Today.

Jam sudah menunjukkan pukul 12.30 Siang dan itu tandanya waktu istirahat Galendra sudah tiba, ia berjalan menuju pintu utama cafè lalu tangan nya bergerak untuk membalik papan nama dari open ke break time. Setelah membalik papan itu, ia pun meregangkan sedikit tubuhnya.

Galen, sini!” Peregangan yang ia lakukan sontak berhenti, pemuda dengan surai hitam itu langsung menoleh kearah sumber suara yang memanggilnya.

Saat menoleh ia pun langsung melihat rekan kerjanya—Haekal yang duduk berhadapan dengan Reggie.

Ah... ia lupa bahwa pemuda manis itu sudah menunggu nya dari tadi.

Langsung saja, kaki jenjang itu melangkah menuju meja yang diduduki dua orang tersebut. Lalu mengambil tempat di kursi sebelah Haekal.

Lo gimana sih? Bisa-bisa nya lo ngacangin cowo semanis Reggie gini?

Mendengar Haekal yang mengatakan kata manis untuk Reggie, itu membuat Galendra langsung memutar bola matanya.

Cih, modus aja lo.

Haekal terkekeh saat melihat wajah Galendra yang menjadi datar, “Sensi amat dah lo, mending makan. Katanya reggie udah masak, ya kan re?

Reggie, pemuda manis yang duduk di depan sepasang rekan kerja itu dan sedari tadi ia hanya menyimak langsung mengangguk saat Haekal bertanya.

Iya, aku masak lebih kok. Jadi, haekal bisa ikut makan juga

Haekal tersenyum lalu menatap Galendra dengan pandangan meledek, “yuhu~ makasih reggie~” Reggie tersenyum lalu dengan cepat tangannya bergerak untuk menyiapkan makan siang yang telah ia buat sejak tadi pagi.

Woah! Ini mah kebanyakan, re!” Seruan haekal membuat Reggie sedikit terkejut, matanya yang penuh binar langsung sedikit meredup.

Ga bakal habis ya?

Tahu jika si manis akan merasa sedih jika makanannya tidak habis, Haekal sontak menggeleng kuat-kuat.

Bakal habis kok! Aku bawa ke ruang pegawai ya? Biar mereka bisa makan makanan kamu” mendengar hal itu, tentu saja membuat Reggie tersenyum lebar. Binar matanya langsung kembali.

Oke! Selamat menikmati ya~” Haekal terkekeh lalu mengangguk, pemuda itu langsung membawa beberapa makanan yang Reggie buat menuju ruang khusus pegawai.

Sekarang, tersisa Reggie dan Galendra di meja itu. Suasana yang ramai tadi berganti dengan rasa canggung. Reggie menunduk karena malu untuk menatap Galendra dan hal itu membuat sang empu merasa sedikit tak enak.

Setelah berperang batin beberapa saat, Galendra pun berdiri kemudian duduk di tempat Haekal tadi. Ia berdehem singkat dan itu berhasil membuat Reggie mengangkat sedikit kepalanya.

Ini buat gue?” Reggie mengerjap sebentar lalu mengangguk.

Makasih” kemudian Reggie pun mulai melahap makanan yang Reggie bawa.

Reggie yang melihat itu pun sontak tersenyum lebar, di pipi nya sedikit terlihat rona merah muda karena tersipu juga malu, matanya terus menatap Galendra yang tengah melahap masakannya.

Enak?” Galendra menatap Reggie sembari mengunyah.

Setelah selesai menelan makanannya, Galendra langsung mengangguk pelan, “Lumayan” katanya.

Senyum Reggie semakin lebar, “Alen suka?” Galendra menatap Reggie dengan bingung.

Hm” akhirnya Galendra hanya membalas dengan sebuah deheman, kemudian ia kembali melahap makanannya.

Alen, kalo tiap hari aku dateng kesini buat ngasih makan siang... boleh ga?

Pertanyaan itu membuat Galendra berhenti sejenak untuk menyuap makanannya,

Emang lo ga kerepotan?

Sama sekali engga!

Kenapa?

Reggie menatap bingung Galendra, “Apanya yang kenapa?” ujarnya dengan pelan.

Galendra menghela nafas sebentar, ia menaruh sendok yang ia gunakan tadi di samping tempat makan itu. Makanan yang Reggie buat kini sudah tandas dengan bersih.

Mata Galendra menatap Reggie dengan dalam dan jujur saja, tatapan itu cukup membuat jantung Reggie berpompa dengan cepat.

Kenapa lo mau repot-repot gini, padahal kita aja baru ketemu?

Reggie diam sejenak,

Ya... Karena alasan aku repot itu kan Alen

Kini Galendra yang dibuat bingung.

Maksud lo?

Alen masa ga paham sih? Aku lagi mau pdkt-an sama kamu tau!

Tunggu... apa katanya barusan?!

Hah?

Reggie mendengus saat melihat Galendra yang masih terlihat tidak paham, “Aku suka sama kamu, Alen. Jadi, aku mau melakukan pendekatan sama kamu

Galendra mengernyit, “Tiba-tiba banget? Kita bahkan baru ketemu kemarin kan?

Reggie tersenyum tipis, “Emang kenapa kalo kita baru ketemu kemarin?

Aneh aja, masa iya lo ngalamin ci—

Iya, Alen. Aku ngalamin cinta pada pandangan pertama dan kamu orang yang udah buat aku jatuh cinta

Galendra diam dan begitupula dengan Reggie, keduanya hanya saling menatap. Berharap pesan dari hati mereka tersampaikan dari tatapan mata itu.

Galendra telah tenggelam di jelaga indah tersebut, hingga suara kekehan dari Reggie membuat ia tersadar.

Alen beneran lupa ya? Kemarin itu bukan pertemuan pertama kita

Sebentar, apa lagi ini? Dia bahkan belum memproses dengan ucapan reggie tentang cinta pada pandangan pertama, lalu sekarang ada hal lain lagi yang harus ia proses?!

Kita pernah bertemu, Alen. Di enam tahun yang lalu

Oh, God... apalagi kejutan yang akan engkau berikan padaku?