him.
Kini yukimiya sedang duduk di hadapan cici, anak didik di tempat les tempat ia bekerja. Setelah cici menerimanya untuk masuk, dia mengikuti cici yang duduk di kasurnya dan dia memilih duduk bersimpuh di lantai. Tepat di depan kaki cici.
Pria itu tengah menelan ludahnya gugup dan sedikit gemetar karena takut dengan aura yang cici keluarkan saat ini.
“Pak yuki”
Yukimiya mengangkat kepalanya lalu menggeleng ribut saat mendengar panggilan itu. Matanya kian memanas saat melihat cici menatap kearahnya dengan dingin.
Sambil gugup, dia pun melirih “jangan panggil pak...”
“Terus mau di panggil apa, hm?” Cici mengangkat dagu yukimiya untuk menatap kearah matanya. Pria itu lagi-lagi menelan ludahnya dengan susah payah lalu berusaha menjawab, “apa aja, terserah kamu...”
“Katanya ga sopan ya akunya?” Yukimiya langsung saja menangis lalu menggelengkan kepalanya.
“Aku—aku cuman salah tingkah... kamu manggil mas gitu... aku ga kuat” lagi, yukimiya menjawab dengan suara lirih dan debaran jantung yang semakin bertalu cepat.
“Kenapa ga kuat? Kamu suka sama aku, yuki?” Cici mulai mendekatkan wajahnya pada yukimiya dan rasanya yuki ingin sekali pingsan saat itu juga. Tangan pria itu terkepal meremat kemejanya dan pipi juga telinga nya semakin memerah. Deru nafasnya pun semakin berat.
“Jawab”
Yukimiya mengangguk perlahan lalu menatap mata cici dengan gugup, “iya, aku suka sama kamu...” air matanya semakin turun.
“Ga sopan, suka sama mantan pacar adik sepupunya sendiri” Yukimiya semakin meremat tangannya lalu menggigit bibir dalamnya.
“Tapi aku suka sama kamu lebih dulu... isagi nikung aku buat dapetin kamu. Aku marah pas tau itu, kamu gatau gim—”
Ucapan yukimiya terputus saat cici meraup bibirnya sembari memegang pipinya. Mata pria itu membulat terkejut namun beberapa saat kemudian dia pun menutup matanya dan menikmati ciuman itu. Air matanya terus mengalir sembari menikmati.
Hingga beberapa saat kemudian cici melepaskan bibir mereka. Jujur saja, yukimiya sedikit tidak rela namun jika terus di lanjutkan dirinya benar-benar akan pingsan. Nafasnya menderu selepas ciuman.
“Yukimiya... ” pipi pria itu di elus dengan lembut, saking lembutnya yukimiya ingin terus merasakan elusan itu.
Cici terkekeh lalu berbisik di dekat telinga yukimiya, “kalau suka harusnya bilang, sayang~ jangan cuman diem gitu. Aku kan jadi gatau”
Pipi yukimiya semakin memerah apalagi saat cici mengecup telinganya setelah berbisik.
“Jadi... aku boleh jadi pacar kamu?” Ujarnya dengan gugup.
Cici tertawa lalu menggelengkan kepalanya.
“beg until I melt, yuki~”