kok, nanti aku juga bakal buat Alen berhenti ngerokok sama balapan! Jadi, mama sama papa jangan khawatir

Yakin bisa?

Iyalah!

Gimana caranya?

Kepo~

Galendra terkekeh pelan dan tentu saja membuat Reggie langsung tersenyum lebar.

Setelah berbincang sedikit, Keduanya berdiri lalu membungkuk ke arah batu nisan itu, seperti mengucapkan salam perpisahan.

Ma, Pa. Kami pergi dulu ya, Galen usahain bakal sering kesini deh

Dadah mama papa!” Galendra tersenyum lalu menggenggam tangan Reggie dan berjalan meninggalkan tempat tersebut.


Nih, minum dulu

Reggie menerima sekaleng jus apel yang Galen beli tadi, kini keduanya sedang berada di depan minimarket yang tak jauh dari pemakaman.

Gimana perasaan kamu, Alen?” Galendra terdiam lalu menghela nafas.

Berat, sangat berat. Gu— aku ngerasa sangat jauh dari mereka pas sampai di pemakaman itu. Ingatan masa lalu terus keputar di otak dan itu bikin kepala aku sakit” Reggie menatap sendu Galen lalu tangannya terangkat untuk mengusap rambut sang dominan dengan lembut.

Kamu hebat, karena berhasil bertahan sampai saat ini Alen. Aku kagum sama kamu” Galen hanya tersenyum untuk menanggapi ucapan Reggie.

Kalo kamu gimana?

Tangan Reggie berhenti mengusap rambut Galen, “Aku gugup banget, takut salah ngomong di depan mereka” ujarnya dan Galen sontak tertawa.

Kok ketawa?

Abisnya, kamu lucu” ujarnya disela tawa itu. Pipi Reggie seketika memerah, entah karena malu atau marah.

Diem ih!

Oke, oke. Aku diem

Eh, Alen

Hm?

Kenapa kamu bisa nyebut aku orang yang spesial di dalam hidup kamu?

Galen terdiam, ia menyesap kopi kalengnya sebentar. “Karena kamu emang spesial?

Spesial dalam hal apa?

Entah, aku juga gabisa jelasin dengan rinci maksud spesial itu

Reggie mengambil nafas dalam lalu melirik kearah Galen yang kini tengah sibuk menatap jalanan sambil menyesap kopi kaleng itu.

Kalo gitu... aku berhasil buat kamu suka balik ke aku?

Uhuk!

Re, bisa jangan tiba-tiba nanya gitu ga?” Reggie cemberut, “Aku penasaran tau!

Galendra menghela nafas pelan, “Re, aku gamau ngasih kamu harapan yang terlalu tinggi. Tapi, bisa dibilang kamu berhasil. Berhasil buat pikiran aku hampir selalu isinya cuman kamu

Mata keduanya kini saling bertatapan, “Itu tandanya aku berhasil sebanyak delapan puluh persen” ujar Reggie.

Kenapa bisa begitu?

Entah, cuman feeling aja

Dasar” Galendra mengusak rambut Reggie dan sang pemilik rambut memilih tertawa.

Alen

Hm?

Berubah jadi lembutnya jangan sehari ini aja ya, besok dan besoknya lagi sampai seterusnya tolong untuk terus kaya gini

Kalo aku gamau?

Aku acak-acak apart kamu

Yaudah, gap—

Dan pergi dari apart kamu

Oke, aku bakal terus kaya gini

Hehe, makasih Alen~

Iya

Galendra akan menuruti semua keinginan Reggie, asal pemuda manis itu tidak meninggalkannya. Sungguh, jika Reggie pergi dalam hidupnya entah bagaimana ia harus menjalani hari berikutnya.

slowly, your world will be full of him.

Galendra mengusap wajahnya dengan kasar lalu menghela nafas dengan dalam. Ia mematikan ponselnya, meninggalkan kedua sahabatnya yang mulai melantur tidak jelas.

Aneh, hari ini dia merasa dirinya sangat aneh. Chandra benar, baru pertama kali dalam hidupnya ia meninggalkan arena sebelum acara utama dimulai. Lalu, baru kali ini ia merasa sangat marah pada kedua musuhnya jika di arena, Jendra dan Haje.

Kenapa? Kenapa Galendra bisa berubah seperti ini?

Tok tok tok

Alen, udah tidur?

Ah, iya tau. Itu semua karena Reggie.

Belum, Re. Masuk aja” jawabnya tanpa bergerak sedikit pun dari acara berbaringnya.

Galendra mendengar pintu kamarnya yang dibuka lalu hidungnya mencium wangi vanilla yang samar. Matanya pun bergerak untuk melihat kearah Reggie.

Astaga, mengapa didalam hidupnya ia bisa bertemu dengan mahluk yang menggemaskan seperti Reggie?

Padahal Reggie hanya memakai setelan piyama berwarna putih tulang sambil memeluk boneka peri yang Galen beli beberapa hari kemarin.

Kenapa?

Aku gabisa tidur” ujarnya dengan pelan, sambil mengeratkan pelukannya pada boneka itu. Reggie kini sedang berdiri tidak jauh dari pintu kamar Galen.

Ada hantu di kamar lo?

Reggie sontak menggelengkan kepalanya, Galendra yang melihat itu pun langsung tersenyum tipis. “Terus? Lo mau tidur bareng gue?

Boleh?

Gila lo, Re.

Padahal Galendra hanya bercanda menawarkan hal tersebut, tapi mengapa respon Reggie malah serius? Ditambah dengan binar mata yang sangat berharap untuk dibolehkan.

Jika begini, Galendra tidak yakin akan tidur dengan pulas malam ini.

Keduanya diam, hening pun melanda beberapa saat. Sang pemilik kamar tampak tengah berpikir, jawaban apa yang harus di berikan pada Reggie.

Hingga setelah berdebat antara pikiran dan hatinya, hatinya lah yang menang.

Yaudah, sini” ujarnya sambil merapihkan posisi tidurnya juga selimut miliknya. Reggie sontak tersenyum lebar lalu berjalan menuju kasur Galendra.

Kini keduanya tidur bersampingan, hanya dibatasi oleh boneka milik Reggie. Tidak berani saling mengucapkan sepatah kata karena sibuk menormalkan pacuan jantung. Baik Galendra dan Reggie sama sekali belum tidur, mata mereka masih asik menatap langit-langit kamar Galendra.

Lima menit berlalu dan Reggie pun mulai menyuarakan suaranya, “Alen, biasanya kamu kesitu?

Galendra berdehem singkat. “Kenapa?” tanya Reggie sambil memiringkan tidurnya untuk menatap Galendra dengan jelas.

Gapapa” Reggie mendengus pelan lalu memeluk Algie, menyembunyikan wajahnya di boneka itu.

Jendra sama Haje masih chat lo terus?

Iya

Gausah dibales, block aja sekalian twitter sama imess mereka

Kenapa? Katanya mereka mau temenan sama aku

Galendra memiringkan posisi tidurnya hingga kini ia berhadapan dengan Reggie, matanya menatap si manis dengan intens membuat sang empu merasa gugup.

Terus? Lo mau temenan sama mereka?

Kenapa juga aku gamau?

Mereka jahat, re

Maksud jahat itu apa?

Galendra menatap Reggie dengan tidak percaya, “*Mereka suka ngomong kasar, sikapnya ga bisa di prediksi, pokoknya ga cocok sama lo yang—”

Galendra mengatupkan bibirnya dengan cepat dan hal itu membuat Reggie bingung, “Yang apa?” tanya nya.

Udah malem, mending tidur” Galendra menghiraukan pertanyaan Reggie, ia merapihkan selimut untuk menutupi tubuh keduanya dengan baik.

Aku cuman mau deket sama semua temen kamu, alen...” lirih Reggie. “Mereka bukan temen gue, re

Lagian, buat apa lo tau semua temen gue?

Biar aku tau, kamu itu kaya gimana. Aku mau nambah deket sama kamu, melebihi kita yang sekarang” setelah berucap seperti itu Reggie pun menutup matanya. Galendra langsung terdiam, terlalu bingung harus merespon ucapan Reggie dengan bagaimana.

Hingga yang ia lakukan hanya menatap wajah Reggie yang terlelap, cantik ya batinnya. Senyum tipis kembali terukir, Gue gatau, segitu suka nya lo sama gue ya, re? tangan nya dengan pelan mulai bergerak untuk menyingkirkan helai rambut yang menutupi wajah manis milik Reggie.

Oke, Re. Gue bantu, gue bantu lo buat tau semua tentang diri gue dan gue juga bakal berusaha buat tau semua tentang diri lo.

Galendra mengusap wajahnya dengan kasar lalu menghela nafas dengan dalam. Ia mematikan ponselnya, meninggalkan kedua sahabatnya yang mulai melantur tidak jelas.

Aneh, hari ini dia merasa dirinya sangat aneh. Chandra benar, baru pertama kali dalam hidupnya ia meninggalkan arena sebelum acara utama dimulai. Lalu, baru kali ini ia merasa sangat marah pada kedua musuhnya jika di arena, Jendra dan Haje.

Kenapa? Kenapa Galendra bisa berubah seperti ini?

Tok tok tok

Alen, udah tidur?

Ah, iya tau. Itu semua karena Reggie.

Belum, Re. Masuk aja” jawabnya tanpa bergerak sedikit pun dari acara berbaringnya.

Galendra mendengar pintu kamarnya yang dibuka lalu hidungnya mencium wangi vanilla yang samar. Matanya pun bergerak untuk melihat kearah Reggie.

Astaga, mengapa didalam hidupnya ia bisa bertemu dengan mahluk yang menggemaskan seperti Reggie?

Padahal Reggie hanya memakai setelan piyama berwarna putih tulang sambil memeluk boneka peri yang Galen beli beberapa hari kemarin.

Kenapa?

Aku gabisa tidur” ujarnya dengan pelan, sambil mengeratkan pelukannya pada boneka itu. Reggie kini sedang berdiri tidak jauh dari pintu kamar Galen.

Ada hantu di kamar lo?

Reggie sontak menggelengkan kepalanya, Galendra yang melihat itu pun langsung tersenyum tipis. “Terus? Lo mau tidur bareng gue?

Boleh?

Gila lo, Re.

Padahal Galendra hanya bercanda menawarkan hal tersebut, tapi mengapa respon Reggie malah serius? Ditambah dengan binar mata yang sangat berharap untuk dibolehkan.

Jika begini, Galendra tidak yakin akan tidur dengan pulas malam ini.

Keduanya diam, hening pun melanda beberapa saat. Sang pemilik kamar tampak tengah berpikir, jawaban apa yang harus di berikan pada Reggie.

Hingga setelah berdebat antara pikiran dan hatinya, hatinya lah yang menang.

Yaudah, sini” ujarnya sambil merapihkan posisi tidurnya juga selimut miliknya. Reggie sontak tersenyum lebar lalu berjalan menuju kasur Galendra.

Kini keduanya tidur bersampingan, hanya dibatasi oleh boneka milik Reggie. Tidak berani saling mengucapkan sepatah kata karena sibuk menormalkan pacuan jantung. Baik Galendra dan Reggie sama sekali belum tidur, mata mereka masih asik menatap langit-langit kamar Galendra.

Lima menit berlalu dan Reggie pun mulai menyuarakan suaranya, “Alen, biasanya kamu kesitu?

Galendra berdehem singkat. “Kenapa?” tanya Reggie sambil memiringkan tidurnya untuk menatap Galendra dengan jelas.

Gapapa” Reggie mendengus pelan lalu memeluk Algie, menyembunyikan wajahnya di boneka itu.

Jendra sama Haje masih chat lo terus?

Iya

Gausah dibales, block aja sekalian twitter sama imess mereka

Kenapa? Katanya mereka mau temenan sama aku

Galendra memiringkan posisi tidurnya hingga kini ia berhadapan dengan Reggie, matanya menatap si manis dengan intens membuat sang empu merasa gugup.

Terus? Lo mau temenan sama mereka?

Kenapa juga aku gamau?

Mereka jahat, re

Maksud jahat itu apa?

Galendra menatap Reggie dengan tidak percaya, “Mereka suka ngomong kasar, sikapnya ga bisa di prediksi, pokoknya ga cocok sama lo yang—

Galendra mengatupkan bibirnya dengan cepat dan hal itu membuat Reggie bingung, “Yang apa?” tanya nya.

Udah malem, mending tidur” Galendra menghiraukan pertanyaan Reggie, ia merapihkan selimut untuk menutupi tubuh keduanya dengan baik.

Aku cuman mau deket sama semua temen kamu, alen...” lirih Reggie. “Mereka bukan temen gue, re

Lagian, buat apa lo tau semua temen gue?

Biar aku tau, kamu itu kaya gimana. Aku mau nambah deket sama kamu, melebihi kita yang sekarang” setelah berucap seperti itu Reggie pun menutup matanya. Galendra langsung terdiam, terlalu bingung harus merespon ucapan Reggie dengan bagaimana.

Hingga yang ia lakukan hanya menatap wajah Reggie yang terlelap, cantik ya batinnya. Senyum tipis kembali terukir, Gue gatau, segitu suka nya lo sama gue ya, re? tangan nya dengan pelan mulai bergerak untuk menyingkirkan helai rambut yang menutupi wajah manis milik Reggie.

Oke, Re. Gue bantu, gue bantu lo buat tau semua tentang diri gue dan gue juga bakal berusaha buat tau semua tentang diri lo.

Terdapat dua pemuda yang sedang duduk bersamping-an di dalam mobil. Salah satunya sedang menyetir dan satu yang lain sibuk memperhatikan jendela mobil tersebut.

Lo ngapain kesini?

Galendra memecah keheningan. Si manis pun menoleh, “Aku abis ketemu client

Salah satu alis Galendra terangkat, “Lo kerja apa?

Hmmm, kerja ku ga nentu sih. Pokoknya berkaitan dengan seni!

Pantes lo suka gambar-gambar tiap dikamar

Reggie diam sejenak lalu melotot tak percaya kearah Galen yang kini nampak santai menyetir mobil itu, “KAMU NGINTIP AKU??

Galendra sontak menggeleng ribut saat mendengar pekikan dari Reggie, “Gue ngga ngintip lo! Serius!

Terus, kenapa kamu tau apa kegiatan aku dikamar?

Galendra meneguk ludahnya dengan susah payah, “Ya— lo kan suka nutup kamar nya ga rapet

Bohong?

Ngapain gue boong, re

Oke, aku percaya

Ni bayi mau nya apaan sih?

Lalu hening kembali. Di dalam mobil tersebut hanya terdengar siaran radio, itupun dengan volume suara yang kecil.

Re

Apaa

Nanti malem mau ikut gue?

Kemana?

Ketemu sahabat gue, Aji sama Chandra

Hah? Serius?! Ayo, aku ikut!

Tengah malem tapi, gapapa?

Yaudah, gapapa

Woah, apa pilihan mu kali ini sudah benar tuan Galendra?

Saat ini Galendra sedang menatap pemuda manis yang sedang duduk disofa sembari memeluk boneka berwarna putih bersih itu dengan erat.

Jadi, lo namain dia siapa?

Hmm, siapa ya?

Reggie diam sebentar, mengetuk pelipis kirinya pelan. Ia sedang berpikir. Kemudian saat mendapatkan ide, dia pun menegakkan tubuhnya dan menatap Galendra dengan antusias.

Aku tau! Rilen!

Rilen?

Hu'um, Rilen. Gabungan dari Reggie Alen

Kenapa nama lo lebih dulu?

Karena ini punya aku?

Gabisa, harus nama gue yang duluan. Kan gue yang beli

Alen banyak mau!

Biarin

Reggie mendengus pelan, “Algie?

Bagus

Say hi ke dia dong, Alen!

Tidak mau si bayi kembali ngambek, Galen memilih untuk menurut. “Halo, kud— ehem! Maksud gue, peri Algie

Reggie terkikik, merasa puas dengan apa yang Galen lakukan. “Ayo, Algie kita bobo

Baru saja Reggie ingin menutup pintu kamarnya, pemuda manis itu tiba-tiba sedikit berlari kembali ke Galen. Membuat sang dominan merasa bingung dengan tingkahnya yang tiba-tiba itu.

Kenapa? Lo—

Cup!

Good night, Alen. Maaf ya tadi aku ngambek sama kamu dan makasih buat boneka nya! Aku sayang kamu!

Lalu Reggie pun kembali berlari menuju kamarnya, meninggalkan Galendra yang terduduk kaku.

Tangannya bergerak untuk mengusap pipi kanan yang baru saja Reggie kecup, hingga ia merasakan jantung yang berdebar dengan kencang.

Sial! Reggie, lo mau bikin gue gabisa tidur atau gimana?!

Kamar aku dimana, Alen?

Ayo sini, ikut gue

Galendra berjalan lebih dulu menuju kamar tamu yang baru saja ia bereskan dengan cepat sedangkan Reggie hanya mengikutinya dari belakang sambil memeluk boneka kudanil putih besar.

Ini kamar lo, sorry kalo masih berantakan. Lo bisa decor sesukanya deh

Reggie menyembulkan sedikit kepalanya untuk melihat keadaan kamar itu. Kamarnya bercat putih dengan hiasan sedikit walpaper juga kasur yang tak terlalu besar, dan jangan lupakan lemari tinggi beserta cermin di sebelahnya.

Kamarnya bagus” Ucap Reggie dengan pelan. Galen mengangguk, menyetujui ucapan Reggie.

Tapi aku lebih suka kamar Alen” ujarnya sembari menatap Galendra dengan polos.

Maksud lo?

Aku gaboleh di kamar alen aja?

Engga, gaboleh. Kalo lo mau, nanti gue decor deh biar sama kaya kamar gue

Gamau

Re

Bercanda hehe~ oke, aku tidur disini!

Reggie masuk ke dalam kamar itu, menaruh boneka besarnya di kasur lalu menarik koper-koper nya.

Alen keluar sana! Aku mau beresin kamar dulu

Galendra menaikkan satu alisnya, “Sebenernya ini apart gue atau lo sih?

Kan sekarang barengan

Ck, gue ada di kamar depan lo ini. Kalo ada apa-apa ketok aja pintu nya, kalo ga teriak

Oke!

ding dong!

Bunyi bell tersebut membuat kegiatan Galendra yang sedang merapihkan kamar tamu terhenti. Ia pun beranjak kearah pintu untuk membuka pintu apartemen nya.

Oke, Galen. Jangan gugup.

Ceklek

Hai, Alen!

Galendra tersenyum tipis saat melihat tiga orang dengan tinggi yang berbeda itu, dua diantaranya bisa Galen katakan sangat menggemaskan dan cantik. Lalu yang satunya...

Jadi, kamu Galendra?

Menyeramkan.

Galendra mengangguk, “Iya, om. Saya Galendra” sang penanya pun mengangguk paham.

Mau masuk dulu?” Tawar Galendra dengan ramah.

Gausah, nak Galen. Saya dan suami saya setelah ini akan langsung ke bandara, jam penerbangan kami dua puluh menit lagi

Oh? Mau saya antar, bun?

Bunda Reggie hanya menggeleng pelan sembari tersenyum, “Ga perlu

Galendra

Iya, om?

Saya titip anak manis saya, walaupun umurnya dua puluh tiga tahun tapi tingkah nya itu seperti anak tiga tahun. Dia banyak bisanya, tapi ceroboh dan pelupa. Kalo kamu butuh sesuatu buat kebutuhan kamu juga Reggie, kabari saya dan istri saya saja. Jangan sungkan” Suara itu mengalun dengan tegas namun tidak membuat Galendra merasa takut, malahan ia nyaman.

Iya, om. Saya bakal inget kata-kata, om

Jangan panggil saya, om

Galendra mengernyit, “Terus harus saya panggil apa?

Ayah

Deg!

Nah, kalau begitu. Ayo kita mulai salam perpisahan kita

Galendra menoleh kearah Bunda Reggie dengan bingung, namun beberapa saat kemudian ia pun paham akan maksud salam perpisahan itu.

Matanya melihat dengan jelas, Reggie yang sedang dipeluk oleh kedua orangtuanya dengan erat. Saling membisikkan kalimat manis juga mengingatkan akan sesuatu pada satu sama lain.

Pemandangan yang mengharukan juga menyedihkan di mata Galendra.

Ayah bunda, jangan lama-lama disana

Iya, sayang. Kami ga akan lama-lama disana, setelah urusan selesai ayah sama bunda bakal langsung pulang kok” Bunda Reggie berujar dengan lembut.

Jangan ngerepotin Galen ya, Rere” Sang kepala keluarga ikut menimpali.

Iyaa~

Galendra tersenyum saat mendengar suara Reggie yang terdengar seperti anak kecil.

Nak Galen?

Iya, bun?

Sini, kamu gamau ikut ngasih ayah bunda salam perpisahan?

Galendra terdiam, tubuhnya tiba-tiba kaku. Sedangkan keluarga kecil itu sudah menyiapkan tempat ruang untuk Galendra, “Ayo, Alen!

Iya, sini Galen. Tangan saya mulai pegel nih

Galendra mengangguk lalu masuk kedalam pelukan hangat itu, tubuhnya di dekap dengan erat.

Hangat.

Pelukan itu pun terlepas setelah dua menit terlalui.

Ayah bunda pamit ya!

Bunda dan Ayah Reggie mulai berjalan menuju lift, saling melambaikan tangan antar satu sama lain hingga sebelum lift tertutup Reggie berseru,

Hati-hati ya ayah bunda! Jangan lupa bawa oleh-oleh!

Galendra menoleh kearah Reggie yang masih asik melambaikan tangannya padahal pintu lift sudah tertutup. Walaupun wajahnya nampak senang namun Galen tau bahwa Reggie sedang menahan tangisnya.

Tanpa sadar tangannya bergerak untuk mengusak surai halus milik Reggie lalu menepuknya dengan pelan beberapa kali.

Jangan nangis nanti keliatan kaya bayi

Reggie menatap Galen kemudian bibirnya yang melengkung keatas berubah menjadi melengkung kebawah. Matanya yang indah itu kini berkaca-kaca.

Eh— jangan bilang lo mau nangis?!

Aleeen kangen bunda sama ayaaaah

Astaga, Lo masuk sana ke apart biar gue bawain koper lo ini

Reggie mengangguk dengan lucu lalu masuk ke dalam apart milik Galen.

Sang pemilik apartemen menghela nafas sebentar lalu menatap tiga koper besar milik Reggie dan oh— kenapa ada boneka kudanil putih besar disini?

Boneka aku jangan lupa dimasukkin juga ya, alen! Makasih!” Seruan Reggie dari dalam apart, menjawab dari pertanyaan Galen tadi.

Emang bocah tiga tahun tu anak batinnya sebelum mulai memasukkan bawaan milik Reggie.

Kehidupan baru seorang Galendra akan dimulai hari ini! Dan tentu saja akan ditemani oleh Reggie.

Re, semoga lo bisa sedikit berguna buat apart gue.

Tenang aja, Alen! Apart kamu setiap hari bakal selalu bersih!

God really granted his wish.

lokasi syuting.

Renjun yang baru saja selesai syuting cover lagunya langsung mendekati kearah sang kekasih yang sedang duduk di kursi tunggu.

Jaem

Jaemin, kekasih dari Renjun. Pemuda yang tadi sedang sibuk dengan handphone nya pun menoleh kearah sumber suara, saat matanya melihat sang pujaan hati, senyum khas-nya langsung muncul begitu saja.

Ia berdiri dari duduknya kemudian berjalan mendekati Renjun, di peluknya dengan erat pemuda manis itu, sembari berbisik.

Good job, babe. Kamu hari ini cantik banget

Si manis membalas pelukan dominannya, menyembunyikan wajah yang memerah juga senyuman nya di dada bidang Jaemin.

Aku tau

Suara kekehan yang sedikit berat menyapa indera pendengaran Renjun. Entah mengapa, jantungnya seketika berdegup dengan kencang saat mendengar suara itu.

Mau aku fotoin di kursi kamu tadi, ga?

Renjun mengangguk. Keduanya pun berjalan menuju tempat Renjun duduk untuk syuting tadi.

Pose candid ya, yang

Renjun mulai berpose, “Oke, bagus yang. Satu... dua... yap!

Mau liat!

Nanti ya, sayang. Ayo pose lagi, liat ke kamera aku sini... nah! Ya ampun, pacarku kenapa cantik banget sih

Jaemin melihat hasil foto yang ia ambil dengan mimik wajah seperti menahan rasa gemas, Renjun pun hanya tertawa melihat Jaemin.

Satu lagi, gaya bebas yang

Renjun kembali berpose, pose yang membuat Jaemin hampir memekik karena terkejut.

Yang, pose nya kenapa... sexy banget...

Cepetan di poto aja, ih!

Jaemin diam sejenak lalu mengangguk, “Oke... aku ambil foto nya ya—astaga yang! Jangan berlebihan! Nah, bagus! Satu... dua... OH MY GOD HUANG RENJUN

Sang pemilik nama langsung terkekeh saat melihat Jaemin yang syok sambil menatap foto yang baru saja di potret.

Gausah lebay. Ayo, aku fotoin kamu di luar

Diluar lokasi syuting.

Jaem, geseran dikit. Kamu nutupin cahaya nya

Jaemin hanya mengangguk lalu mengikuti arahan dari pacar manisnya.

Oke, satu... dua... ti— IH BAGUS!

Melihat kesayangan nya yang nampak bahagia setelah memotret dirinya, membuat Jaemin tersenyum bahagia.

Lagi! Eh eh! Pose nya jangan kaya gitu, kamu nya jadi keliatan ganteng banget!

Terus gimana, sayaang

Masukin tangan kamu ke saku—IYA! GITU, BENTAR!

Berbagai macam pose dari Jaemin sudah Renjun potret. Kini keduanya sedang ada di dalam mobil, menuju ke dorm untuk istirahat. Biasanya disaat pulang seperti ini, Renjun akan sibuk berceloteh tentang banyak hal namun hari ini berbeda.

Si manis tengah sibuk memperhatikan hasil potret dirinya juga sang kekasih. “Aku upload yang ini boleh?” akhirnya, Renjun bersuara.

Jaemin menatap foto yang di tunjukkan oleh Renjun. Disana terlihat, Renjun yang sedang berpose dengan gaya yang seksi. Mengangkat tangan kirinya untuk menutup setengah wajahnya dengan mata yang dibuat sayu dan oh! Jangan lupakan bibir yang sedikit di gigit. Astaga, Jaemin tidak rela foto yang ini akan Renjun bagikan kepada para fansnya.

Engga ya, sayang? Buat konsumsi pribadi aja yang ini

Walaupun bibir nya cemberut, kepalanya itu bergerak mengangguk. Menyetujui ucapan sang kekasih.

Jaemin tersenyum lalu mengusap kepala si manis dengan lembut, “Kenapa kamu lucu banget sih?

Karena aku Renjun?

Jaemin tertawa, “Iya ya. Pasti karena kamu Renjun, kesayangan nya Jaemin

Jangan gombal sehari aja, bisa ga?

Gabisa

Kenapa?

Karena aku Jaemin, pacarnya Renjun

ASTAGA, NA JAEMIN!

—Al.


Galen menatap pemuda manis yang sedang sibuk berguling-guling di kasurnya. Merusak tatanan selimut yang telah ia rapihkan namun dengan cepat di rapihkan kembali.

Re

Iyaaa

Suara Reggie yang teredam akibat selimut tebal nya membuat Galen terkekeh pelan.

Lo masukin berapa sendok gula pas buat mac and cheese tadi?

Si manis menyembul dari selimut tebal itu, menatap galen dengan bingung. “Aku kasih satu sendok setengah doang kok

Galen mengangguk pelan, “Tapi kenapa kaya kemanisan ya, re?

Reggie memiringkan kepalanya, menambah kesan lucu di mata sang pemilik kamar. “Mungkin karena aku kebanyakan nabur bubuk cinta dan kasih sayang?

Setelah berucap seperti itu, Reggie langsung menyembunyikan wajah nya yang memerah di selimut tebal itu. Galen yang mendengar ucapan si manis langsung tertawa.

Alen, diem! Aku malu! Jangan di ketawain mulu~” rengekan itu membuat Galen meredakan tawa nya.

Re, coba singkirin selimut nya

Gamau, malu

Re

Reggie kembali menyembulkan kepalanya, “Kenapa?” Tanya Reggie dengan gugup pasalnya Galen tengah menatap dirinya dengan intens.

Kayanya gue tau kenapa makanan lo tadi kemanisan

Kenapa?

Tadi gue makan nya di depan lo sih. Muka lo udah manis, di tambah tadi lo senyum kan pas gue makan? Nah, pasti karena itu gue ngerasa kemanisan

Reggie diam, memproses segala ucapan Galen dan beberapa detik kemudian ia langsung berteriak sambil menyembunyikan wajahnya.

ALEN GOMBAL TERUS, MALU IH

Ahahaha, maaf maaf

cw // mention cigarettes

Gue balik ya!” seru Galen sambil berjalan menuju pintu utama cafè.

Tiati!” Galendra membalas seruan dari para rekan kerjanya dengan lambaian tangan kiri, tanpa menoleh ke arah mereka.

Jam sudah menunjukkan pukul 22.20 di tampilan layar kunci handphone milik Galendra. Pemuda itu mengambil nafas sejenak kemudian menghembuskan nafasnya dengan gusar.

Ia pun mulai melangkahkan kaki nya menuju tempat tinggalnya. Kenapa tidak menggunakan kendaraan? Karena pagi tadi, entah mengapa rasanya ia ingin berangkat kerja dengan berjalan kaki.

Mengurangi polusi udara. itu alasan ia memilih berjalan kaki. Namun, ketika malam tiba ia merutuki diri. Harusnya ia membawa motor, karena rasanya hari ini ia sangat lelah.

Helaan nafas gusar kembali terdengar. Raut wajah yang sedari pagi menunjukkan rasa bahagia dan ramah kini berubah menjadi datar serta guratan lelah menghiasi wajahnya.

Benar-benar hari yang berjalan dengan buruk.

Tak terasa, kaki nya pun terhenti di depan minimarket yang sering ia kunjungi. Ia menatap sebentar lalu memilih untuk bersinggah sejenak di minimarket tersebut.

Mengambil sekaleng kopi favoritnya lalu berjalan menuju kasir untuk membayar. Namun saat dirinya tidak sengaja melihat deretan berbagai macam rokok, batinnya berteriak untuk membeli satu bungkus agar pening di kepala nya mengurang.

Kak” panggilan dari sang kasir membuat Galen tersentak.

Harga nya ja—

Merah sama korek, satu” Akhirnya, Galen memilih untuk membeli nikotin tersebut. Sang kasir menoleh kebelakang untuk mengambil barang yang pembeli nya maksud.

Setelah membayar semunya, Galen pun keluar lalu duduk disalah satu kursi yang disediakan minimarket tersebut. Ia menyandarkan tubuhnya di kursi tersebut lalu mengadahkan kepalanya untuk melihat langit malam.

Puas melihat langit, ia pun mulai meminum sekaleng kopi yang ia beli sambil menatap dua barang lainnya.

Sebungkus rokok dan koreknya.

Sudah lama sekali, Galen tidak membeli dua barang ini. Terakhir kali saat.... ah, sehari sebelum ia dan Reggie bertemu.

Reggie... ada apa dengan pemuda manis itu hari ini? Mengapa dirinya bersikap berbeda? Apa Reggie akhirnya memutuskan menyerah untuk membuat nya jatuh hati?

Galendra terkekeh pelan sambil menggelengkan kepalanya, tangan nya bergerak untuk mengambil satu gulungan nikotin tersebut, membakar ujungnya kemudian ia sesap.

Menyesap lalu mengeluarkan asap nya. Kegiatan itu berulang terus hingga gulungan tembakau tersebut sudah terbakar setengah nya.

Malam yang sunyi, suara mesin kendaraan yang berlalu lalang di jalan raya, serta hembusan angin menjadi teman Galendra malam ini.

Alen?

Suara yang sedari pagi ia ingin dengar, menyapa indera pendengarannya. Kepalanya menoleh kearah asal suara, kemudian mata mereka saling bertemu.

Galendra menatap pemuda manis itu dengan datar kemudian mengalihkan pandangan nya dan melanjutkan menyesap nikotin itu.

Reggie sedikit tersentak saat melihat keadaan Galen yang jauh dari kata baik-baik saja. Tiba-tiba pemuda manis itu pun teringat akan sesuatu. Langsung saja kaki jenjang nya itu berjalan, mendekati Galen.

Alen...” Galendra mengabaikan Reggie.

Reggie mengambil duduk tepat di sebelah pemuda itu. Menatap Galen dengan mata yang ingin menangis karena ia sangat merasa bersalah.

Maaf, Maafin aku

Galendra masih acuh, dirinya memilih untuk sibuk menyesap rokoknya. Menghiraukan Reggie yang tengah bersusah payah menahan sesak di dada nya akibat asap rokok tersebut.

Alen, hari ini aku— uhuk!” suara batuk dari Reggie membuat Galen menoleh.

Lo ga kuat sama asap rokok?” Sembari meredakan batuknya, Reggie mengangguk sebagai jawaban.

Galen menghela nafas pelan, mengeluarkan asap terakhir lalu mematikan ujung rokok tersebut di asbak yang di sediakan.

Batuk Reggie mulai mereda, pemuda manis itu dengan cepat mengambil oksigen yang tadi sempat tersendat.

Sorry” Ujar Galen dan Reggie langsung mengangguk sambil tersenyum.

Aku maafin. Jadi, Alen juga maafin aku kan?

Galendra mengangkat satu alisnya, menatap Reggie sebentar kemudian beralih untuk membuka sebungkus permen. Ia makan permen tersebut untuk menghilangkan bau rokok yang ada di mulutnya.

Maaf soal apa?” Tanya Galen di sela kegiatan mengemut permen nya.

Maaf karena aku ga dateng ke cafè buat nemenin alen hari ini, juga aku lupa buat bangunin Alen tadi pagi...” Ujar Reggie dengan suara pelan.

Kenapa?

Reggie yang tadi menunduk langsung menoleh kearah Galen, yang ternyata juga sedang menatap dirinya.

Apanya yang kenapa?

Galendra berdecak, “Kenapa lo gabisa dateng ke cafè?

Oh! Hari ini aku nemenin sepupu aku jalan-jalan sekitar sini. Dia mau nginep sehari di rumah aku, terus lanjut ke kota sebelah

Permen Galen sudah habis, ia masih menatap Reggie. Mencari jawaban, apakah Reggie berbohong atau tidak. Namun, yang ia dapati hanya binar mata kejujuran.

Sepupu?

Iya, Sepupu. Aku tadi sempet post foto nya di twitter deh

Foto yang lagi di supermarket?

Ih, betul! Alen liat?

Galendra mendengus pelan namun dalam hatinya entah mengapa ia merasa sedikit senang dan lega saat mendengar itu.

Yaiyalah liat, kan kita mutualan” Reggie pun mengangguk paham.

Kemudian hening.

Keduanya sedang asik bergelut dengan pikiran masing-masing.

Alen

Hm

Gimana hari ini? Berjalan dengan lancar?

Galen tersentak pelan saat mendengar pertanyaan dari Reggie.

Pertanyaan yang sederhana namun membuat suasana hati nya yang buruk menjadi lebih baik.

Hari yang berjalan dengan buruk” jawabnya dengan nada yang santai.

Reggie menatap Galendra dengan pandangan khawatir, “Alen, coba liat aku” Galen menoleh kemudian menatap pemuda manis tersebut.

Keduanya saling menatap hingga dengan perlahan kedua tangan Reggie terangkat untuk menangkup pipi Galen. Sang empu memilih diam, ingin tahu apa yang akan pemuda manis itu lakukan.

Lalu usapan lembut di kedua pipi nya ia rasakan, hangat dan menenangkan. Tanpa sadar kedua matanya terpejam, menikmati sentuhan halus dari Reggie.

Hari ini jelek banget ya? Sampai Alen beli barang gajelas ini?” mendengar hal itu, Galendra pun membuka kedua matanya kembali. Menatap Reggie yang tengah bergumam tentang buruk nya rokok, namun usapan tangan di pipi nya tidak berhenti.

Senyum tipis nya perlahan terbit. “Re, mau sampe kapan lo marahin tu rokok?

Sampe Alen buang rokok nya

Alis Galen terangkat, “Gue mahal-mahal beli itu, baru ngambil sebatang, masa langsung di buang?

Usapan nya terhenti, dengan cepat tangan Reggie terlepas dari pipi Galen. “Kalo mahal, kenapa di beli?

Oh, bayi ini mau berdebat?

Galendra menegakkan duduknya, melipat kedua tangan nya di dada lalu menatap Reggie dengan remeh.

Karena kepala gue lagi pening banget tadi

Reggie mengernyit, “Kalo kepala kamu sakit, kenapa ga beli obat?

Galen menghela nafas, “Pening nya gue bukan yang bisa di obatin pake obat, re

Berarti salah nya di pening itu...” ujar Reggie dengan suara pelan.

Iya, pening nya dateng karena lo

Karena aku?? Aku emang pendatang pening kepala?

Galen terkekeh sebentar lalu mendekatkan wajahnya dengan wajah Reggie.

Re, hari ini lo ga bersikap kaya biasanya dan itu yang bikin gue ngerasain pening

Bibir Reggie terkatup, matanya terus menatap Galen, dada nya pun mulai bergemuruh.

Kok bisa...” gumam nya sambil menunduk.

Galend tersenyum tipis lalu menjauhkan wajah nya dari Reggie.

Gatau ya. Mungkin usaha lo selama ini membuahkan hasil?

Reggie mengangkat wajahnya, menatap Galen dengan bingung namun seperkian detiknya senyum manis muncul di bibir nya, binar mata bahagia menghiasi.

Alen udah suka juga sama aku?!

Ck, mungkin re. Mungkin

Dih, bilang aja udah!

Galen memutar bola matanya lalu beranjak dari duduk, membuat Reggie sontak melakukan hal yang sama.

Gue mau balik, sana lo juga gih

Iya, aku juga mau pulang tau! Kita searah ini. Eh, Alen beneran udah suka sama aku?

Masih belum jelas, re. Gue mau mastiin lagi

Mastiin nya lama?

Iya, sampe satu tahun

Ish, kalo gitu mending aku cari yang lain aja!

Lo kok tega?

Alen kok tega?

Kedua nya berjalan sembari melanjutkan perdebatan, meninggalkan minimarket dan sebungkus rokok beserta korek yang baru saja Galen beli.

Ternyata, hari ini ga sekacau itu. Selagi Reggie muncul di hadapan-nya, hari yang buruk pun akan menjadi baik kembali.