Festival.

Gilang kini tengah berada didalam mobil yang dikemudikan oleh Sakiel. Keduanya dalam keadaan hening sejak berangkat tadi. Jadi, Sakiel berinisiatif untuk menyetel lagu dari radio mobilnya.

Gilang pun memilih untuk terus menatap pemandangan di luar jendela mobil.

Cantik. Semuanya keliatan cantik. batinnya.

Pemandangan diluar memang sangat cantik, pasalnya musim semi membuat semua bunga dan tumbuhan lain tumbuh dengan warna yang luar biasa indah. Apalagi, kelopak bunga sakura yang terbawa angin menambah kesan cantik. Semuanya terekam jelas di mata Gilang.

Sejak kapan musim semi secantik ini? Apa di dunia gue juga begini? Ah... gue terlalu sibuk bertahan hidup, sampe ga inget pemandangan semua musim.

Binar matanya dengan perlahan meredup.

Gue... agak kangen.

Gilang menghela nafasnya dan hal itu membuat Sakiel mau tak mau menoleh kearah pemuda itu.

“Kenapa, Aiden?”

Gilang tersentak lalu menoleh kearah Sakiel, “Hm?”

“Kamu kenapa? Ga enak badan?” ujar pria itu dengan nada yang sedikit terasa khawatir.

“Gapapa, aku cuman.... teringat sesuatu” Kalimat akhirnya Gilang pelankan dan hal itu membuat Sakiel mengernyit bingung.

“Teringat apa?”

Gilang menggeleng, “Kamu tak perlu tahu. Oh! Kapan kita sampai nya?”*

“Di depan sana, kita sebentar lagi sampai”

Gilang menatap kaca depan mobil itu lalu menganga sebab takjub. Pemandangan di depannya tak kalah cantik, bahkan bisa dibilang luar biasa indah.

Spanduk untuk memberi tahukan adanya festival bunga, banyaknya kelopak bunga yang beterbangan sebab terbawa angin, juga warna-warni bunga yang cantik sudah terlihat dari gerbang masuk festival itu.

Gila, dunia novel ternyata secantik ini.

Di tengah Gilang yang sedang menatap takjub, diam-diam Sakiel mencuri lirik kearah pemuda itu lalu tersenyum kecil.

“Kau mau turun duluan, Aiden?”

Gilang menoleh, “Uh... ngga deh. Kita turun bersama saja”

“Kenapa?”

Gilang menggigit bibir bawahnya, “Aku...—aku takut tersesat”

Sakiel berdehem lalu mengalihkan pandangannya kearah depan, “Oke, kita akan turun bersama”


“SAKIEL! LIAT ITU BUNGA UNGU!”

“Lavender, Aiden”

“Bunga matahari! Ayo kesana, Sakiel!”

“Pelan-pelan, Aiden!”

“Sakiel, fotoin!”

“Oke, tapi habis itu kita foto berdua”

“Iya-iya, kita emang harus banyak foto!”

“Aiden, ayo liat bunga tulip”

“Gamau~ Liat mawar aja!”

“Tapi setelah itu liat tulip, bagaimana?”

“OKE!”

Setelah 15 menit berkeliling, akhirnya energi Gilang habis. Dia sudah tidak sanggup lagi memutari kebun bunga itu. Alhasil, dirinya duduk di salah satu bangku yang tersedia disitu.

Sakiel mendekati Gilang lalu duduk disebelah pemuda itu, diam-diam dirinya pun menahan senyum sebab wajah letih aiden cukup terlihat lucu dimatanya.

“Sudah lelah?” Ujar Sakiel sembari mengusap keringat di dahi Gilang dengan sapu tangannya.

“Huh! Iya, aku lelah dan butuh minum” tangan Gilang mengambil alih sapu tangan Sakiel lalu mengusap keringatnya sendiri.

“Aku belikan minum dulu, kau tunggu disini. Jangan kemana-mana” Gilang hanya bisa mengangguk lalu Sakiel pun beranjak membelikan minum.

Gilang berulang kali menghembuskan nafas agar nafasnya kembali netral. Setelah normal, matanya pun kembali menikmati pemandangan cantik didepannya.

“Cantik...” Gumamnya sembari melihat hamparan bunga tulip.

Srett!

“Permisi”

Tiba-tiba saja seorang wanita yang menurut Gilang sangat cantik itu, berada di depannya dengan gestur sedang menyapa dirinya.

“Eh?”

Bingung, Gilang menjadi bingung karena kedatangan tiba-tiba wanita itu.

Melihat wajah bingung Gilang, membuat wanita itu tersenyum manis.

“Maaf, aku boleh duduk disebelah mu? Kursi yang lain sudah penuh soalnya”

Mata Gilang mengerjap beberapa kali lalu mengangguk cepat.

“Ya, silahkan!”

“Terimakasih”

Ini sih ga kalah cantik, bidadari jatuh darimana ya?

Wanita itu duduk disebelah Gilang lalu menyandarkan tubuhnya. Ia memejamkan matanya sejenak lalu kembali menatap Gilang.

“Kamu lucu ya”

“Eh—?”

Wanita itu tertawa kecil lalu bergerak mengambil sesuatu di tas kecilnya, dan yang ia ambil adalah....

Pita! Pita putih!

Wanita itu memakai pita di rambut bagian belakangnya untuk menahan rambutnya dari terpaan angin.

“Gimana? Aku jadi lucu juga kan?”

Ngga, anjir. Mati gue. Malah gue yang ketemu duluan!

“Iya...” jawab Gilang.

“Terimakasih. Omong-omong, kamu sedang menunggu siapa?”

Njir, gue harus jawab apa?!

“Itu—”

“Aiden”

Sakiel muncul dengan dua minuman yang berbeda warna. Gilang mengatupkan bibirnya dan wanita itu langsung menoleh ke belakang.

Sakiel dan wanita itu saling bertatapan. Gilang dapat melihat keduanya terkejut dengan kehadiran satu sama lain.

“Sakiel...”

“Aileen...”

OH IYA! AILEEN! Namanya mirip aiden ya... oh? Apa mungkin?...

“Gimana bisa?” Ujar Sakiel sambil perlahan mendekati Gilang dan Aileen.

Ini saatnya!

Gilang berdiri dari duduknya, membuat dua orang itu menatap kearahnya.

Gilang mendekati Sakiel lalu mengambil alih minuman yang ia rasa untuknya.

“Aku mau minum tapi mau ke toilet juga, aku tinggal ya!”

Lari, gue harus lari dari situasi ini.

Belum sempat Sakiel membalas, Gilang sudah berjalan dengan cepat meninggalkan Sakiel dan Aileen.

“Sakiel, long time no see”

“I miss you, Sakiel”

AKHIRNYA GUE BEBAS!

Sialan, Aiden.

what will happen next?