Negeri yang hilang.
Pernahkah kalian membaca sebuah buku non-fiksi yang berjudul Negeri yang hilang?
Orang-orang bilang, buku itu fiksi sebab semua yang ada di ceritanya tidak masuk di akal manusia. Tapi menurutku, buku itu benar-benar non-fiksi.
Kenapa?
Sebab aku akan pergi ke negeri yang hilang itu.
Gila?
Ya, teman-temanku juga bilang aku gila. Tapi aku tak peduli.
Akan ku cari, kebenaran dari cerita. Agar semua orang tahu, bahwa negeri itu tidak fiksi.
“SELIINNNN“
“YA, MAMA. SEBENTARRR“
Gadis cantik dengan rambut yang di cepol keatas, memakai pakaian khas pendaki, juga jangan lupakan tas nya yang sudah penuh dengan banyak barang itu, langsung melesat kearah meja makan.
“Morning, mom!“
Wanita paruh baya yang tengah meletakkan sarapan putri nya pun menoleh, lalu menghela nafas gusar.
“Kamu beneran mau kesana?“
Gadis itu mengangguk semangat sembari mengunyah roti lapisnya.
“Mama udah setuju, jangan larang aku. Oke?“
Senyuman putrinya semakin membuat sang ibu menjadi gusar.
“Selin, mama titip pesan. Kalo kamu ga nemu, langsung pulang. Jangan dipaksa, ya?” Ujarnya sembari mengelus pundak putrinya.
Gadis itu tersenyum lebar lalu mengangguk, “Siap, Mama! Aku bakal pulang dengan batu kristal khas negeri yang hilang“
Senyum tipis pun terbit di bibir wanita itu. “Semangat dan hati-hati“
“Thankyou, mom“
Sarapan selesai. Gadis itu kini tengah memakai sepatu mendakinya sembari menatap pemandangan hutan indah yang memang ada di belakang rumahnya.
Wait me, prince olie.
“Mama, aku berangkat!“
“BE CAREFUL“
“Oke!!!!“
Alright. You can do it, Selin. Anggep aja ini pendakian biasa, seperti mendaki dengan papa.
Kaki gadis itu pun melangkah dengan mantap menuju tempat yang entah ada dimana. Namun, dia yakin. Dia akan menemukan negeri yang hilang itu.
Anw, sebelumnya. Perkenalkan nama ku Selina Essley. Umurku 18, baru saja lulus SMA dan akan masuk ke perguruan tinggi 4 bulan lagi. Motivasi untuk mencari negeri yang hilang? Karena lokasi yang di terangkan pada buku itu sangat mirip dengan wilayah di dekat rumah ku.
'Negeri yang hilang itu berada di bawah kaki gunung Essley, dikelilingi pepohonan cemara, juga jangan lupakan bunga yang menjadi simbol kerajaan itu, bunga lily of the valley yang sangat cantik.
Walaupun tidak spesifik, tapi Selin yakin dia tahu dimana tempat itu. Sebab dulu papa nya pernah bercerita, bahwa dia pernah pergi ke tempat seperti itu.
Yah, tidak salahnya untuk mencoba kan?
30 menit berlalu.
Kini Selin sudah memasuki daerah hutan, kaki jenjangnya itu masih terasa biasa saja. Ia belum merasakan lelah atau apapun itu. Beruntungnya, hari ini langit sedikit mendung jadi tidak terlalu panas. Tapi yah, semoga saja tidak turun hujan.
Bunyi gemericik dari sungai, siulan burung, juga dahan pohon yang bergerak sebab angin pun menjadi teman perjalanan Selin. Wajahnya ia tadahkan kearah langit untuk menikmati semua kedamaian yang ada di hutan itu.
1 jam berlalu.
Dirinya mulai lelah, sehingga salah satu pohon besar pun menjadi tempat peristirahatan Selin. Dia langsung duduk sambil bersandar, kakinya ia luruskan, kerah jaketnya ia longgarkan sedikit agar tak terasa sesak. Selin menghirup oksigen dengan pelan, agar detak jantungnya kembali normal.
“Gue harus jalan berapa lama lagi...” Gumam Selin sembari menatap rusa yang tengah minum di aliran sungai.
“Dulu papa bilang berapa lama ya buat sampe ke tempat itu...” Kepalanya ia sandarkan ke batang pohon itu, ia pejamkan mata dengan dahi nya yang mengernyit. Tanda ia sedang mencoba mengingat sesuatu.
“Ah! 4 jam. Yayaya, Papa bilang gitu. Duh, gila. Masih panjang banget perjalanan gue” Keluhnya namun raut wajah itu langsung berubah menjadi cerah kembali.
“Inget, Selin. Lo harus pulang dengan kristal, biar mama percaya kalo negeri itu ada. SEMANGAT” Teriakan diakhir membuat dirinya kembali bersemangat untuk melanjutkan perjalanan.
Selin pun kembali bersiap lalu berjalan menuju tempat itu.
2 Jam...
3 Jam...
4 Jam...
Waktu sudah berlalu banyak, matahari mulai terasa terik, dan oksigen mulai menipis. Selin mulai mengatur pernafasannya agar tak terasa sesak.
Mengapa gunung Essley selalu gini?! Please deh, Essley. Gue juga Essley, ayo berteman sama gue. Jangan bikin gue sesek nafas!!!
Keringat Selin mulai bercucuran, nafasnya mulai menderu tak karuan, tekanan gunung ini terlalu tinggi. Padahal Selin hanya berada di kaki gunung. Pandangannya dengan perlahan mulai memburam, kakinya sudah terasa tak kuat, hingga matanya pun mendapati objek yang ia cari.
Objek yang sangat cantik itu menjadi hal yang ia lihat terakhir sebelum semuanya menjadi gelap.
Selin pingsan.
“~~~~~“
“~~~“
“I told you! I found her!“
Selin dengan perlahan membuka kedua matanya saat mendengar seruan itu, tangan dan kaki yang terasa kebas itu membuat dirinya tak bisa bergerak banyak.
“Papa” Ujarnya dengan pelan.
Suara yang menganggu tidurnya itu pun langsung menghilang.
“Hei“
Selin menoleh ke asal suara lalu terlihatlah sosok laki-laki tampan dengan rahangnya yang tegas, pakaian layaknya anggota kerajaan, dan jangan lupakan mahkota yang menghiasi kepalanya.
Dia terlihat menawan.
“You okay?“
“Pertanyaan bodoh, apa keahlian penyembuh mu itu tak merasakan bagaimana sakitnya anggota tubuh dia?“
Siapa...?
“Berhenti menjawab pertanyan yang bukan untukmu, Geliard.“
“Tcih, aku hanya menjelaskan keadaannya.“
Kepala Selin mendadak terasa sakit, matanya terpejam sebab tak kuat menahan rasa sakitnya.
“Kamu menunggu apa, Olie?! Sembuhkanlah dia!“
Laki-laki dengan mahkota itu langsung memegang kening Selin, bibirnya membisikkan sesuatu, kemudian Selin pun merasa rileks kembali.
“Kau mau bertanggung jawab atau tidak, Geliard?“
“Aku mau, tapi kau tidak boleh ikut campur.“
“Terserah. Aku harus pergi, jaga dia. Kita tidak tahu, dia benar-benar pendatang luar atau pengkhianat.“
“Kau masih dendam dengan gadis itu, ya?“
“Berisik.“
Obrolan itu adalah hal yang terakhir Selin dengar, sebelum diri nya terlelap dan masuk kedalam alam mimpi.
Suara ayam yang berkokok membuat Selin terkejut lalu bangun dari tidurnya.
Sialan, gue kira rumah gue lagi di gusur.
Kedua matanya ia usap sejenak lalu mencoba melihat kearah sekitar.
Where am i?
Nuansa kamar yang damai, dengan warna hijau yang tak mencolok, pernak pernik klasik yang tak pernah ia lihat, lukisan seseorang yang asing, juga—tunggu!
is that lily of the valley?!
Matanya membulat kemudian kakinya itu bergerak cepat menuju vas bunga yang menarik perhatiannya. Tangannya dengan bergetar menyentuh bunga cantik itu, hingga suara pintu yang terbuka membuat fokusnya teralihkan.
“Ah, kau sudah sehat rupanya.“
Selin berdiri kaku saat melihat sosok tersebut. Dia kini seperti seorang anak perempuan yang sedang ketahuan mencuri permen oleh ayahnya.
“Kemarilah, aku ingin memeriksamu sedikit.“
Selin masih diam dan laki-laki itu langsung terbingung.
“What's wrong with you?“
“Uh—ah! I'm sorry, but where....—“
“You're in my sister's room“
Mata Selin seketika membelalak tak percaya, kakinya pun berjalan menuju laki-laki itu lalu duduk di pinggiran ranjang.
“Maksud gue—“
“Gue?” Nada bingung itu membuat Selin juga bingung.
“Iya, gue. Lo gatau?“
“Gue? Lo? Siapa itu?“
Selin memejamkan matanya sejenak lalu menatap laki-laki itu. Namun, sepertinya ia salah. Harusnya ia tak menatap mata yang biru dan sejernih kristal itu, dirinya menjadi gugup sendiri. Sedangkan laki-laki itu menatap Selin dengan penasaran.
“Maksud ku, aku ada dimana? Apakah ini salah satu pedesaan di gunung Essley?“
“Gunung Essley? Aku tidak mengerti apa yang kamu maksud. Daripada itu, kemarikan tangan kanan mu.“
Selin dengan ragu memberikan tangan kanannya, yang tak lama di genggam oleh laki-laki itu. Genggamannya terasa hangat, Selin jadi gugup. Hingga tanpa sadar, sebuah sinar muncul ditengah genggaman mereka lalu sirna kembali.
Terlalu tiba-tiba, Selin tidak bisa mencerna apa yang baru saja terjadi.
“Kamu sehat, selamat.“
“Ha?“
Laki-laki itu tersenyum lalu mengecup punggung tangan kanan Selin dengan lembut.
“Aku bilang, kau sudah sehat. Kau kemarin pingsan didekat perbatasan terlarang, jadi aku rawat kamu agar bisa sembuh.“
Perbatasan terlarang?
Pingsan?
“Oh! Dan kamu tadi bertanya kamu ada dimana, kan? Selamat datang di kerajaan Essley, orang asing.“
KERAJAAN ESSLEY?!
HAAAAAH?!!!
lanjut part 2, hehehehe.