Gimana hari ini?

cw // mention cigarettes

Gue balik ya!” seru Galen sambil berjalan menuju pintu utama cafè.

Tiati!” Galendra membalas seruan dari para rekan kerjanya dengan lambaian tangan kiri, tanpa menoleh ke arah mereka.

Jam sudah menunjukkan pukul 22.20 di tampilan layar kunci handphone milik Galendra. Pemuda itu mengambil nafas sejenak kemudian menghembuskan nafasnya dengan gusar.

Ia pun mulai melangkahkan kaki nya menuju tempat tinggalnya. Kenapa tidak menggunakan kendaraan? Karena pagi tadi, entah mengapa rasanya ia ingin berangkat kerja dengan berjalan kaki.

Mengurangi polusi udara. itu alasan ia memilih berjalan kaki. Namun, ketika malam tiba ia merutuki diri. Harusnya ia membawa motor, karena rasanya hari ini ia sangat lelah.

Helaan nafas gusar kembali terdengar. Raut wajah yang sedari pagi menunjukkan rasa bahagia dan ramah kini berubah menjadi datar serta guratan lelah menghiasi wajahnya.

Benar-benar hari yang berjalan dengan buruk.

Tak terasa, kaki nya pun terhenti di depan minimarket yang sering ia kunjungi. Ia menatap sebentar lalu memilih untuk bersinggah sejenak di minimarket tersebut.

Mengambil sekaleng kopi favoritnya lalu berjalan menuju kasir untuk membayar. Namun saat dirinya tidak sengaja melihat deretan berbagai macam rokok, batinnya berteriak untuk membeli satu bungkus agar pening di kepala nya mengurang.

Kak” panggilan dari sang kasir membuat Galen tersentak.

Harga nya ja—

Merah sama korek, satu” Akhirnya, Galen memilih untuk membeli nikotin tersebut. Sang kasir menoleh kebelakang untuk mengambil barang yang pembeli nya maksud.

Setelah membayar semunya, Galen pun keluar lalu duduk disalah satu kursi yang disediakan minimarket tersebut. Ia menyandarkan tubuhnya di kursi tersebut lalu mengadahkan kepalanya untuk melihat langit malam.

Puas melihat langit, ia pun mulai meminum sekaleng kopi yang ia beli sambil menatap dua barang lainnya.

Sebungkus rokok dan koreknya.

Sudah lama sekali, Galen tidak membeli dua barang ini. Terakhir kali saat.... ah, sehari sebelum ia dan Reggie bertemu.

Reggie... ada apa dengan pemuda manis itu hari ini? Mengapa dirinya bersikap berbeda? Apa Reggie akhirnya memutuskan menyerah untuk membuat nya jatuh hati?

Galendra terkekeh pelan sambil menggelengkan kepalanya, tangan nya bergerak untuk mengambil satu gulungan nikotin tersebut, membakar ujungnya kemudian ia sesap.

Menyesap lalu mengeluarkan asap nya. Kegiatan itu berulang terus hingga gulungan tembakau tersebut sudah terbakar setengah nya.

Malam yang sunyi, suara mesin kendaraan yang berlalu lalang di jalan raya, serta hembusan angin menjadi teman Galendra malam ini.

Alen?

Suara yang sedari pagi ia ingin dengar, menyapa indera pendengarannya. Kepalanya menoleh kearah asal suara, kemudian mata mereka saling bertemu.

Galendra menatap pemuda manis itu dengan datar kemudian mengalihkan pandangan nya dan melanjutkan menyesap nikotin itu.

Reggie sedikit tersentak saat melihat keadaan Galen yang jauh dari kata baik-baik saja. Tiba-tiba pemuda manis itu pun teringat akan sesuatu. Langsung saja kaki jenjang nya itu berjalan, mendekati Galen.

Alen...” Galendra mengabaikan Reggie.

Reggie mengambil duduk tepat di sebelah pemuda itu. Menatap Galen dengan mata yang ingin menangis karena ia sangat merasa bersalah.

Maaf, Maafin aku

Galendra masih acuh, dirinya memilih untuk sibuk menyesap rokoknya. Menghiraukan Reggie yang tengah bersusah payah menahan sesak di dada nya akibat asap rokok tersebut.

Alen, hari ini aku— uhuk!” suara batuk dari Reggie membuat Galen menoleh.

Lo ga kuat sama asap rokok?” Sembari meredakan batuknya, Reggie mengangguk sebagai jawaban.

Galen menghela nafas pelan, mengeluarkan asap terakhir lalu mematikan ujung rokok tersebut di asbak yang di sediakan.

Batuk Reggie mulai mereda, pemuda manis itu dengan cepat mengambil oksigen yang tadi sempat tersendat.

Sorry” Ujar Galen dan Reggie langsung mengangguk sambil tersenyum.

Aku maafin. Jadi, Alen juga maafin aku kan?

Galendra mengangkat satu alisnya, menatap Reggie sebentar kemudian beralih untuk membuka sebungkus permen. Ia makan permen tersebut untuk menghilangkan bau rokok yang ada di mulutnya.

Maaf soal apa?” Tanya Galen di sela kegiatan mengemut permen nya.

Maaf karena aku ga dateng ke cafè buat nemenin alen hari ini, juga aku lupa buat bangunin Alen tadi pagi...” Ujar Reggie dengan suara pelan.

Kenapa?

Reggie yang tadi menunduk langsung menoleh kearah Galen, yang ternyata juga sedang menatap dirinya.

Apanya yang kenapa?

Galendra berdecak, “Kenapa lo gabisa dateng ke cafè?

Oh! Hari ini aku nemenin sepupu aku jalan-jalan sekitar sini. Dia mau nginep sehari di rumah aku, terus lanjut ke kota sebelah

Permen Galen sudah habis, ia masih menatap Reggie. Mencari jawaban, apakah Reggie berbohong atau tidak. Namun, yang ia dapati hanya binar mata kejujuran.

Sepupu?

Iya, Sepupu. Aku tadi sempet post foto nya di twitter deh

Foto yang lagi di supermarket?

Ih, betul! Alen liat?

Galendra mendengus pelan namun dalam hatinya entah mengapa ia merasa sedikit senang dan lega saat mendengar itu.

Yaiyalah liat, kan kita mutualan” Reggie pun mengangguk paham.

Kemudian hening.

Keduanya sedang asik bergelut dengan pikiran masing-masing.

Alen

Hm

Gimana hari ini? Berjalan dengan lancar?

Galen tersentak pelan saat mendengar pertanyaan dari Reggie.

Pertanyaan yang sederhana namun membuat suasana hati nya yang buruk menjadi lebih baik.

Hari yang berjalan dengan buruk” jawabnya dengan nada yang santai.

Reggie menatap Galendra dengan pandangan khawatir, “Alen, coba liat aku” Galen menoleh kemudian menatap pemuda manis tersebut.

Keduanya saling menatap hingga dengan perlahan kedua tangan Reggie terangkat untuk menangkup pipi Galen. Sang empu memilih diam, ingin tahu apa yang akan pemuda manis itu lakukan.

Lalu usapan lembut di kedua pipi nya ia rasakan, hangat dan menenangkan. Tanpa sadar kedua matanya terpejam, menikmati sentuhan halus dari Reggie.

Hari ini jelek banget ya? Sampai Alen beli barang gajelas ini?” mendengar hal itu, Galendra pun membuka kedua matanya kembali. Menatap Reggie yang tengah bergumam tentang buruk nya rokok, namun usapan tangan di pipi nya tidak berhenti.

Senyum tipis nya perlahan terbit. “Re, mau sampe kapan lo marahin tu rokok?

Sampe Alen buang rokok nya

Alis Galen terangkat, “Gue mahal-mahal beli itu, baru ngambil sebatang, masa langsung di buang?

Usapan nya terhenti, dengan cepat tangan Reggie terlepas dari pipi Galen. “Kalo mahal, kenapa di beli?

Oh, bayi ini mau berdebat?

Galendra menegakkan duduknya, melipat kedua tangan nya di dada lalu menatap Reggie dengan remeh.

Karena kepala gue lagi pening banget tadi

Reggie mengernyit, “Kalo kepala kamu sakit, kenapa ga beli obat?

Galen menghela nafas, “Pening nya gue bukan yang bisa di obatin pake obat, re

Berarti salah nya di pening itu...” ujar Reggie dengan suara pelan.

Iya, pening nya dateng karena lo

Karena aku?? Aku emang pendatang pening kepala?

Galen terkekeh sebentar lalu mendekatkan wajahnya dengan wajah Reggie.

Re, hari ini lo ga bersikap kaya biasanya dan itu yang bikin gue ngerasain pening

Bibir Reggie terkatup, matanya terus menatap Galen, dada nya pun mulai bergemuruh.

Kok bisa...” gumam nya sambil menunduk.

Galend tersenyum tipis lalu menjauhkan wajah nya dari Reggie.

Gatau ya. Mungkin usaha lo selama ini membuahkan hasil?

Reggie mengangkat wajahnya, menatap Galen dengan bingung namun seperkian detiknya senyum manis muncul di bibir nya, binar mata bahagia menghiasi.

Alen udah suka juga sama aku?!

Ck, mungkin re. Mungkin

Dih, bilang aja udah!

Galen memutar bola matanya lalu beranjak dari duduk, membuat Reggie sontak melakukan hal yang sama.

Gue mau balik, sana lo juga gih

Iya, aku juga mau pulang tau! Kita searah ini. Eh, Alen beneran udah suka sama aku?

Masih belum jelas, re. Gue mau mastiin lagi

Mastiin nya lama?

Iya, sampe satu tahun

Ish, kalo gitu mending aku cari yang lain aja!

Lo kok tega?

Alen kok tega?

Kedua nya berjalan sembari melanjutkan perdebatan, meninggalkan minimarket dan sebungkus rokok beserta korek yang baru saja Galen beli.

Ternyata, hari ini ga sekacau itu. Selagi Reggie muncul di hadapan-nya, hari yang buruk pun akan menjadi baik kembali.