.
.
For someone that I met on October 2023,
Halo, kak.
Hehe, surat kedua ya jadinya ini?
Fyi, aku tulis surat ini setelah aku tanya kamu 'mau surat digital ga, kak?'. Beneran.
Kalo ga percaya, sekarang tanggal 20 Desember 2023 jam 22.01. Percaya kan sekarang?
Hmmmmmm, jadi ya alasannya bikin surat ginian tuh sebenernya mau ngeluarin unek-unek aja. Ya emang bisa sih lewat chat kita, tapi gamau ah. Enakan pake surat~
Hufftt...
Oke, sebenernya gini ya kak.
Kamu ngerasa ga sih kalo feel chattan kita beda setelah break 3 minggu?
Kalo iya, berarti kita sama. Kalo ngga, berarti ada yang salah sama aku. Kenapa aku ngerasa beda padahal kamu b aja.
Apasih yang aku rasain? Complex, kak. Aku ngerasa deja vu juga, aku pernah ada di posisi ini dan aku tau gimana endingnya nanti.
Inget ga pas aku bilang galau? Iya, aku galauin kamu, kita dan gimana endingnya. Sebenernya buat apa juga ga sih di pikirin? Kita kan cuman temen ngobrol yang gausah di seriusin. Ya kan?
like what you said, we're just online friends.
Tapi, kak. Maaf banget, bohong kalo aku ga baper dan salting beneran sama kamu. Aku mau terus nyangkal hal itu, tapi gimana ya kak? Gabisa deh, aku gabisa denial buat yang satu ini.
Gapapa kok, ga nyalahin kamu yang kadang flirting sama aku. Kamu ga too much, cuman aku aja yang lemah kalo digituin. Aku juga sih yang mulai, jadi yaudah. Don't mind, ok?
Chattan kita setelah 3 minggu ini makin singkat. Kalo kamu mau tau gimana rasanya, sedih. Aku sedih, kak. Gapapa deh kalo kamu bilang aku alay. Iya, aku emang alay. TAPI SIAPA YANG GA SEDIH HUHUHU, i miss you very much but i can't say it everyday cause I'm worried I will make you uncomfortable. So I hold it.
Aku kangen kamu, kak. A lot.
Aku gabisa nyalahin siapa-siapa juga, toh kita kan emang dasarnya temen ngobrol. We don't have special relationship that make us must talk with each other everytime, right? You have your own life and also mine.
Sigh...
Kak, I don't want us to have the same ending as me and the people I knew closely before. I don't want to lose you, but if it's fate that we have to separate, I just want to say thank you. Thanks a lot.
Makasih udah mau jadi temen ngobrol aku dan bales pesan aku dengan ramah, walau aku ada songongnya. (Duh, malu juga kalo diinget-inget.) makasih buat kata-kata penyemangat, manis, dan perhatiannya. It means a lot for me, kak.
Bahagia terus ya, kak.
Aku doain yang terbaik buat kamu, semoga kuliahmu lancar sampai wisuda nanti, semoga kamu dikelilingi orang-orang baik juga bikin kamu bahagia, semua doamu dikabulkan, dan sehat selalu.
Sekali lagi, makasih banyak karena udah cerita banyak hal dan bikin aku bahagia setiap chattan sama kamu.
You deserve to have someone that will treat you better and always make you happy.
Nanti, kalo seandainya SEANDAINYA setelah surat ini dikirim dan aku tiba-tiba ga chat kamu lagi, maaf ya?
Iya iya, tau kok. aku pernah bilang ke kamu, aku ga bakal pergi ninggalin kamu sampai kamu yang ninggalin aku duluan. Gitu kan? Iya, aku inget. Tapi, maaf ya kak?
Kamu ga salah kok, aku yang salah. Kaya kata kamu, kalo online gini emang ada yang kurang. Oleh karena itu, lebih baik aku menghindar sekarang kan? Daripada aku sama kamu hubungannya makin hambar dan gajelas, I'll let you go and back to your free life. Let's enjoy our life, kak.
Kamu harus menggaris bawahi kalo kamu gaada salah apa-apa sama aku loh, ya. Aku cuman apa ya.... mau bikin diri ini ga bereaksi berlebihan(?) sama hubungan pertemanan kita. AKU ENJOY KOK TEMENAN SAMA KAMU, SUER.
Tapi ya, kak. Ayo kita ngobrol lagi dengan suasana yang happy dan ga cuman formalitas karena ngerasa bersalah kalo ga chat satu sama lain.
It's nice to know you, kak. I'm still your friend and that will never change.
27 Desember 2023
Hari ini kita chattan nya panjang deh wkwkwk, feel nya mendadak bikin aku ragu buat pergi dari kamu.
Gimana donggg, kamu ni bisaan dah bikin aku ragu.
Aku jadi bingung sama perasaanku sendiri. Aku mau bertahan sama hubungan kita ini, tapi aku juga gabisa ngelak kalo aku mau juga kejelasan. Kalaupun label kita cuman 'teman dekat', gabisa juga ga sih, kak? Kita terlalu jauh dari label itu.
Kak, what do you think?
Aku takut, kak.
Aku gamau dapet ending yang sama kaya kemarin2, tapi aku juga gamau ninggalin kamu.
Apalagi pas baca jawaban kamu dari sesi wawancara yang aku buat, aku ngerasa bersalah sekaligus seneng.
Kak, aku jadi gamau lepasin kamu gitu aja.
Maaf, kak. Aku jadi nuntut dan kasih pressure ke kamu, ya? Maaf, maaf, maaf.
Sigh...
I think, Today will be the last day I finish this letter.
So, let me give you the real sweet letter.
Hai, kak. It's so nice to know you in this year. Kamu ngasih banyak pengalaman yang ga pernah aku sangka, aku bakal ngalamin hal itu. Your words, that's the sweetest thing I've ever heard. Really. Kamu salah satu orang spesial yang datang dalam hidupku, itu fakta yang baru aku sadari. Kenapa? Karena kamu, aku jadi percaya lagi buat naksir orang yang beneran (bukan 2d atau idol, duh). Walau aku gatau apa yang bener-bener kamu rasain ke aku dan aku gatau apa yang sebenernya aku mau. Maaf ya, kalimat di atas tadi tentang 'pergi' itu masih seandainya, soalnya keputusannya bergantung di kamu. Gimana kamu respon surat ini dan gimana tanggapan kamu tentang kita, aku mau baca itu sebelum aku buat keputusan. Uhm, anywayy beneran makasih banyak ya. I hope you meet many more good people this year, all your wishes come true, and much happiness comes to you.
Once again, thankyou kak Aldi and happy new year!
From Al.
Halo, kak.
Wkwkwk, aneh ga dapet surat digital gini?
Jadi, kenapa aku tiba2 ngasih surat digital ini?? Ya... karena aku mau, apalagi nanti malem adalah moment terakhir kita sebelum kamu sibuk dengan persiapan UAS dan begitu juga aku.
Ini sebenernya jadi kebiasaan aku, suka buat surat-surat digital buat orang yang emang pantes baca hal-hal manis sebelum hari besarnya.
Nah, kali ini kamu berkesempatan buat dapet surat digital dari aku wkwkwk. KAMU HARUS NGERASA SPESIAL👊😾 Karena ya emang spesial sih kamu, wkwkwkwk.
Nanti mulai hari senin, kamu semangat dengan segala pratikum yang bikin capek itu. Capeknya nanti terbayarkan kok! Gaada usaha yang hasilnya sia-sia.
Semangat semangat semangat!!!!!!
Terus buat doanya, semoga pratikum dan pembuatan laporannya lancar, Revisiannya lancar semua, UAS nya juga lancar dan semoga semua itu dapet nilai yang bagus. AAMIIN.
Apalagi ya....
Oh, aku juga mau minta maaf deh. Semisal ada kalimat yang bikin kamu sakit hati, atau aku ngambek2 gajelas yang bikin kamu bingung, kadang juga di bikin jengkel karena aku ngomongin cowo lain terus ((ya abisnya gimana, aku naksir berat sama haechan nanami😔)). Izin meminta maaf🙏🙏
Juga makasih, makasih banyak buat kating ipb yang kesayanganku ini. Makasih udah jadi temenku yang baik, kating yang keren dan jadi pendengar cerita2 random aku. Thankyou very much, kak.
3 minggu ya......
I'll miss you so much-3-.
JANGAN LUPAIN AKU👊👊👊👊
kalo lupa gapapa sih, berarti kamu dah bertemu teman yang lebih spesial dan ngerti kamu. Semoga bahagia terusss💐
Sudah, sekian dari aku. SEMANGAT BUAT UASNYA, KAKAK ALDDIIII
From maba akuntansi a.k.a cewenya nanami dan haechan:P
.
Pagi yang cerah menyapa wajah manis Akala yang tengah berjalan menuju ke sekolah seperti biasa. Suasana kota yang sangat asri dan terasa damai seketika membuat mood pemuda manis ini menjadi baik.
Semuanya ia sapa, semuanya ia senyumi, semuanya ia senandungi. Itulah kondisi Akala yang tengah berjalan menuju sekolahnya.
Hingga tak terasa, kaki Akala pun menginjak ke gerbang utama sekolahnya. Baru saja dua langkah ia masuk ke gerbang, terdengar suara bass yang berteriak memanggil namanya.
Jangan bilang....
Akala menoleh, seketika senyumnya pun sirna dan terganti dengan wajah masam saat mengetahui siapa yang memanggil dirinya.
“Lo bisa ga sih kalo manggil nama gue biasa aja, Jen?”
Jenan, pemuda yang memiliki paras sempurna untuk ukuran anak SMA, juga pemuda yang selalu, selalu dan selalu memanggil nama Akala dengan keras dimanapun, kapanpun.
“Hehehe, hai Akala~” Sembari menampilkan senyum menawannya, yang sudah pasti membuat siapapun terpikat.
Sial. Iya, Akala termasuk.
Mencoba tidak menunjukkan reaksi aslinya, Akala hanya memutar bola matanya malas dan lanjut berjalan masuk ke sekolah.
Jenan terkekeh, sudah biasa baginya untuk melihat reaksi Akala yang judes itu. Tapi keliatan lucu juga kok. Cielah.
“Reaksinya gitu terus, gamau di ubah?”
“Gak”
“Kenapa? Buat nutupin salting?”
Tepat sasaran.
Diamnya Akala membuat Jenan tertawa sebab tidak kuat. Iya, tidak kuat dengan betapa imutnya Akala saat ini.
“Kala”
“Panggil Akala! Kalo Kala jadi kaya nama cewe” Akala mendengus kesal dan Jenan lagi-lagi hanya terkekeh.
“Lucu banget sih? Kapan nerima gue nya, Kal?” Untuk kalimat terakhir, Jenan katakan dengan suara kecil. Namun, Akala yang berjalan di sebelahnya tentu mendengar jelas.
Akala memilih diam, seperti biasa. Jenan pun tersenyum kecil.
“Yau—”
“Stop aja, Jenan. Lo udah tau alasannya kan?” Lalu si manis pun berjalan pergi, meninggalkan Jenan yang hanya berdiri diam.
Jenan tersenyum lagi sembari menatap punggung sempit Akala, namun senyum kali ini menyiratkan rasa perih. Walau lagi-lagi dia sudah terbiasa di perlakukan seperti itu oleh Akala.
Mau sampai kapan Akala....
Sampai gue sembuh
Memangnya kisah cinta anak SMA bisa seberat ini?
Hi, there. How are you today? Good, right? Of course you deserve to feel good cause today is your day! Yeay!
Congratulations for your level up!
18 tahun ya, kei? Wow. You should be proud with yourself. Selamat datang di level baru ini, di tahun yang baru ini, di kehidupan baru yang menanti ini.
Cieee sekarang lebel namanya bukan siswa sma lagi, udah jadi mahasiswa baru di UPI nih bos, senggol dong~ chuakss.
ANW back to topic, LOL.
Sampe mana tadi?
Oh... iya.
Pokoknya, selamat datang di kehidupan 🔞 ini sebab kamu bisa mengakses semua yang tidak akan bisa di akses kalo masih minor. MAKSUDNYA, kamu bisa hidup lebih mandiri sekarang (wkwkwkwk, you know what i mean not this right?)
So... how's bandung? You feel good with the vibes? I know you will feel kinda lonely, but don't overthink it to much okay? Just enjoy it, cause enjoying something make your life more easier.
Keisha....
Makasih sudah datang ke dunia ini dan membawa banyak sekali kebahagiaan untuk orang-orang sekitar kamu. Tanggal 21 Agustus 2005, pasti jadi tanggal yang berarti untuk orang-orang di sekitar kamu.
Makasih juga karena terus berjuang di dunia yang aku tau ga seindah ekspetasi kamu, tapi kamu hebat banget karena terus berjalan kedepan dan ngehadapin semuanya. Kamu hebat.
Aku berharap, di tahun kamu yang ke-18 ini ada banyaakkk banget kebahagiaan yang datang ke kamu, kesehatan yang selalu menemani kamu, do'a baik kamu yang dibalas juga dikabulkan oleh Allah SWT, dan juga kehidupan kamu sebagai mahasiswa menjadi lancar se lancar-lancarnya. Aku juga berharap, di tahun ini kamu ga banyak nangis dan banyak ketawa juga senyum.
Wish you all the best, always.
Aamiin.
YAH, begitu saja. Ini surat ke-sekian yang aku kasih ke kamu. Semoga kamu suka dan ga bosen kalo aku kasih surat kaya gini.
Enjoy your day, kei.
Love you.
Happy birthday.
from: your beloved bff, aleyka.
Kini yukimiya sedang duduk di hadapan cici, anak didik di tempat les tempat ia bekerja. Setelah cici menerimanya untuk masuk, dia mengikuti cici yang duduk di kasurnya dan dia memilih duduk bersimpuh di lantai. Tepat di depan kaki cici.
Pria itu tengah menelan ludahnya gugup dan sedikit gemetar karena takut dengan aura yang cici keluarkan saat ini.
“Pak yuki”
Yukimiya mengangkat kepalanya lalu menggeleng ribut saat mendengar panggilan itu. Matanya kian memanas saat melihat cici menatap kearahnya dengan dingin.
Sambil gugup, dia pun melirih “jangan panggil pak...”
“Terus mau di panggil apa, hm?” Cici mengangkat dagu yukimiya untuk menatap kearah matanya. Pria itu lagi-lagi menelan ludahnya dengan susah payah lalu berusaha menjawab, “apa aja, terserah kamu...”
“Katanya ga sopan ya akunya?” Yukimiya langsung saja menangis lalu menggelengkan kepalanya.
“Aku—aku cuman salah tingkah... kamu manggil mas gitu... aku ga kuat” lagi, yukimiya menjawab dengan suara lirih dan debaran jantung yang semakin bertalu cepat.
“Kenapa ga kuat? Kamu suka sama aku, yuki?” Cici mulai mendekatkan wajahnya pada yukimiya dan rasanya yuki ingin sekali pingsan saat itu juga. Tangan pria itu terkepal meremat kemejanya dan pipi juga telinga nya semakin memerah. Deru nafasnya pun semakin berat.
“Jawab”
Yukimiya mengangguk perlahan lalu menatap mata cici dengan gugup, “iya, aku suka sama kamu...” air matanya semakin turun.
“Ga sopan, suka sama mantan pacar adik sepupunya sendiri” Yukimiya semakin meremat tangannya lalu menggigit bibir dalamnya.
“Tapi aku suka sama kamu lebih dulu... isagi nikung aku buat dapetin kamu. Aku marah pas tau itu, kamu gatau gim—”
Ucapan yukimiya terputus saat cici meraup bibirnya sembari memegang pipinya. Mata pria itu membulat terkejut namun beberapa saat kemudian dia pun menutup matanya dan menikmati ciuman itu. Air matanya terus mengalir sembari menikmati.
Hingga beberapa saat kemudian cici melepaskan bibir mereka. Jujur saja, yukimiya sedikit tidak rela namun jika terus di lanjutkan dirinya benar-benar akan pingsan. Nafasnya menderu selepas ciuman.
“Yukimiya... ” pipi pria itu di elus dengan lembut, saking lembutnya yukimiya ingin terus merasakan elusan itu.
Cici terkekeh lalu berbisik di dekat telinga yukimiya, “kalau suka harusnya bilang, sayang~ jangan cuman diem gitu. Aku kan jadi gatau”
Pipi yukimiya semakin memerah apalagi saat cici mengecup telinganya setelah berbisik.
“Jadi... aku boleh jadi pacar kamu?” Ujarnya dengan gugup.
Cici tertawa lalu menggelengkan kepalanya.
“beg until I melt, yuki~”
Al kini berjalan keluar dari kelas terakhir nya hari ini, hembusan nafas lelah ia keluarkan untuk menandakan betapa lelahnya ia hari ini. Ia berjalan menyusuri tangga-tangga kampus dengan pikiran kosong, hingga tiba-tiba ingat sesuatu.
OH IYA, KAK NAGI!
Secara spontan langkah kakinya menjadi lebih cepat, pikirannya seketika buyar. Yang hanya ia ingat hanyalah, ini sudah jam 3 dan itu tandanya ia sudah telat 1 jam dari janji temu dirinya dengan nagi.
Selama berjalan, orang-orang banyak menyapa perempuan itu dan hanya dibalas senyuman oleh Al. Saat sudah keluar gedung, kini ia berlari dengan sekuat tenaga menuju tempat kakak tingkatnya.
Gawat gawat GAWAT!
10 menit ia berlari, hingga akhirnya sampai di tempat tujuan. Nafasnya menjadi tak teratur dan matanya panik mencari kesana kemari sosok nagi.
Tak!
Ketemu!
Perempuan itu menemukan nagi yang duduk sambil bersandar di pohon paling besar 1 kampusnya itu. Senyum tipisnya tanpa sadar muncul, lalu dengan langkah percaya diri ia pun mendekati nagi.
“Permisi, kak”
Nagi, laki-laki semester 6 fakultas bahasa jepang, dengan ciri khasnya kacamata tebal, bau matahari yang menyengat, tas hadiah pembelian laptop asus, juga motor supra yang selalu terparkir tak jauh dari tempat dirinya duduk. Benar, itu Nagi. Si mantan penjual ayam kuning paling enak menurut Al.
“Hm?” Laki-laki itu mengangkat wajahnya, menatap perempuan asing yang ada di hadapannya.
“Hai, kak nagi. Aku al”
Senyum perempuan itu entah mengapa membuat nagi terdiam sejenak lalu tak lama kemudian, dirinya pun melayangkan senyum untuk perempuan itu.
“Saya ga nyangka kamu cewe”
“Eh?”
“Jadi, gimana sama tupperware mama saya? Aman?”
Perempuan itu mengangguk lalu mengambil benda milik nagi dari totebag kesayangannya.
“Ini, kak. Maaf banget ya karena telat ngasih... bahkan aku bikin kakak nunggu 1 jam disini. Bener-bener, aku minta maaf ya kak” al menundukkan tubuhnya hingga 180° dan hal itu membuat Nagi menjadi sedikit terkejut lalu tertawa.
“Masyaallah” gumam laki-laki itu.
“Gapapa, Al. Itu bukan salah kamu, saya tau kamu ada kelas. Kalo gitu, makasih juga karena udah berusaha buat mengembalikan ini ya? Kamu nyelamatin saya dari perang dingin dengan mama saya” Ujarnya dan diakhiri senyum bodohnya.
Al mematung saat melihat tingkah kakak tingkatnya itu.
Jelek, tapi lucu—IH APA SIH BANGSAT, JELEK POKOKNYA DIA! al sedikit menggelengkan kepalanya saat pikiran tak jelas mulai menyergap.
“Kalo gitu, saya pulang duluan ya. Sekalian mau mengakhiri perang dingin”
“Iya, kak. silahkan...”
Nagi berjalan menuju motornya, namun sebelum itu ia berdiri didepan Al lalu diam sejenak untuk menatap wanita itu. Perempuan yang ditatap tentu bingung dengan sikap aneh kating nya itu.
mungkin sekitar 2 menit, nagi meneliti perempuan didepannya. Hingga akhirnya ia mengangguk.
“Saya tau kamu, teman-teman saya selalu membicarakan kamu”
“Hah?”
“Saya kira selera mereka rendah karena semua perempuan di bilang cantik, tapi kamu memang cantik”
Al mematung saat mendengar hal itu dan nagi berujar sembari membenarkan kacamatanya yang terus turun dari batang hidungnya.
“Saya ga nyangka bisa ketemu kamu gini, lain kali saya ajak pergi berdua... gapapa kan?”
“Uh—”
“Saya pamit duluan, kabari kalo sudah sampai kosan kamu. Hati-hati ya”
Nagi pun melengos meninggalkan Al yang masih terdiam seribu bahasa, hingga suara khas dari motor supra milik nagi membuat dirinya sadar dan langsung memukul kepalanya sendiri.
DASAR BEGO, LO NGAPAIN BAPER GITU?!
ga selamanya pertemuan pertama itu paling manis kan? Bisa aja yang paling manis di pertemuan kedua HAHAHAHA.
Gilang kini tengah berada didalam mobil yang dikemudikan oleh Sakiel. Keduanya dalam keadaan hening sejak berangkat tadi. Jadi, Sakiel berinisiatif untuk menyetel lagu dari radio mobilnya.
Gilang pun memilih untuk terus menatap pemandangan di luar jendela mobil.
Cantik. Semuanya keliatan cantik. batinnya.
Pemandangan diluar memang sangat cantik, pasalnya musim semi membuat semua bunga dan tumbuhan lain tumbuh dengan warna yang luar biasa indah. Apalagi, kelopak bunga sakura yang terbawa angin menambah kesan cantik. Semuanya terekam jelas di mata Gilang.
Sejak kapan musim semi secantik ini? Apa di dunia gue juga begini? Ah... gue terlalu sibuk bertahan hidup, sampe ga inget pemandangan semua musim.
Binar matanya dengan perlahan meredup.
Gue... agak kangen.
Gilang menghela nafasnya dan hal itu membuat Sakiel mau tak mau menoleh kearah pemuda itu.
“Kenapa, Aiden?”
Gilang tersentak lalu menoleh kearah Sakiel, “Hm?”
“Kamu kenapa? Ga enak badan?” ujar pria itu dengan nada yang sedikit terasa khawatir.
“Gapapa, aku cuman.... teringat sesuatu” Kalimat akhirnya Gilang pelankan dan hal itu membuat Sakiel mengernyit bingung.
“Teringat apa?”
Gilang menggeleng, “Kamu tak perlu tahu. Oh! Kapan kita sampai nya?”*
“Di depan sana, kita sebentar lagi sampai”
Gilang menatap kaca depan mobil itu lalu menganga sebab takjub. Pemandangan di depannya tak kalah cantik, bahkan bisa dibilang luar biasa indah.
Spanduk untuk memberi tahukan adanya festival bunga, banyaknya kelopak bunga yang beterbangan sebab terbawa angin, juga warna-warni bunga yang cantik sudah terlihat dari gerbang masuk festival itu.
Gila, dunia novel ternyata secantik ini.
Di tengah Gilang yang sedang menatap takjub, diam-diam Sakiel mencuri lirik kearah pemuda itu lalu tersenyum kecil.
“Kau mau turun duluan, Aiden?”
Gilang menoleh, “Uh... ngga deh. Kita turun bersama saja”
“Kenapa?”
Gilang menggigit bibir bawahnya, “Aku...—aku takut tersesat”
Sakiel berdehem lalu mengalihkan pandangannya kearah depan, “Oke, kita akan turun bersama”
“SAKIEL! LIAT ITU BUNGA UNGU!”
“Lavender, Aiden”
“Bunga matahari! Ayo kesana, Sakiel!”
“Pelan-pelan, Aiden!”
“Sakiel, fotoin!”
“Oke, tapi habis itu kita foto berdua”
“Iya-iya, kita emang harus banyak foto!”
“Aiden, ayo liat bunga tulip”
“Gamau~ Liat mawar aja!”
“Tapi setelah itu liat tulip, bagaimana?”
“OKE!”
Setelah 15 menit berkeliling, akhirnya energi Gilang habis. Dia sudah tidak sanggup lagi memutari kebun bunga itu. Alhasil, dirinya duduk di salah satu bangku yang tersedia disitu.
Sakiel mendekati Gilang lalu duduk disebelah pemuda itu, diam-diam dirinya pun menahan senyum sebab wajah letih aiden cukup terlihat lucu dimatanya.
“Sudah lelah?” Ujar Sakiel sembari mengusap keringat di dahi Gilang dengan sapu tangannya.
“Huh! Iya, aku lelah dan butuh minum” tangan Gilang mengambil alih sapu tangan Sakiel lalu mengusap keringatnya sendiri.
“Aku belikan minum dulu, kau tunggu disini. Jangan kemana-mana” Gilang hanya bisa mengangguk lalu Sakiel pun beranjak membelikan minum.
Gilang berulang kali menghembuskan nafas agar nafasnya kembali netral. Setelah normal, matanya pun kembali menikmati pemandangan cantik didepannya.
“Cantik...” Gumamnya sembari melihat hamparan bunga tulip.
Srett!
“Permisi”
Tiba-tiba saja seorang wanita yang menurut Gilang sangat cantik itu, berada di depannya dengan gestur sedang menyapa dirinya.
“Eh?”
Bingung, Gilang menjadi bingung karena kedatangan tiba-tiba wanita itu.
Melihat wajah bingung Gilang, membuat wanita itu tersenyum manis.
“Maaf, aku boleh duduk disebelah mu? Kursi yang lain sudah penuh soalnya”
Mata Gilang mengerjap beberapa kali lalu mengangguk cepat.
“Ya, silahkan!”
“Terimakasih”
Ini sih ga kalah cantik, bidadari jatuh darimana ya?
Wanita itu duduk disebelah Gilang lalu menyandarkan tubuhnya. Ia memejamkan matanya sejenak lalu kembali menatap Gilang.
“Kamu lucu ya”
“Eh—?”
Wanita itu tertawa kecil lalu bergerak mengambil sesuatu di tas kecilnya, dan yang ia ambil adalah....
Pita! Pita putih!
Wanita itu memakai pita di rambut bagian belakangnya untuk menahan rambutnya dari terpaan angin.
“Gimana? Aku jadi lucu juga kan?”
Ngga, anjir. Mati gue. Malah gue yang ketemu duluan!
“Iya...” jawab Gilang.
“Terimakasih. Omong-omong, kamu sedang menunggu siapa?”
Njir, gue harus jawab apa?!
“Itu—”
“Aiden”
Sakiel muncul dengan dua minuman yang berbeda warna. Gilang mengatupkan bibirnya dan wanita itu langsung menoleh ke belakang.
Sakiel dan wanita itu saling bertatapan. Gilang dapat melihat keduanya terkejut dengan kehadiran satu sama lain.
“Sakiel...”
“Aileen...”
OH IYA! AILEEN! Namanya mirip aiden ya... oh? Apa mungkin?...
“Gimana bisa?” Ujar Sakiel sambil perlahan mendekati Gilang dan Aileen.
Ini saatnya!
Gilang berdiri dari duduknya, membuat dua orang itu menatap kearahnya.
Gilang mendekati Sakiel lalu mengambil alih minuman yang ia rasa untuknya.
“Aku mau minum tapi mau ke toilet juga, aku tinggal ya!”
Lari, gue harus lari dari situasi ini.
Belum sempat Sakiel membalas, Gilang sudah berjalan dengan cepat meninggalkan Sakiel dan Aileen.
“Sakiel, long time no see”
“I miss you, Sakiel”
AKHIRNYA GUE BEBAS!
Sialan, Aiden.
what will happen next?
Gilang bernafas lega saat tahu dimana lokasi yang Ciffer maksud, itu semua berkat banyaknya catatan di hp Aiden.
Kini dirinya tengah menunggu sosok yang sudah membuatnya sangat berapi-api. Gilang sangat tidak sabar melihat wajah dari sosok yang membuatnya kesal setengah mati.
Set!
Bahu Gilang tiba-tiba terasa tertarik dari arah belakang dan wajah yang asing pun terlihat di samping kanan wajahnya. Sebenarnya orang asing itu cukup tampan, tapi menurut Gilang masih mending Sakiel.
Bentar? NGAPAIN GUE BANDINGIN SAMA SI SAKIEL?
Gilang menatap sini wajah itu, “Siapa?”
Wajah yang tadinya menampilkan senyum langsung mengernyit bingung. Wajahnya pun di jauhkan dari Gilang dan dengan cepat duduk di kursi depan Gilang.
“Ayolah, Aiden. Apa-apaan respon itu?”
Gilang menaikkan sebelah alisnya, meneliti pemuda di depannya lalu paham.
Jadi, ini sosok Ciffer brengsek. Aiden, selera lo ok juga ternyata.
“Memang aku harus merespon seperti apa? Memeluk atau mencium mu, huh?”
Ciffer tersentak saat mendengar jawaban Aiden, namun dengan cepat ia langsung mengubah mimik wajahnya.
“Kau bersikap sok keren begini, padahal kau mau mencintai ku kan?”
Gilang menatap Ciffer dengan pandangan tidak percaya, tangan kanannya pun reflek menutup mulutnya.
Narsis gila!
“Kau... percaya diri sekali, Ciffer?— ah, terserah kau saja dan ini” Gilang meletakkan selembar kertas dari saku kemeja nya.
Ciffer mengambil kertas itu dan membacanya.
“HOLLY—” Kini gantian Ciffer yang menutup mulutnya. Dia menatap Gilang yang kini tengah menyeruput minumannya.
“Sial, sebenarnya apa yang kamu lakukan dengan Sakiel itu?! Kau ti—”
“Jaga ucapan mu, Ciffer. Oh, dan ini” Kertas lain pun Gilang berikan pada Ciffer.
Mantan pacar Aiden yang menatapnya remeh tadi, sekarang mendadak kaku saat membaca kertas kedua.
“Jadi, siapa disini yang rendahan?” Ujar Gilang dengan tatapan datar.
“Aku tunggu sampai sore ini. Kau pasti menghasilkan banyak uang setelah mencuri salah satu catatan penelitian ku kan?” Ciffer menatap Gilang dengan ketakutan.
“Ai—”
“Kau tahu apa risiko nya kan?”
Ciffer terlihat keringat dingin dan rasanya Gilang ingin tertawa terbahak-bahak di depan wajah itu. Tapi lagi-lagi Gilang akan menahannya, demi Aiden.
“Aku duluan. Kau bisa mengirimnya melalui nomor ini” Gilang meletakkan kertas bertuliskan nomor rekeningnya di saku kemeja Ciffer.
Di tepuknya pelan saku itu lalu ia membisikkan sesuatu di telinga Ciffer,
“Kau akan menderita jika tidak membayar secepatnya”
Ciffer mematung dan Gilang tersenyum kecil saat melihat hal itu, ia pun menepuk pelan bahu pemuda itu kemudian pergi meninggalkannya.
Antagonis dua, selesai! Yes, abis ini gue bisa foya-foya~