Peluk.

Galendra mengusap wajahnya dengan kasar lalu menghela nafas dengan dalam. Ia mematikan ponselnya, meninggalkan kedua sahabatnya yang mulai melantur tidak jelas.

Aneh, hari ini dia merasa dirinya sangat aneh. Chandra benar, baru pertama kali dalam hidupnya ia meninggalkan arena sebelum acara utama dimulai. Lalu, baru kali ini ia merasa sangat marah pada kedua musuhnya jika di arena, Jendra dan Haje.

Kenapa? Kenapa Galendra bisa berubah seperti ini?

Tok tok tok

Alen, udah tidur?

Ah, iya tau. Itu semua karena Reggie.

Belum, Re. Masuk aja” jawabnya tanpa bergerak sedikit pun dari acara berbaringnya.

Galendra mendengar pintu kamarnya yang dibuka lalu hidungnya mencium wangi vanilla yang samar. Matanya pun bergerak untuk melihat kearah Reggie.

Astaga, mengapa didalam hidupnya ia bisa bertemu dengan mahluk yang menggemaskan seperti Reggie?

Padahal Reggie hanya memakai setelan piyama berwarna putih tulang sambil memeluk boneka peri yang Galen beli beberapa hari kemarin.

Kenapa?

Aku gabisa tidur” ujarnya dengan pelan, sambil mengeratkan pelukannya pada boneka itu. Reggie kini sedang berdiri tidak jauh dari pintu kamar Galen.

Ada hantu di kamar lo?

Reggie sontak menggelengkan kepalanya, Galendra yang melihat itu pun langsung tersenyum tipis. “Terus? Lo mau tidur bareng gue?

Boleh?

Gila lo, Re.

Padahal Galendra hanya bercanda menawarkan hal tersebut, tapi mengapa respon Reggie malah serius? Ditambah dengan binar mata yang sangat berharap untuk dibolehkan.

Jika begini, Galendra tidak yakin akan tidur dengan pulas malam ini.

Keduanya diam, hening pun melanda beberapa saat. Sang pemilik kamar tampak tengah berpikir, jawaban apa yang harus di berikan pada Reggie.

Hingga setelah berdebat antara pikiran dan hatinya, hatinya lah yang menang.

Yaudah, sini” ujarnya sambil merapihkan posisi tidurnya juga selimut miliknya. Reggie sontak tersenyum lebar lalu berjalan menuju kasur Galendra.

Kini keduanya tidur bersampingan, hanya dibatasi oleh boneka milik Reggie. Tidak berani saling mengucapkan sepatah kata karena sibuk menormalkan pacuan jantung. Baik Galendra dan Reggie sama sekali belum tidur, mata mereka masih asik menatap langit-langit kamar Galendra.

Lima menit berlalu dan Reggie pun mulai menyuarakan suaranya, “Alen, biasanya kamu kesitu?

Galendra berdehem singkat. “Kenapa?” tanya Reggie sambil memiringkan tidurnya untuk menatap Galendra dengan jelas.

Gapapa” Reggie mendengus pelan lalu memeluk Algie, menyembunyikan wajahnya di boneka itu.

Jendra sama Haje masih chat lo terus?

Iya

Gausah dibales, block aja sekalian twitter sama imess mereka

Kenapa? Katanya mereka mau temenan sama aku

Galendra memiringkan posisi tidurnya hingga kini ia berhadapan dengan Reggie, matanya menatap si manis dengan intens membuat sang empu merasa gugup.

Terus? Lo mau temenan sama mereka?

Kenapa juga aku gamau?

Mereka jahat, re

Maksud jahat itu apa?

Galendra menatap Reggie dengan tidak percaya, “Mereka suka ngomong kasar, sikapnya ga bisa di prediksi, pokoknya ga cocok sama lo yang—

Galendra mengatupkan bibirnya dengan cepat dan hal itu membuat Reggie bingung, “Yang apa?” tanya nya.

Udah malem, mending tidur” Galendra menghiraukan pertanyaan Reggie, ia merapihkan selimut untuk menutupi tubuh keduanya dengan baik.

Aku cuman mau deket sama semua temen kamu, alen...” lirih Reggie. “Mereka bukan temen gue, re

Lagian, buat apa lo tau semua temen gue?

Biar aku tau, kamu itu kaya gimana. Aku mau nambah deket sama kamu, melebihi kita yang sekarang” setelah berucap seperti itu Reggie pun menutup matanya. Galendra langsung terdiam, terlalu bingung harus merespon ucapan Reggie dengan bagaimana.

Hingga yang ia lakukan hanya menatap wajah Reggie yang terlelap, cantik ya batinnya. Senyum tipis kembali terukir, Gue gatau, segitu suka nya lo sama gue ya, re? tangan nya dengan pelan mulai bergerak untuk menyingkirkan helai rambut yang menutupi wajah manis milik Reggie.

Oke, Re. Gue bantu, gue bantu lo buat tau semua tentang diri gue dan gue juga bakal berusaha buat tau semua tentang diri lo.