Ciffer.
Gilang bernafas lega saat tahu dimana lokasi yang Ciffer maksud, itu semua berkat banyaknya catatan di hp Aiden.
Kini dirinya tengah menunggu sosok yang sudah membuatnya sangat berapi-api. Gilang sangat tidak sabar melihat wajah dari sosok yang membuatnya kesal setengah mati.
Set!
Bahu Gilang tiba-tiba terasa tertarik dari arah belakang dan wajah yang asing pun terlihat di samping kanan wajahnya. Sebenarnya orang asing itu cukup tampan, tapi menurut Gilang masih mending Sakiel.
Bentar? NGAPAIN GUE BANDINGIN SAMA SI SAKIEL?
Gilang menatap sini wajah itu, “Siapa?”
Wajah yang tadinya menampilkan senyum langsung mengernyit bingung. Wajahnya pun di jauhkan dari Gilang dan dengan cepat duduk di kursi depan Gilang.
“Ayolah, Aiden. Apa-apaan respon itu?”
Gilang menaikkan sebelah alisnya, meneliti pemuda di depannya lalu paham.
Jadi, ini sosok Ciffer brengsek. Aiden, selera lo ok juga ternyata.
“Memang aku harus merespon seperti apa? Memeluk atau mencium mu, huh?”
Ciffer tersentak saat mendengar jawaban Aiden, namun dengan cepat ia langsung mengubah mimik wajahnya.
“Kau bersikap sok keren begini, padahal kau mau mencintai ku kan?”
Gilang menatap Ciffer dengan pandangan tidak percaya, tangan kanannya pun reflek menutup mulutnya.
Narsis gila!
“Kau... percaya diri sekali, Ciffer?— ah, terserah kau saja dan ini” Gilang meletakkan selembar kertas dari saku kemeja nya.
Ciffer mengambil kertas itu dan membacanya.
“HOLLY—” Kini gantian Ciffer yang menutup mulutnya. Dia menatap Gilang yang kini tengah menyeruput minumannya.
“Sial, sebenarnya apa yang kamu lakukan dengan Sakiel itu?! Kau ti—”
“Jaga ucapan mu, Ciffer. Oh, dan ini” Kertas lain pun Gilang berikan pada Ciffer.
Mantan pacar Aiden yang menatapnya remeh tadi, sekarang mendadak kaku saat membaca kertas kedua.
“Jadi, siapa disini yang rendahan?” Ujar Gilang dengan tatapan datar.
“Aku tunggu sampai sore ini. Kau pasti menghasilkan banyak uang setelah mencuri salah satu catatan penelitian ku kan?” Ciffer menatap Gilang dengan ketakutan.
“Ai—”
“Kau tahu apa risiko nya kan?”
Ciffer terlihat keringat dingin dan rasanya Gilang ingin tertawa terbahak-bahak di depan wajah itu. Tapi lagi-lagi Gilang akan menahannya, demi Aiden.
“Aku duluan. Kau bisa mengirimnya melalui nomor ini” Gilang meletakkan kertas bertuliskan nomor rekeningnya di saku kemeja Ciffer.
Di tepuknya pelan saku itu lalu ia membisikkan sesuatu di telinga Ciffer,
“Kau akan menderita jika tidak membayar secepatnya”
Ciffer mematung dan Gilang tersenyum kecil saat melihat hal itu, ia pun menepuk pelan bahu pemuda itu kemudian pergi meninggalkannya.
Antagonis dua, selesai! Yes, abis ini gue bisa foya-foya~