Aksararen

Gilang membuka pagar rumahnya tanpa rasa semangat, lalu tampaklah seorang pria yang lagi-lagi berbalut pakaian serba hitam. Walau begitu, Gilang tidak bisa menampik bahwa pria itu tetap kelihatan modis.

Tatapan mata mereka bertemu, hingga Sakiel memutuskan duluan dan memberi tanda pada Gilang untuk masuk ke dalam mobil.

Kini Gilang sudah duduk di kursi sebelah Sakiel, namun mobil tidak berjalan juga. Hal itu membuatnya bingung lalu menatap Sakiel, sedangkan yang di tatap hanya mampu mendengus.

Pergerakan yang begitu mendadak dari Sakiel sontak membuat Gilang membulatkan matanya, matanya mengerjap beberapa kali hingga Sakiel pun turut menatapnya.

Dari kontak mata itu, Gilang dapat melihat sepasang mata yang menatapnya dengan datar.

Tring!

Bunyi lonceng angin tiba-tiba terdengar di telinganya, Gilang secara sekilas pun ingat akan sesuatu.

“Berhenti melamun dan kencangkan seatbelts mu, Aiden. Kenapa hari ini kamu begitu ceroboh, huh?” Ujar Sakiel sambil menjauhkan diri dari Gilang.

Di sisi lain, Gilang masih sibuk dengan ingatannya. Bunyi lonceng tadi sungguh membuatnya tersadar bahwa ia sedang berada di dunia novel yang sudah ia baca sebanyak 5 bab.

Kenapa gue baru sadar sih? Harusnya gue inget-inget aja gimana alur ceritanya! Aduh Gilang begoooo. batinnya.

Mobil pun mulai bergerak dan Sakiel yang merasa aneh karena Aiden terus diam pun mencoba memanggil pemuda itu.

“Aiden?”

Gilang tersentak, “Uh—iya? Kenapa, Sakiel?”

Sakiel berdehem lalu menggeleng singkat. Gilang pun mengangguk kecil kemudian kembali menatap jendela sebelahnya.

Oke, ayo inget-inget. Malem ini dinner ya.... aiden pake baju hijau... AH!! Iya-iya, ini udah masuk bab dua. Hubungan mereka berarti udah jalan satu bulan dan dinner yang mau kita datengin.... perayaan ulang tahun tante nya Sakiel! Terus ada kejadian apa ya.... kalo ga salah, Aiden ini bakal di senggol sama tante nya Sakiel terus ketumpahan minuman. Abis itu Aiden bakal dibuat seolah-olah pulang duluan, padahal lagi di kamar mandi. Puncaknya, Sakiel marah terus—

“Aiden, kita sudah sampai”

Gilang menoleh kearah Sakiel lalu menatap pemandangan yang cukup membuatnya tercengang. Mewah.

“Kau masuk duluan saja, aku harus mengambil sesuatu di bagasi mobil”

Belum sempat ia membuka pintu mobilnya, pergerakan Sakiel terhenti sebab tangan kirinya di tahan oleh Gilang. Kepalanya menoleh dan menatap bingung pemuda itu.

“Gabisa ya kalo kita masuk bersama?” Sakiel menaikkan sebelah alisnya.

“Tak biasanya kamu begini, Aiden. Bukannya kamu lebih senang jalan terpisah dengan ku?”

Gilang menggigit bibir bawahnya tanpa sadar, itu memang kebiasaannya jika merasa bingung. Melihat apa yang Gilang lakukan, Sakiel pun langsung mengangguk.

“Bantu aku membawa hadiah nya dan berhenti menggigit bibir bawah mu” Sakiel pun langsung keluar dari mobil, meninggalkan Gilang yang sudah bisa bernafas lega.


Suasana makan malam yang mewah, penuh dengan orang penting, dan alunan musik klasik yang tak biasa Gilang dengarkan di kehidupan aslinya.

Ia sebenarnya cukup menikmati makanan di pesta ini, namun ia sangat tidak suka dengan tatapam orang-orang yang sedang merendahkan dirinya.

Kasian, Aiden.

Oh ya, omong-omong soal Sakiel. Pria itu meninggalkan Gilang sebab ingin berbincang dengan kolega yang ia kenal. Tepat setelah memberikan kado pada tante nya dan menyuruh Gilang untuk makan saja. Gilang sih tak masalah, toh dia juga sudah sangat lapar.

Ah, ya. Gilang pun jadi tahu siapa nama tante itu. Hellen. Salah satu tokoh antagonis di novel.

Makanannya kini sudah hampir habis dan ia memilih untuk menatap sekeliling, hingga matanya pun mendapati sumber masalah pertama nya.

Bingo.

Tante Hellen dengan gaya khas seorang nyonya sedang berjalan perlahan sembari membawa gelas berisi wine yang hampir penuh. Gilang menghela nafasnya, terpaksa ia harus berhenti makan sebelum habis.

Dirinya kini berdiri dan ternyata tante itu sudah berjarak 5 langkah lagi. Tatapan mata mereka bertemu dan dari tatapan itu sudah terlihat jelas ada kebencian yang membara.

Wah~ Tante cantik ini agak menakutkan ya.

Gilang melemparkan senyum lebih dahulu pada Hellen dan wanita itu pun membalas dengan senyum tidak ikhlas. Hingga Hellen pun berjalan kearah Gilang.

1...

2...

3...

Set! Brugh!

Sesuai perkiraan, Hellen yang niat awalnya ingin menyenggol, malah hampir tersandung dan gelas berisi wine itu pun kini membasahi baju seseorang.

Bukan, bukan Gilang kok yang terkena wine itu.

Tapi Sakiel.

Gilang berhasil mengelak dan ternyata di belakangnya ada Sakiel yang baru saja ingin menyapa. Namun apa daya, Sakiel menjadi korban tumpahan wine dari tante nya sendiri.

Semua tamu menjadi terkejut, bahkan alunan musik pun terhenti. Melihat wajah Sakiel yang terkena sedikit cipratan wine, mampu membuat Gilang harus mati-matian menahan tawanya. Pasalnya, muka Sakiel sangat terlihat syok.

Buset, kasian banget ni bule!

Tetapi dengan reflek nya, Gilang mengusap cipratan itu dengan sapu tangan yang ia bawa. Lalu menepuk pundak Sakiel.

“Ayo keluar untuk membersihkan kekacauan ini” Sakiel tersentak lalu mengangguk.

“Terimakasih”

Mereka berdua pun berjalan keluar, meninggalkan orang-orang yang masih tak percaya dengan kejadian itu. Oh! Dan mungkin saja akan menjadi pembicaraan hangat besok.

Di perjalanan menuju mobil, Sakiel masih saja bergerak mengusap wajahnya dengan sapu tangan milik Gilang.

“Kenapa membantu ku?”

“Hanya reflek” Gilang mengangkat kedua bahunya.

“Reflek mu lumayan. Tapi sepertinya wine ini diajukan padamu”

“Tante mu itu memang membenci ku ya”

“Maafkanlah dia. Aku sudah menggantikan mu untuk menjadi korbannya”

“Aku tidak meminta, kamu sendiri yang ada dibelakang ku”

“Aiden”

“Sudahlah, Sakiel. Makan malam ini selesai lebih cepat ya? Ayo antarkan aku pulang!”

“Astaga, Aiden”

Fyuh, I'm so lucky~

Dasar.

Kehidupan sebagai orang biasa yang Gilang jalani, cukup baginya.

Ia bahagia, namun tidak se-bahagia itu.

Kenapa?

“Kenapa? Emangnya kalian semua sangat bahagia ngejalanin kehidupan kalian? Apa gaada ada rasa pahitnya? Wah, kalo gaada.... kalian beruntung. Gue iri jadinya.

Tapi Gilang tak pernah membayangkan, kehidupannya akan berubah 180°. Tidak. Dia tidak ingin meninggalkan atau merubah kehidupannya menjadi orang lain.

'Niskala.'

Novel yang menarik perhatiannya saat berkunjung ke perpustakaan tua di kota.

Entah ada sihir atau bagaimana, Gilang mengambil buku novel itu lalu membacanya.

Baru 5 bab yang ia baca, tiba-tiba kantuk menyerang, Gilang pun tertidur. Namun sebelum itu, dirinya membaca salah satu kalimat dalam novel tersebut yang bertuliskan,

“Selamat kan aku.”

Apa yang harus di selamatkan?

Gumamnya, lalu jatuh terlelap.

“AIDEN!”

“Astaga, anak ini! Aiden!”

Gue gilang...

Matanya perlahan terbuka dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah seorang pria dengan balutan baju hitam.

“Berhenti bertingkah, Aiden. Bangun!”

Siapa...?

Tak lama kemudian, dia membuka matanya, dan langsung terkejut sebab melihat ruangan yang asing baginya.

“Sudah sadar, huh?”

“Siapa?”

Pria itu mengernyitkan alisnya, lalu menghela nafas panjang.

“Aku tunangan mu, dasar tukang akting.”

“HAH? TUNANGAN GUE?! ANJIR”

NISKALA; abstrak.

Surat kedua telah tiba.

Gimana?

Deg-deg an pasti.

Lagi mules juga.

Atau malah lagi nahan nangis?

Gapapa, keluarin aja nangis nya. Biar lega. Sambil shalat, biar tenang.

Gapapa, kei. U can do it.

Apapun hasilnya besok, kamu udah ngelakuin dengan baik.

Good job and I'm proud of you.

Besok kalo di pos nya bosen, chat aku aja. Nanti aku temenin.

Tapi... kamu ada ine kan. Ya, pokoknya chat aku aja kalo kamu mau.

Jangan lupa minum obat nya kalo udah ngerasa ga enak badan.

Jangan lupa berdoa.

Aku bantu disini ya.

Kamu pasti bisa.

Jangan kebanyakan berpikir yang ngga-ngga ya, kei. Semua hal yang berisik di kepala kamu, belum tentu akan terjadi. Fokus sama utbk besok, oke?

Kalo besok tegang, jangan lupa merem abis itu tarik nafas dan buang perlahan. Sambil ucap mantra,

Aku bisa, keisha bisa. Semuanya bakal baik-baik aja. Jangan takut.

Semangat ya?

And good luck!!!!

LOVE YOU.

from someone who always supports you.

DINAAA, HALOOOOO!!!!

Eaa, dapet surat digital nih.

Gimana, din? Sabtu ya kamu? Tapi kamu ini keren banget deh????

Aku yakin kalo kamu bakal lancar isi soal-soal nya dengan lancar! Soalnya kamu keren. Kamu pinter. KAMU TOP MARKOTOP POKOKNYA.

Tanpa kamu, aku tidak akan menjadi ambis seperti sekarang.

BENER, INI GA NGARANG.

Soalnya aku kagum sama kamu, yang selalu belajar buat gapai mimpi kamu. Kagum sama mimpi kamu yang suka kamu bercandain, padahal punya mimpi jadi astronot itu keren tau.

Hari sabtu nanti, semoga kamu di beri kelancaran ya, din. Aku bantu kamu lewat doa. Kamu harus yakin sama diri kamu. Jangan pesimis. Nanti pas malem sebelum utbk, mending baca boboiboy comic aja. Biar relax.

KAMU PASTI BISA, DIN. AKU PERCAYA!!!

Terus di surat ini, aku juga mau bilang....

Makasih, makasih banyak karena udah jadi temen aku di masa SMA ini. Makasih buat bantuan yang kamu kasih ke aku, bantuan kamu sangat membantu aku di sekolah😭 pokoknya, THANKYOU VERY MUCH!!

Terus juga, maaf ya. Maaf kalo aku pernah berkata/bertindak hal yang bikin kamu sakit hati, maaf karena aku kurang peka sama situasi, maaf karena gabisa bales semua bantuan kamu di masa SMA kemarin. Maaf ya, din karena aku belum bisa jadi temen yang baik.

Aku berharap, semoga mimpi keren kamu bisa terjadi di masa depan nanti. Kalaupun ga terjadi, kamu harus percaya kalo Allah bakal ngasih yang luar biasa dari mimpi keren itu.

Semangat ya, dina! Good luck! Aku percaya kamu bisa ngisi semua soal nya nanti!! AND I LOVE YOUUU

from someone who is proud to be your friend.

HAI, INEEEEEEEE

Pasti aku pengirim surat digital pertama untuk kamu:P

Oke, jadi gini say.

Besok pasti hari besar kamu, hari penentuan dari hasil belajar kamu selama ini, pasti kamu takut, gugup, atau mules.

Gapapa, ne. Wajar kok ngerasain itu semua.

Tapi yang jelas, aku percaya. Semuanya percaya, kalo kamu bisa ngelakuin yang terbaik besok. Walaupun masih ngerasa 'kurang' pas selesai nanti, jangan terlalu menyalahkan diri sendiri. Kamu udah berusaha. Kamu hebat bisa bertahan sampai di titik ini. Kamu keren, ne.

Nanti waktu sebelum utbk, jangan lupa berdoa ya. Aku juga bantu doa untuk kamu kok. Percaya sama Allah ya, ne. Allah sudah menyiapkan jalan yang terbaik dari yang baik buat kamu.

Ne, kalo kamu mau nangis habis utbk nanti atau bahkan nanti malem.... gapapa. Gapapa, itu juga wajar.

Lagian, siapa coba yang ga takut?

Nanti kalo kita berempat udah selesai utbk, kita harus main! Biar kerasa plong nya beneran WKWKWK.

Terus apalagi ya....

Oh!

Aku mau berterimakasih sama kamu. Makasih karena mau berteman sama aku. Makasih karena sudah membantu aku di masa SMA ini. Walau agaknya kita jarang mengobrol, TAPI KAMU TETEP TEMEN DEKET AKU.

Kamu juga anggep aku gitu kan....?

Yah, tapi kalo ngga pun gapapa. KAMU TETEP AKU ANGGEP TEMEN DEKET AKU.

Terus juga maaf, maaf kalo aku pernah buat salah, atau tingkah ku yang agak tidak mengenakkan di hati, atau apapun itu, MAAF INE🙇‍♀️

Sudah, begitu saja.

Intinya....

Good luck for tomorrow! I trust you can survive snbt besok, and I LOVE YOU!!!

From someone who close to you.

HELLO, KEISHAAAAAAAAAA.

Lol, NIH AKU BUAT SURAT DIGITAL.

Maaf delay ya.

Anw, kamu mau aku buat makin seneng ga?

Sini aku kasih tau satu rahasia..... jadi... kamu orang pertama yang aku buatin surat digital! EAAAAA

Ehem, back to topic.

Jadi, lagi-lagi halo. Halo buat kamu, di surat ini aku bakal mengeluarkan semuanya.

AKAN KU TUMPAHKAN SEMUANYA DISINI. Anjay.

Kei kei kei,

kita jadi temen awalnya gimana deh? Seinget ku kan karna latihan sertijab, tapi siapa ya yang mulai ajak ngobrol duluan? Aku? Kamu? apa dina? APA MALAH ADZRA?

Idk.... siapa ya.... lupa. Kamu kalo inget, jangan lupa komen komen WKWKWKWK.

Terus kita ngobrol lewat wa, tapi kalo di liat2 ternyata respon ku dingin betul, padahal kamu nya udah se-ceria mentari.

Maaf ya, aku buat kesan pertama yang ga bagus.

Tapi lama2 anehnya kita jadi deket. Itu juga faktor apa deh.... karena kita nyambung kali ya?

Engga engga, kita emang nyambung banget.

Aku kira aku ga bakal ketemu temen yang sejenis, TERNYATA KETEMUㅠㅠ MAKASIH TELAH HADIR DALAM HIDUP KU, LOVE LOVE♡♡♡

Intinya, pertemuan yang berujung pertemanan ini ga bikin aku nyesel atau gimana.

Aku seneng bisa ketemu kamu.

Aku seneng karena kamu bawa hal positif yang berdampak bikin aku jadi kaya sekarang.

Aku pede buat nulis cerita, karena apresiasi dan respon baik kamu.

Aku pede buat nunjukin kalo aku bisa lakuin ini itu, karena kamu.

Aku juga bisa confess ke orang untuk pertama kalinya, itu juga karena kamu.

Kamu bikin aku sadar kalo aku bisa. Aku bisa keluar dari zona nyaman aku. Aku bisa berhenti ragu, juga karena dukungan kamu.

Makasih ya, kei.

Terus juga maaf, maaf kalo kadang aku bikin kamu kecewa(?) Atau marah(?) ATAU PAS KAMU LAGI CLINGY, AKU NYA MALAH NOLAK. Bukan karena ga nyaman, tapi aku nya geli😭 Maaf yaa:(((((

OH ATAU kalo kamu lagi curhat, aku nya malah kasih respon ga sesuai.

Maaf banget.... aku ini emang harus belajar buat lebih peka sih....

Jadi.... di maafin kan? Hehe

Next.

KAMU TAU GA WKWKWK, aku ada 1 hari ngobrol sama dery lagi👉👈 ga sengaja, kaya ngalir gitu aja...

hehehe....

Terus dia ada bilang, katanya dia sedih masa karena kita mau lulus. Dia katanya suka sama pertemanan kita. Dia juga bilang kalo kita berdua satu2 nya his fav friendship di smanjas. Gatau sih dia bohong apa ngga, TAPI KITA ANGGEP AJA BENER WKWKWK.

Aku agak bingung, kenapa dia bisa bilang gitu... perasaan kita jarang nunjukin 'kita' ke orang2 sekolah ga sih? Ah, gatau lah. Mungkin dia punya pandangan sendiri.

Balik lagi

I'm just wanna say that I'm so glad to know you, to have this friendship with you, and make so many memories in our seventeen yang kata orang2 masa sma lah. Aku harap setelah kita lulus, kita tetep bisa berteman dengan baik. Gapapa kok jarang berkabar, tapi hubungan kita jangan sampe putus. Aku juga berharap, kamu bisa jadi orang yang berhasil dalam versi kamu. Bisa bahagia dan tersenyum selalu. Juga di kelilingi sama orang2 yang ngasih energi positif ke kamu. Aku berharap yang terbaik untuk kamu. Selalu.

OKE, SELESAI. Yang terakhir...... I LOVE YOU AND NICE TO SEE YOU!!!!

–eh, lupa. I love you satu paragraf.

Nih,

I love you keisha I love you keisha I love you keisha I love you keisha I love you keisha I love you keisha I love you keisha I love you keisha I love you keisha I love you keisha I love you keisha I love you keisha I love you keisha I love you keisha I love you keisha I love you keisha I love you keisha I love you keisha I love you keisha I love you keisha I love you keisha.

Sekarang real done nya. Bye!

from someone who's lucky to meet you.

Pemuda manis yang sebelumnya terbalut dengan setelan ala kantoran, kini tengah bertelanjang dada dibawah kukungan seorang dominan yang selalu membuatnya tunduk.

Deru nafasnya yang terdengar sangat cepat dan tak beraturan, tubuhnya bereaksi panas, pipinya yang mengeluarkan semburat merah muda, dan jangan lupakan tetesan air liur di sudut bibirnya.

Kacau, dirinya sangat kacau.

Ssshhh, you make me crazy, Ruan!

Keadaan dominan itu pun tak kalah kacau. Mata yang menyiratkan penuh nafsu membara, atasannya pun sudah ia lempar entah kemana, dan suara rendahnya yang selalu menggeram tat kala merasakan nikmat yang entah bisa ia dapatkan dimana lagi.

Brak!!

Dad!

Dominan yang lain masuk dengan raut serius, dirinya berjalan sembari melepaskan ikatan dasi dengan tergesa, lalu setelah dasi itu terlepas maka ia buka 2 kancing atasnya.

Melihat pemandangan itu, tubuh Ruan semakin memanas.

Salah satu dominan yang sadar akan reaksi Ruan pun menyirangi.

Kita ulangin kejadian itu, ya?

Bisikan dengan suara rendah itu menjadi awalan terjadinya hal yang tidak akan bisa Ruan lupakan.

“AH! Please... stop... nghhh... dad, forgive me... pleasehhhh”

“Fuck, Jevan. Lo berapa kali main sama dia?”

“Baru... ssssttt... empat kali... I guess... shit!”

Selin menghela nafasnya, entah untuk ke berapa kali. Matanya menatap bosan pemandangan pasar yang terlihat jelas dari jendela kamar adiknya Geliard.

Pikirannya mulai melayang saat melihat sosok ibu dan anak yang tengah berbelanja. Dirinya jadi ingat sudah seharian penuh dia pergi meninggalkan mama nya.

Sial.

Mata tajamnya ia bawa untuk menelisik kembali apa saja yang ada di kamar ini. Tapi mau di lihat berapa kali pun, hasilnya tetap sama. Dirinya tak dapat menemukan barang-barangnya. Tas besarnya hilang. Bagus, dirinya benar-benar dilanda kesialan yang bertubi-tubi.

Gue harus gimana...

Saking fokusnya melihat kearah lemari megah di kamar itu, Selin tak sadar ada Geliard yang ada di sampingnya.

Kamu memakai kata gue lagi, aku tertarik. Ajari aku kata asing itu.” Suara yang berat dan deru nafas yang terasa dekat itu membuat Selin hampir jatuh dari duduknya.

Seketika dirinya berdiri, menjauhi Geliard. “Kenapa kamu tiba-tiba ada di situ?!

Geliard duduk di tempat Selin tadi, lalu bersandar sambil menatap gadis itu dengan tangan yang menyilang di dada. Senyum jenaka nya pun terbit.

Kenapa kamu harus terkejut? Ini kan rumahku.

Selin yang baru saja akan membuka suara, langsung ia urungkan. Benar juga.

Jadi, nona orang asing. Mengapa wajahmu seperti gadis yang sedang tersesat begitu?

Aku memang gadis yang tersesat, tuan Geliard.

Tawa khas Geliard seketika pecah saat mendengar hal itu. Selin hanya memutar bola matanya dengan malas.

Kau lumayan juga. Nona, aku akan mengajakmu ke pasar di bawah.

Tak perlu. Daripada itu, aku ingin kembali ke tempat asal ku. Aku takut ibu ku panik mencari ku.

Geliard mengangkat sebelah alisnya, “Kamu punya ibu?

Pertanyaan itu langsung membuat Selin ingin mencabik-cabik wajah tampan Geliard. Nyebelin!

Melihat raut wajah Selin yang entah mengapa sangat lucu itu pun, membuat Geliard mengeluarkan senyum tipisnya.

Aku akan mengajakmu ke kenalan ku dan dia ada di pasar itu. Kau pasti paham, kan?

Selin diam sejenak lalu mengangguk antusias, “Terimakasih! Ayo kita kesana!

Geliard mengernyit, “Kau akan pergi ke pasar dengan pakaian lusuh itu?

Raut antusias Selin pun seketika berubah. Geliard yang paham pun langsung berjalan kearah lemari pakaian lalu mencarikan setelan yang pas untuk digunakan Selin.

Ini pakaian adik ku, jangan kau rusak.” Selin menerima pakaian itu sembari mengangguk. Geliard yang melihat Selin masih terdiam pun memilih berjalan keluar kamar itu. Namun, sebelum ia benar-benar keluar, dirinya menyempatkan untuk mengucapkan kalimat yang membuat Selin malu setengah mati.

Untuk kamar mandi ada di pintu hijau itu dan di dalam sudah ada pakaian dalam adikku lengkap!

Geliard sialan!!!!!


Selin kini tengah menatap dirinya di cermin. Dirinya tengah mengagumi diri sendiri yang sangat terlihat cantik. Gaun putih yang menawan, rambut yang ia ikat dengan pita, juga jangan lupakan aroma sabun yang mengeluarkan wangi lembut.

Dirinya seperti wanita di era victoria.

Kau cantik.

Mata Selin seketika membelalak saat mendengar juga melihat bayangan Geliard di cermin. Posisi mereka terlalu dekat, Selin panik. Namun, Geliard terlihat santai dengan mata yang masih memandangi Selin melalui cermin.

Cukup lama mereka di posisi itu, hingga Geliard menepuk pelan kepala Selin lalu berdiri sedikit menjauh dari gadis itu.

Ayo kita berbelanja, Nona.

Damn it. What's wrong with him?!

Pernahkah kalian membaca sebuah buku non-fiksi yang berjudul Negeri yang hilang?

Orang-orang bilang, buku itu fiksi sebab semua yang ada di ceritanya tidak masuk di akal manusia. Tapi menurutku, buku itu benar-benar non-fiksi.

Kenapa?

Sebab aku akan pergi ke negeri yang hilang itu.

Gila?

Ya, teman-temanku juga bilang aku gila. Tapi aku tak peduli.

Akan ku cari, kebenaran dari cerita. Agar semua orang tahu, bahwa negeri itu tidak fiksi.

SELIINNNN

YA, MAMA. SEBENTARRR

Gadis cantik dengan rambut yang di cepol keatas, memakai pakaian khas pendaki, juga jangan lupakan tas nya yang sudah penuh dengan banyak barang itu, langsung melesat kearah meja makan.

Morning, mom!

Wanita paruh baya yang tengah meletakkan sarapan putri nya pun menoleh, lalu menghela nafas gusar.

Kamu beneran mau kesana?

Gadis itu mengangguk semangat sembari mengunyah roti lapisnya.

Mama udah setuju, jangan larang aku. Oke?

Senyuman putrinya semakin membuat sang ibu menjadi gusar.

Selin, mama titip pesan. Kalo kamu ga nemu, langsung pulang. Jangan dipaksa, ya?” Ujarnya sembari mengelus pundak putrinya.

Gadis itu tersenyum lebar lalu mengangguk, “Siap, Mama! Aku bakal pulang dengan batu kristal khas negeri yang hilang

Senyum tipis pun terbit di bibir wanita itu. “Semangat dan hati-hati

Thankyou, mom

Sarapan selesai. Gadis itu kini tengah memakai sepatu mendakinya sembari menatap pemandangan hutan indah yang memang ada di belakang rumahnya.

Wait me, prince olie.

Mama, aku berangkat!

BE CAREFUL

Oke!!!!

Alright. You can do it, Selin. Anggep aja ini pendakian biasa, seperti mendaki dengan papa.

Kaki gadis itu pun melangkah dengan mantap menuju tempat yang entah ada dimana. Namun, dia yakin. Dia akan menemukan negeri yang hilang itu.

Anw, sebelumnya. Perkenalkan nama ku Selina Essley. Umurku 18, baru saja lulus SMA dan akan masuk ke perguruan tinggi 4 bulan lagi. Motivasi untuk mencari negeri yang hilang? Karena lokasi yang di terangkan pada buku itu sangat mirip dengan wilayah di dekat rumah ku.

'Negeri yang hilang itu berada di bawah kaki gunung Essley, dikelilingi pepohonan cemara, juga jangan lupakan bunga yang menjadi simbol kerajaan itu, bunga lily of the valley yang sangat cantik.

Walaupun tidak spesifik, tapi Selin yakin dia tahu dimana tempat itu. Sebab dulu papa nya pernah bercerita, bahwa dia pernah pergi ke tempat seperti itu.

Yah, tidak salahnya untuk mencoba kan?

30 menit berlalu.

Kini Selin sudah memasuki daerah hutan, kaki jenjangnya itu masih terasa biasa saja. Ia belum merasakan lelah atau apapun itu. Beruntungnya, hari ini langit sedikit mendung jadi tidak terlalu panas. Tapi yah, semoga saja tidak turun hujan.

Bunyi gemericik dari sungai, siulan burung, juga dahan pohon yang bergerak sebab angin pun menjadi teman perjalanan Selin. Wajahnya ia tadahkan kearah langit untuk menikmati semua kedamaian yang ada di hutan itu.

1 jam berlalu.

Dirinya mulai lelah, sehingga salah satu pohon besar pun menjadi tempat peristirahatan Selin. Dia langsung duduk sambil bersandar, kakinya ia luruskan, kerah jaketnya ia longgarkan sedikit agar tak terasa sesak. Selin menghirup oksigen dengan pelan, agar detak jantungnya kembali normal.

Gue harus jalan berapa lama lagi...” Gumam Selin sembari menatap rusa yang tengah minum di aliran sungai.

Dulu papa bilang berapa lama ya buat sampe ke tempat itu...” Kepalanya ia sandarkan ke batang pohon itu, ia pejamkan mata dengan dahi nya yang mengernyit. Tanda ia sedang mencoba mengingat sesuatu.

Ah! 4 jam. Yayaya, Papa bilang gitu. Duh, gila. Masih panjang banget perjalanan gue” Keluhnya namun raut wajah itu langsung berubah menjadi cerah kembali.

Inget, Selin. Lo harus pulang dengan kristal, biar mama percaya kalo negeri itu ada. SEMANGAT” Teriakan diakhir membuat dirinya kembali bersemangat untuk melanjutkan perjalanan.

Selin pun kembali bersiap lalu berjalan menuju tempat itu.

2 Jam...

3 Jam...

4 Jam...

Waktu sudah berlalu banyak, matahari mulai terasa terik, dan oksigen mulai menipis. Selin mulai mengatur pernafasannya agar tak terasa sesak.

Mengapa gunung Essley selalu gini?! Please deh, Essley. Gue juga Essley, ayo berteman sama gue. Jangan bikin gue sesek nafas!!!

Keringat Selin mulai bercucuran, nafasnya mulai menderu tak karuan, tekanan gunung ini terlalu tinggi. Padahal Selin hanya berada di kaki gunung. Pandangannya dengan perlahan mulai memburam, kakinya sudah terasa tak kuat, hingga matanya pun mendapati objek yang ia cari.

Objek yang sangat cantik itu menjadi hal yang ia lihat terakhir sebelum semuanya menjadi gelap.

Selin pingsan.

~~~~~

~~~

I told you! I found her!

Selin dengan perlahan membuka kedua matanya saat mendengar seruan itu, tangan dan kaki yang terasa kebas itu membuat dirinya tak bisa bergerak banyak.

Papa” Ujarnya dengan pelan.

Suara yang menganggu tidurnya itu pun langsung menghilang.

Hei

Selin menoleh ke asal suara lalu terlihatlah sosok laki-laki tampan dengan rahangnya yang tegas, pakaian layaknya anggota kerajaan, dan jangan lupakan mahkota yang menghiasi kepalanya.

Dia terlihat menawan.

You okay?

Pertanyaan bodoh, apa keahlian penyembuh mu itu tak merasakan bagaimana sakitnya anggota tubuh dia?

Siapa...?

Berhenti menjawab pertanyan yang bukan untukmu, Geliard.

Tcih, aku hanya menjelaskan keadaannya.

Kepala Selin mendadak terasa sakit, matanya terpejam sebab tak kuat menahan rasa sakitnya.

Kamu menunggu apa, Olie?! Sembuhkanlah dia!

Laki-laki dengan mahkota itu langsung memegang kening Selin, bibirnya membisikkan sesuatu, kemudian Selin pun merasa rileks kembali.

Kau mau bertanggung jawab atau tidak, Geliard?

Aku mau, tapi kau tidak boleh ikut campur.

Terserah. Aku harus pergi, jaga dia. Kita tidak tahu, dia benar-benar pendatang luar atau pengkhianat.

Kau masih dendam dengan gadis itu, ya?

Berisik.

Obrolan itu adalah hal yang terakhir Selin dengar, sebelum diri nya terlelap dan masuk kedalam alam mimpi.


Suara ayam yang berkokok membuat Selin terkejut lalu bangun dari tidurnya.

Sialan, gue kira rumah gue lagi di gusur.

Kedua matanya ia usap sejenak lalu mencoba melihat kearah sekitar.

Where am i?

Nuansa kamar yang damai, dengan warna hijau yang tak mencolok, pernak pernik klasik yang tak pernah ia lihat, lukisan seseorang yang asing, juga—tunggu!

is that lily of the valley?!

Matanya membulat kemudian kakinya itu bergerak cepat menuju vas bunga yang menarik perhatiannya. Tangannya dengan bergetar menyentuh bunga cantik itu, hingga suara pintu yang terbuka membuat fokusnya teralihkan.

Ah, kau sudah sehat rupanya.

Selin berdiri kaku saat melihat sosok tersebut. Dia kini seperti seorang anak perempuan yang sedang ketahuan mencuri permen oleh ayahnya.

Kemarilah, aku ingin memeriksamu sedikit.

Selin masih diam dan laki-laki itu langsung terbingung.

What's wrong with you?

Uh—ah! I'm sorry, but where....—

You're in my sister's room

Mata Selin seketika membelalak tak percaya, kakinya pun berjalan menuju laki-laki itu lalu duduk di pinggiran ranjang.

Maksud gue—

Gue?” Nada bingung itu membuat Selin juga bingung.

Iya, gue. Lo gatau?

Gue? Lo? Siapa itu?

Selin memejamkan matanya sejenak lalu menatap laki-laki itu. Namun, sepertinya ia salah. Harusnya ia tak menatap mata yang biru dan sejernih kristal itu, dirinya menjadi gugup sendiri. Sedangkan laki-laki itu menatap Selin dengan penasaran.

Maksud ku, aku ada dimana? Apakah ini salah satu pedesaan di gunung Essley?

Gunung Essley? Aku tidak mengerti apa yang kamu maksud. Daripada itu, kemarikan tangan kanan mu.

Selin dengan ragu memberikan tangan kanannya, yang tak lama di genggam oleh laki-laki itu. Genggamannya terasa hangat, Selin jadi gugup. Hingga tanpa sadar, sebuah sinar muncul ditengah genggaman mereka lalu sirna kembali.

Terlalu tiba-tiba, Selin tidak bisa mencerna apa yang baru saja terjadi.

Kamu sehat, selamat.

Ha?

Laki-laki itu tersenyum lalu mengecup punggung tangan kanan Selin dengan lembut.

Aku bilang, kau sudah sehat. Kau kemarin pingsan didekat perbatasan terlarang, jadi aku rawat kamu agar bisa sembuh.

Perbatasan terlarang?

Pingsan?

Oh! Dan kamu tadi bertanya kamu ada dimana, kan? Selamat datang di kerajaan Essley, orang asing.

KERAJAAN ESSLEY?!

HAAAAAH?!!!

lanjut part 2, hehehehe.