Prolog.
Kehidupan sebagai orang biasa yang Gilang jalani, cukup baginya.
Ia bahagia, namun tidak se-bahagia itu.
Kenapa?
“Kenapa? Emangnya kalian semua sangat bahagia ngejalanin kehidupan kalian? Apa gaada ada rasa pahitnya? Wah, kalo gaada.... kalian beruntung. Gue iri jadinya.“
Tapi Gilang tak pernah membayangkan, kehidupannya akan berubah 180°. Tidak. Dia tidak ingin meninggalkan atau merubah kehidupannya menjadi orang lain.
'Niskala.'
Novel yang menarik perhatiannya saat berkunjung ke perpustakaan tua di kota.
Entah ada sihir atau bagaimana, Gilang mengambil buku novel itu lalu membacanya.
Baru 5 bab yang ia baca, tiba-tiba kantuk menyerang, Gilang pun tertidur. Namun sebelum itu, dirinya membaca salah satu kalimat dalam novel tersebut yang bertuliskan,
“Selamat kan aku.”
Apa yang harus di selamatkan?
Gumamnya, lalu jatuh terlelap.
“AIDEN!”
“Astaga, anak ini! Aiden!”
Gue gilang...
Matanya perlahan terbuka dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah seorang pria dengan balutan baju hitam.
“Berhenti bertingkah, Aiden. Bangun!”
Siapa...?
Tak lama kemudian, dia membuka matanya, dan langsung terkejut sebab melihat ruangan yang asing baginya.
“Sudah sadar, huh?”
“Siapa?”
Pria itu mengernyitkan alisnya, lalu menghela nafas panjang.
“Aku tunangan mu, dasar tukang akting.”
“HAH? TUNANGAN GUE?! ANJIR”
NISKALA; abstrak.