Terima kasih, Damar.

“Kak damar post foto aku tadi?”

Damar yang tengah sibuk dengan ponsel nya langsung menoleh kearah Juna. Senyum jenaka nya pun muncul seketika.

“Iya dong, nih jadi rame banget rt like nya”

Juna mendengus kecil namun beberapa detik kemudian senyum tipis nya muncul, ia taruh ponselnya di atas meja lalu kembali bermain dengan salah satu kucing.

Damar pun turut menaruh ponsel nya disaku lalu menatap Juna yang tengah bermain dengan hewan berbulu itu, senyum tipis nya muncul saat melihat tingkah Juna yang sangat menggemaskan dimata nya.

“Kamu bisa bahasa kucing?” Juna menoleh lalu mengernyit bingung.

“Engga lah”

“Terus kenapa ngobrol sama kucing?”

Juna memutar bola matanya malas dan Damar yang melihat hal itu pun sontak terkekeh.

“Walau aku ga ngerti bahasa kucing tapi kucing tuh ngerti bahasa kita tau” ujar Juna sembari mengelus lembut hewan yang berada di pangkuannya.

“Oh, ya?” Damar menaikkan salah satu alisnya, Juna menatap Damar kemudian tersenyum sambil mengangguk semangat.

“Tapi daritadi dia ga respon kamu pake suara nya”

“Emang di respon nya harus dengan suara?” Damar menatap bingung Juna.

“Dia respon nya lewat hati kalo ga tatapan matanya”

“Tau darimana?”

Juna berhenti mengelus kucing itu.

“Orang yang deket sama aku, kak” dulu lanjutnya di dalam hati.

Damar yang melihat perubahan mimik wajah milik Juna pun dengan cepat berujar,

“Oh, dia pakar kucing?”

Juna menatap malas Damar sambil mendengus kecil, “ya ga gitu juga, kak damar”

“Yah, kan ku kira dia pakar kucing. Soalnya aku mau juga belajar lebih dalam tentang kucing sama orang itu”

“Emang buat apa kenal kucing dengan lebih dalam?”

“Biar kucing ku di rumah ga babuin aku mulu, aku mau bikin dia mandiri”

Jawaban Damar mengundang gelak tawa dari Juna, melihat si manis yang tengah tertawa membuat Damar merasa lega juga senang.

“Ada ada aja deh, kak”

“Kan kaya kata kamu tadi, aku emang ajaib”

“Yeuu, kok malah mengakui sih?”

Damar tersenyum, di tatapnya kembali Juna yang tengah asik bermain dengan kucing itu.

Hingga beberapa detik kemudian, ia menghembuskan nafasnya pelan. Matanya menatap Juna dengan dalam.

“Juna”

Yang di panggil pun langsung menoleh, “kenapa, kak?”

“Mau ke rooftop cafè ini ga?”

Juna sedikit melebarkan matanya, tanda ia sedang terkejut dengan ucapan Damar.

“Ada rooftop?!”

Damar mengangguk dan Juna pun langsung tersenyum lebar, pemuda manis itu menurunkan kucing yang ada di pangkuannya tadi dengan lembut lalu memusatkan atensi nya pada Damar.

“Mau!”


“Woah!”

Ucap Juna sembari bergerak memutar untuk menatap pemandangan yang tersaji di depannya. Angin berhembus dengan tenang, menghantarkan hawa sejuk dan perasaan nyaman dan tenang.

Damar tersenyum tipis melihat ke-antusias an Juna, tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, ia pun bergerak untuk memotret Juna. Setelah berhasil mengambil foto itu, Damar pun kembali tersenyum kecil.

Ia kembali menatap Juna yang masih asik menikmati hembusan angin, pemandangan yang cukup indah bagi Damar.

Pemuda itu mengambil nafas sejenak lalu berjalan untuk menghampiri Juna.

“Suka?”

Juna menoleh lalu mengangguk semangat, “suka banget!” Jawabnya dengan semangat.

Damar menepuk kepala Juna sambil mengangguk pelan, “bagus deh kalo kamu suka, mau duduk dulu ga?”

Kini Juna dan Damar pun duduk bersebelahan, matahari hari ini tidak terasa terlalu terik karena tertutup awan. Suasana yang cukup nyaman.

“Juna, aku mau bilang sesuatu”

Juna yang mendengar nada bicara Damar berbeda dari sebelumnya pun langsung menegang. Tangan Damar bergerak menyentuh bahu Juna agar sang empu menatapnya.

Mata yang biasa memancarkan aura jenaka kini berubah menjadi serius, Jujur Juna sedikit merasa takut dengan tatapan itu. Seperti bukan Damar begitu pikirnya.

“Juna, apapun yang aku bilang nanti tolong jangan buat itu jadi alasan kita menjauh ya?”

Juna diam, ia hanya menatap Damar dan yang di tatap pun mengerti apa maksud Juna.

“Mungkin kamu sadar tapi kalo ga sadar juga gapapa”

Damar menatap dalam Juna, tangannya memegang lembut tautan tangan Juna.

“Juna, aku jatuh dalam pesona kamu. Hati aku memilih kamu untuk menjadi tempat berlabuh” Ujar Damar dengan sungguh-sungguh.

“Aku suka sama kamu, Juna”

Saat genggamannya merasakan tautan yang semakin mengerat, ibu jarinya pun bergerak untuk mengelus tautan itu. Juna menundukkan kepalanya saat mendengar ucapan Damar.

Tatapan serius Damar pun sekarang melunak, ia menghembuskan nafasnya pelan lalu tersenyum tipis. Tangannya yang bebas, bergerak mengelus lembut surai milik sang adik kelas.

“Aku ga minta kamu buat jawab kok, aku bilang kaya gitu agar hati aku tenang”

Dengan pelan Juna pun mengangkat kepala nya dan menatap Damar yang tengah tersenyum.

“Ma—”

“Juna, gapapa” sela Damar.

“Aku udah tau jawabannya kok, kamu tenang aja ya? Jangan ngerasa bersalah, karena disini aku atau kamu itu ga ada yang salah”

“Dibandingkan jawaban, aku lebih pengen kamu peluk—”

Grep!

“Makasih, kak damar” bisik Juna di dalam dekapan itu.

Damar yang tadi sedikit terkejut pun langsung membalas pelukan Juna, ia eratkan pelukan itu.

Rasanya hangat dan nyaman.

“Jangan pergi dari hadapan aku ya, juna?” Ucap Damar dengan pelan lalu mengeratkan pelukan itu.

“Juna ga bakal pergi kok” jawab Juna dengan lembut lalu mengusap punggung Damar.

“Makasih buat semuanya, kak. Aku ngerasa beruntung karena di pertemukan orang yang baik kaya kak damar” bisik Juna dan tentu saja hal itu membuat hati Damar sedikit menghangat.

Walaupun rasa sakit dan sesak lebih mendominasi.

“Aku harap kak Damar bisa bertemu orang yang lebih baik dari aku, orang yang bisa membalas semua perhatian kak Damar”

“Sekali lagi, terima kasih untuk semuanya kak Damar”

“Terimakasih kembali, Juna”

let's find our happiness together