Kita yang terbiasa.

Pagi yang cerah menyapa wajah manis Akala yang tengah berjalan menuju ke sekolah seperti biasa. Suasana kota yang sangat asri dan terasa damai seketika membuat mood pemuda manis ini menjadi baik.

Semuanya ia sapa, semuanya ia senyumi, semuanya ia senandungi. Itulah kondisi Akala yang tengah berjalan menuju sekolahnya.

Hingga tak terasa, kaki Akala pun menginjak ke gerbang utama sekolahnya. Baru saja dua langkah ia masuk ke gerbang, terdengar suara bass yang berteriak memanggil namanya.

Jangan bilang....

Akala menoleh, seketika senyumnya pun sirna dan terganti dengan wajah masam saat mengetahui siapa yang memanggil dirinya.

“Lo bisa ga sih kalo manggil nama gue biasa aja, Jen?”

Jenan, pemuda yang memiliki paras sempurna untuk ukuran anak SMA, juga pemuda yang selalu, selalu dan selalu memanggil nama Akala dengan keras dimanapun, kapanpun.

“Hehehe, hai Akala~” Sembari menampilkan senyum menawannya, yang sudah pasti membuat siapapun terpikat.

Sial. Iya, Akala termasuk.

Mencoba tidak menunjukkan reaksi aslinya, Akala hanya memutar bola matanya malas dan lanjut berjalan masuk ke sekolah.

Jenan terkekeh, sudah biasa baginya untuk melihat reaksi Akala yang judes itu. Tapi keliatan lucu juga kok. Cielah.

“Reaksinya gitu terus, gamau di ubah?”

“Gak”

“Kenapa? Buat nutupin salting?”

Tepat sasaran.

Diamnya Akala membuat Jenan tertawa sebab tidak kuat. Iya, tidak kuat dengan betapa imutnya Akala saat ini.

“Kala”

“Panggil Akala! Kalo Kala jadi kaya nama cewe” Akala mendengus kesal dan Jenan lagi-lagi hanya terkekeh.

“Lucu banget sih? Kapan nerima gue nya, Kal?” Untuk kalimat terakhir, Jenan katakan dengan suara kecil. Namun, Akala yang berjalan di sebelahnya tentu mendengar jelas.

Akala memilih diam, seperti biasa. Jenan pun tersenyum kecil.

“Yau—”

“Stop aja, Jenan. Lo udah tau alasannya kan?” Lalu si manis pun berjalan pergi, meninggalkan Jenan yang hanya berdiri diam.

Jenan tersenyum lagi sembari menatap punggung sempit Akala, namun senyum kali ini menyiratkan rasa perih. Walau lagi-lagi dia sudah terbiasa di perlakukan seperti itu oleh Akala.

Mau sampai kapan Akala....

Sampai gue sembuh

Memangnya kisah cinta anak SMA bisa seberat ini?