Negeri yang hilang.

Selin menghela nafasnya, entah untuk ke berapa kali. Matanya menatap bosan pemandangan pasar yang terlihat jelas dari jendela kamar adiknya Geliard.

Pikirannya mulai melayang saat melihat sosok ibu dan anak yang tengah berbelanja. Dirinya jadi ingat sudah seharian penuh dia pergi meninggalkan mama nya.

Sial.

Mata tajamnya ia bawa untuk menelisik kembali apa saja yang ada di kamar ini. Tapi mau di lihat berapa kali pun, hasilnya tetap sama. Dirinya tak dapat menemukan barang-barangnya. Tas besarnya hilang. Bagus, dirinya benar-benar dilanda kesialan yang bertubi-tubi.

Gue harus gimana...

Saking fokusnya melihat kearah lemari megah di kamar itu, Selin tak sadar ada Geliard yang ada di sampingnya.

Kamu memakai kata gue lagi, aku tertarik. Ajari aku kata asing itu.” Suara yang berat dan deru nafas yang terasa dekat itu membuat Selin hampir jatuh dari duduknya.

Seketika dirinya berdiri, menjauhi Geliard. “Kenapa kamu tiba-tiba ada di situ?!

Geliard duduk di tempat Selin tadi, lalu bersandar sambil menatap gadis itu dengan tangan yang menyilang di dada. Senyum jenaka nya pun terbit.

Kenapa kamu harus terkejut? Ini kan rumahku.

Selin yang baru saja akan membuka suara, langsung ia urungkan. Benar juga.

Jadi, nona orang asing. Mengapa wajahmu seperti gadis yang sedang tersesat begitu?

Aku memang gadis yang tersesat, tuan Geliard.

Tawa khas Geliard seketika pecah saat mendengar hal itu. Selin hanya memutar bola matanya dengan malas.

Kau lumayan juga. Nona, aku akan mengajakmu ke pasar di bawah.

Tak perlu. Daripada itu, aku ingin kembali ke tempat asal ku. Aku takut ibu ku panik mencari ku.

Geliard mengangkat sebelah alisnya, “Kamu punya ibu?

Pertanyaan itu langsung membuat Selin ingin mencabik-cabik wajah tampan Geliard. Nyebelin!

Melihat raut wajah Selin yang entah mengapa sangat lucu itu pun, membuat Geliard mengeluarkan senyum tipisnya.

Aku akan mengajakmu ke kenalan ku dan dia ada di pasar itu. Kau pasti paham, kan?

Selin diam sejenak lalu mengangguk antusias, “Terimakasih! Ayo kita kesana!

Geliard mengernyit, “Kau akan pergi ke pasar dengan pakaian lusuh itu?

Raut antusias Selin pun seketika berubah. Geliard yang paham pun langsung berjalan kearah lemari pakaian lalu mencarikan setelan yang pas untuk digunakan Selin.

Ini pakaian adik ku, jangan kau rusak.” Selin menerima pakaian itu sembari mengangguk. Geliard yang melihat Selin masih terdiam pun memilih berjalan keluar kamar itu. Namun, sebelum ia benar-benar keluar, dirinya menyempatkan untuk mengucapkan kalimat yang membuat Selin malu setengah mati.

Untuk kamar mandi ada di pintu hijau itu dan di dalam sudah ada pakaian dalam adikku lengkap!

Geliard sialan!!!!!


Selin kini tengah menatap dirinya di cermin. Dirinya tengah mengagumi diri sendiri yang sangat terlihat cantik. Gaun putih yang menawan, rambut yang ia ikat dengan pita, juga jangan lupakan aroma sabun yang mengeluarkan wangi lembut.

Dirinya seperti wanita di era victoria.

Kau cantik.

Mata Selin seketika membelalak saat mendengar juga melihat bayangan Geliard di cermin. Posisi mereka terlalu dekat, Selin panik. Namun, Geliard terlihat santai dengan mata yang masih memandangi Selin melalui cermin.

Cukup lama mereka di posisi itu, hingga Geliard menepuk pelan kepala Selin lalu berdiri sedikit menjauh dari gadis itu.

Ayo kita berbelanja, Nona.

Damn it. What's wrong with him?!