Sky.

tw // mayor character death , disease cw // angst

Kalo semisal gue pergi ke langit, lo bakal marah?

Buat apa aku marah? Kalo kamu akan jauh merasa bahagia disana, maka aku juga bakal ngerasain hal itu.


Pagi, diary. Hari ini aku akan menjenguk Jenan di rumah sakit. Tadi pagi dia mengirimiku pesan untuk datang menjenguknya hari ini juga. Aku bingung, karena tumben sekali dia memaksa ku untuk menjenguknya. Awalnya aku tidak ingin, hingga akhirnya aku pun menuruti keinginan dia, pergi menemui dirinya. Menemaninya hingga larut malam tiba. Hari itu, berjalan dengan sangat indah dan banyak sekali kenangan yang terjadi.

Sore mulai tiba, angin mulai terasa berhembus dengan lebih kencang. Taman rumah sakit saat itu entah mengapa menjadi sangat ramai. Suara tawa anak-anak dan orang dewasa selalu terdengar. Raelan pun memilih untuk memejamkan matanya, menikmati sore dengan tenang.

Lo kebiasaan banget diemin gue kalo udah nyaman di tempat ini” Suara itu membuat Raelan membuka kedua matanya dengan perlahan.

Emangnya kenapa, masalah ya?

Yaiya, masalah. Gue nya bosen” Raelan tertawa kecil saat melihat sang sahabat kesayangannya tengah menunjukkan raut merajuknya.

Dasar, liat dong badan kamu kaya gimana

Badan gue? Besar atau mulai kurus?

Raelan mengatupkan bibirnya, matanya menatap sang sahabat dengan pandangan yang menyiratkan rasa sedih, hingga pandangannya teralihkan kearah tiang infus yang ada di sebelah sahabatnya.

Jenan...

Kenapa, Lan? Gue beneran mulai kurus ya? Atau gue makin jelek?

Raelan meneguk ludahnya dengan kasar, mendadak bibirnya terasa kelu. Tangannya diam-diam meremat ujung kemeja yang ia pakai.

Hening pun melanda.

Sampai Jenan pun menghela nafasnya, menyandarkan punggungnya di kursi taman sambil menatap langit. “Lo malu ga sih Lan, karena jadi sahabat gue?

Raelan mengambil nafasnya, lalu tangan kirinya bergerak untuk menggenggam tangan kanan Jenan yang berada diatas pahanya.

Buat apa malu sih, Nan? Kamu kalo ngomong jangan suka aneh” Jenan menolehkan kepalanya, menatap Raelan dengan sirat kelelahan yang nampak dengan sangat jelas.

Gue capek, Lan

Kalimat yang keluar dari mulut Jenan saat itu membuat Raelan dengan susah payah untuk menahan air matanya yang akan jatuh.

Diary, kau tau? Ada satu hal yang tidak terduga terjadi pada sore kala itu. Untuk pertama kalinya setelah Jenan dirawat selama 3 bulan, kata lelah keluar dari mulutnya. Gue capek, Lan katanya begitu. Sakit, aku sakit dengernya.

Malam pun datang, sepasang sahabat itu kini sudah berada disebuah ruangan inap Jenan. Tempat Jenan melakukan aktivitasnya yang terbatas selama tiga bulan lamanya.

Kamu laper?” Ujar Raelan sembari duduk di kursi yang diposisikan di sebelah ranjang Jenan.

Lo laper?” Bukannya menjawab, Jenan memilih untuk memberikan pertanyaan juga.

Aku ga laper, kan tadi mama kamu ngasih aku mie” Jenan mengangguk.

Gue udah kenyang” Raelan tersenyum tipis sambil menatap wajah sahabatnya yang semakin pucat, tangannya bergerak untuk mengusap dahi Jenan kemudian mengelus pipi yang mulai tirus itu. Jenan pun memilih untuk menikmati usapan lembut dari Raelan.

Lan, gue mau nanya

Apa?

Hari ini lo bahagia?” Raelan mengangkat satu alisnya.

Iya. Kamu?

Sama, bahagia juga” Raelan yang mendengar hal itu sontak tersenyum geli, kini tangannya terangkat untuk mengusap surai legam milik Jenan.

Kamu seharian ini aneh banget

Jenan menatap Raelan dengan dalam, “Lo jadi gasuka sama gue ya?

Dih? Aku gaada ngomong gitu

Oh, berarti lo suka gue?” Pertanyaan tiba-tiba dari Jenan membuat Raelan berhenti mengusap surai sahabatnya itu, dengan perlahan tangannya ia taruh diatas pahanya.

Nan, kam—

Gue suka sama lo, Lan” Lagi dan lagi, Raelan merasakan susahnya meneguk ludahnya sendiri, lidahnya kelu, bibirnya terkatup rapat dan detak jantungnya terasa berdebar dengan kencang.

Hah?

Gue suka sama lo, Lan. Tapi gue gamau lo jadi pacar gue

Ma—maksud kamu gimana...?” Suaranya dengan perlahan menjadi pelan, matanya menatap Jenan dengan bingung.

Gue gamau ngikat lo dalam sebuah hubungan karena hidup gue sebentar lagi berakhir” Bibir Jenan dengan lancar mengucapkan kalimat itu.

Diary, Jenan itu aneh ya? Kenapa dia selalu bertindak mengejutkan seperti ini? Apa dia tidak memikirkan bagaimana bingung nya aku buat respon semua ucapan dia? Tapi, mau se-aneh apapun Jenan. Aku tetap sayang sama dia sih hehe.

Aku juga suka sama kamu

Gimana?

Kini Jenan yang dibuat bingung dan terkejut. Ucapan Raelan terlalu tiba, Jenan belum siap untuk mendengar kalimat itu.

Kita sama-sama suka ya ternyata? Ahahaha” Tawa canggung keluar dari mulut Raelan saat melihat Jenan yang nampaknya bingung dengan ucapannya.

Lan... serius?

Buat apa juga aku bohong?

Jenan terdiam, “Kok bisa? Gue orangnya sakit-sakit an, Lan. Kok lo bisa suka juga sama gue?

Ya... aku juga gatau? Kamu sendiri, kenapa suka sama aku?

Jenan mengambil nafasnya kemudian menggenggam tangan Raelan yang berada diatas sisi ranjangnya. “Lo mau tau?

Iya

Raelan, sahabat gue dari kecil. Yang dari dulu selalu nemenin gue kemana-mana, selalu bersikap baik sama gue bahkan orang lain, ga pernah ngeluh atau bahkan jauhin gue pas mulai sakit-sakit an. Bahkan, lo ga pernah komen tentang sifat gue yang selalu dibilang buruk sama orang-orang. Lo itu sempurna banget di mata gue dan gue dengan gatau dirinya malah suka sama lo. Bahkan cinta

Mata Raelan mulai berkaca-kaca, ia menundukkan kepalanya saat mendengar hal itu. Sedangkan Jenan sedang berusaha menahan rasa sesak di dadanya yang menyerang tiba-tiba saat ia tengah berbicara.

Lan, gue selalu berpikir. Gue itu ga berhak buat suka sama lo, karena lo terlalu beda sama gue. Lo pantes di sukain sama orang yang lebih baik dari gue. Lo tau? Gue bahkan pernah coba buat ilangin rasa itu, tapi gabisa. Rasa suka gue ke lo udah besar banget, Lan

Isakan kecil mulai terdengar. Raelan mengusap air matanya yang jatuh dengan tangannya yang bebas. Kepala yang sedari tadi menunduk, dengan perlahan ia angkat untuk menatap Jenan.

Kamu pantes buat ngerasain perasaan itu, Jenan. Kamu pantes” Jenan langsung mengeratkan genggaman tangannya dengan Raelan.

Makasih, makasih karena selalu ada disamping gue, Lan. Makasih banyak atas semuanya” Setetes air mata pun turun membasahi pipi Jenan.

Jenan...” Gumam Raelan sambil menahan tangisnya.

Lan, gue mau nanya lagi

Boleh

Kalo semisal gue pergi ke langit, lo bakal marah?

Bibir bawah Raelan ia gigit, matanya beralih untuk menatap sisi lain. Tidak ingin memperlihatkan wajahnya yang menyiratkan kesedihan.

Raelan menutup matanya sejenak, lalu menghela nafas. Kepalanya ia tolehkan kembali kearah Jenan, sebuah senyuman manis pun ia berikan pada Jenan.

Buat apa aku marah? Kalo kamu akan jauh merasa bahagia disana, maka aku juga bakal ngerasain hal itu

Oh iya, aku juga mau makasih ke kamu. Makasih karena udah jujur soal itu, aku jadi ga ngerasain suka sebelah pihak hehe” Jenan tersenyum sambil menatap dengan lekat wajah manis Raelan.

Gue bakal kangen sama lo, Lan

Kamu ngomong apasih, Nan? Bilang kaya gitu seakan besok kamu bakal langsung pergi” Senyum Jenan dengan sekejap menghilang.

Gue boleh minta peluk ga, Lan?” Raelan terdiam lalu mengangguk.

Ia berdiri dari duduknya kemudian memeluk tubuh Jenan dengan erat. Mengusap punggung lebar itu dengan lembut, Jenan pun memilih untuk menyembunyikan wajahnya di bahu sempit sahabatnya. Mereka memilih untuk diam, menikmati pelukan itu seakan pelukan terakhir yang akan mereka lakukan.

Hingga mereka pun mengucapkan pesan kepada satu sama lain.

Bahagia selalu, Lan. Semoga lo bisa menemukan seseorang yang mencintai lo dengan tulus dan hubungan kalian berjalan dengan baik

Kamu juga. Semoga kamu selalu diberikan kebahagiaan dan sakit yang kamu rasain hilang secepatnya

Yah, benar. Pelukan itu memang pelukan terakhir yang kami lakukan. Dia benar dengan kalimatnya, bahwa dia akan pergi ke langit. Kenapa firasatnya itu sangat tepat? Apakah dia mendadak menjadi cenayang saat itu? Hahaha, benar kan. Jenan itu aneh, tapi itulah daya tariknya yang membuat aku menyukai dirinya. Namun, sayang sekali. Sayang sekali kami tidak sempat memulai sebuah hubungan dan membuat kisah manis dengan rasa yang berbeda dari sebelumnya. Btw, aku berharap Jenan sudah tidak merasakan sakit lagi. Aku harap di langit sana, ia merasakan banyak kebahagiaan. Jenan, selamat beristirahat dengan tenang ya. Aku sayang sama kamu.

Selesai.