Ella.
*You can play My everything-NCT U while reading*
CW // Harsh words , mentioning hatred
Juna berjalan kearah seorang perempuan yang tengah duduk di ayunan sambil menundukkan kepalanya, disana hanya ada perempuan itu sendiri.
Dengan pelan Juna menghampiri perempuan itu lalu saat sudah berada di dekat nya, ia memilih untuk duduk di ayunan sebelah yang kosong.
Merasakan kehadiran orang lain, perempuan yang menunduk itu pun menoleh. Ia terkejut dengan kehadiran Juna, ia pikir Juna tidak akan datang padanya.
“Kaget?” Ujar Juna tanpa menoleh kearah perempuan itu, “engga” jawaban dengan nada datar Juna dapatkan.
Juna tersenyum tipis lalu menggerakkan ayunan nya dengan pelan. Suara decitan besi berkarat, angin sepoi-sepoi yang membuat rambut sedikit bergerak, juga bulan sabit yang memberikan sedikit cahaya menjadi latar suasana antara Juna dan sepupunya, Ella.
“Buat apa kesini?” Tanya Ella sembari menggerakan ayunan nya juga dengan pelan.
“Nemenin lo” jawab Juna dengan santai. “Cih, ga percaya gue” ujar Ella.
“Ya... terserah”
Kemudian hening kembali.
“La, gue dari dulu mau nanya pertanyaan ini deh ke lo” Juna tiba-tiba berceletuk, matanya senantiasa menatap bulan sabit yang ada di langit.
“Lo benci sama gue karena apa?”
Ella berhenti menggerakan ayunan nya dan Juna pun turut melakukan apa yang Ella lakukan.
“Lo mikir kalo gue benci sama lo ya...” gumam an Ella membuat Juna tersentak.
Apa maksudnya?
Ella menatap Juna, “Iya, jun. Gue benci lo dan itu karena sikap lo yang terlalu lembek”
Juna mengernyitkan dahinya, “dasar bodoh, lo ga pernah berubah ya?” Ella menatap Juna dengan remeh dan Juna semakin mengernyit bingung.
“Lo ga capek, jun? Lo ga capek hidup di dunia yang kejam ini?”
“Ella gue ga paham”
“Ck, apa yang lo paham?”
Juna menggigit bibir dalamnya dan Ella melihat hal itu, langsung saja ia terkekeh pelan.
“Kapan lo berubah, jun?” Ujarnya kemudian menghela nafas pelan sambil menatap bulan.
“Lo bener-bener ga pantes buat hidup di dunia ini”
Juna mengeratkan pegangan di sisi ayunan nya, apa ini waktu nya untuk ia menangis lagi?
Juna menggeleng pelan lalu berdehem, “apa yang bikin lo kabur gini?” Juna mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Gue ga kabur, gue izin kok ke mama lo tadi”
“Izin nya kurang jelas”
“Kepo lo”
“Dari dulu”
Ella mendengus kemudian menatap kesal Juna dan yang ditatap memilih tidak peduli.
“Lo mulai berani ya?”
Ujar Ella yang diakhiri tawa remeh, “Kata lo, gue harus berubah biar ga lembek lagi” jawaban itu keluar dengan bebas dari bibirnya.
Entah apa yang membuat Juna berani menghadapi sepupunya itu.
“Juna, gue ga suka ya”
“Gue gaada niatan buat ngikutin kesukaan lo”
“Anjing” umpat Ella dan Juna yang mendengar itu langsung tersenyum kecil.
“La”
“Jangan ngomong ama gue”
“Tapi gue pengen ngobrol sama lo”
Tangan kiri Ella langsung saja bergerak untuk menyenggol ayunan milik Juna namun sebelum hal itu terjadi, Juna dengan cepat menahan gerakan Ella.
Mata keduanya saling menatap, keduanya memberikan tatapan yang misterius.
Ella mencoba menggerakkan tangan nya dengan kuat namun Juna membalas dengan mengeratkan cekalannya pada tangan Ella. Mata Juna kini memberikan perempuan itu pandangan datar, “Jangan gini, Ella” ujar nya dengan suara yang tegas.
Ella menghentikan gerakannya, ia diam sejenak sambil menatap mata Juna. Tiba-tiba air matanya jatuh dengan perlahan, suara kekehan pun terdengar.
Air mata Ella kian deras dan tawa nya kian mengeras, Juna dengan cepat melepaskan cekalannya. Ia menatap bingung Ella yang tengah menangis, kenapa tiba-tiba?
“Dari dulu—harusnya lo kaya gini, Juna” ujar Ella disela tangisnya.
“Ella—”
“Harusnya lo dari dulu ngasih tatapan itu ke orang-orang brengsek itu! Hiks” Ella semakin menangis dan Juna kini semakin tidak paham dengan sikap Ella.
“Juna— lo emang ga pantes ada dunia ini—hiks” ucapan Ella kian tersendat karena tangisnya.
“Dunia ini terlalu kejam buat lo, JUNA! LO GA HARUSNYA LAHIR KE DUNIA INI!” Teriakan itu membuat Juna tersentak, tubuhnya seakan kaku.
“Ella...”
Juna menatap Ella yang tengah menangis, hatinya berdenyut sakit saat Ella mengatakan kalimat itu dengan lantang. Juna paham, apa yang di maksud dengan sepupunya itu.
Ella hanya ingin merubah dirinya agar tidak di rendahkan oleh orang lain, walaupun dengan cara yang salah dan keterlaluan. Sekilas Juna pun kembali mengingat apa saja yang telah Ella lakukan padanya semenjak masa sekolah menengah pertama kelas tiga.
Ella memang memperlakukan dirinya dengan buruk, jadi ia berpikir jika sepupunya ini membenci dirinya. Sama seperti apa yang orang tua nya lakukan. Namun hari ini, ia tidak menyangka dengan pernyataan yang terkesan tiba-tiba ini.
Jika ditanya, Apa dia kecewa? Maka Juna akan menjawab bahwa dirinya sangat kecewa dengan semua perlakuan Ella. Apa dirinya akan memaafkannya? Setelah apa yang terjadi selama ini? Dengan tanpa ragu Juna akan menjawab, Iya, dia memaafkan sepupunya.
Mau bagaimana pun, Ella itu sepupu Juna bukan? Lagipula, Jika Tuhan mampu memaafkan makhluk nya dengan mudah, mengapa Juna tidak? Dia memaafkan Ella.
Lalu bagaimana dengan semua sakit fisik juga mental yang ia perbuat pada diri Juna? Juna akan memaafkan hal itu juga.
Kenapa dirinya sebaik ini? Jawabannya adalah, Juna ingin menjadi manusia yang baik setidaknya untuk penyeimbang dosanya karena telah melanggar hukum yang Tuhan berikan.
“Gue ga benci sama lo, Juna. Gue engga benci sama lo, gue cuman—”
Grep!
Juna dengan cepat beranjak dari ayunan nya lalu memeluk Ella yang masih menangis. Dengan pelan air mata nya pun ikut turun, ia memeluk Ella dengan erat. Membiarkan sepupu kesayangan nya itu menangis di dadanya, punggung Ella ia elus dengan lembut.
“Maaf— maafin cara gue yang keterlaluan Juna, ma—”
“Ssstt, gapapa Ella. Gapapa kok” ujar Juna dengan lembut.
Tangan nya mengusap air mata miliknya lalu menenangkan Ella kembali.
“Juna, gue benci” ujar Ella sembari memukul-mukul dada Juna.
“Iya, Ella. Makasih ya? Makasih udah ngelakuin itu semua demi gue, makasih udah jujur, makasih buat semuanya Ella”
Tangis Ella semakin mengeras begitupula dengan air mata Juna yang kian menderas.
“Maaf juna, maaf”
“it's okay, la... gue paham sekarang. Gue janji, mulai besok gue bakal berusaha buat jadi lebih kuat. Usaha lo buat bikin gue sadar berhasil, la. Lo berhasil” Juna melepas pelukannya, ia mensejajarkan wajahnya dengan wajah Ella.
Tangan nya menangkup wajah Ella, mengusap pipi perempuan itu kemudian menatap nya sembari tersenyum.
“Lo berhasil, la. Maaf ya, gue terlalu lama buat sadar. Pasti berat banget ya selama ini?” Ella menatap Juna sembari mengangguk pelan dan senyum Juna kian melebar.
“Sekarang lo ga perlu pura-pura lagi kaya gitu, la. Gue bakal berusaha sendiri buat berubah, jadi—”
Juna kembali mengusap air mata Ella kemudian menatapnya dengan lembut.
“Jadi lo bisa kembali ke diri lo yang dulu, la. Kembali menjadi Ella yang sering bilang “Juna, ella sayang banget sama Juna! Juna sepupu terbaik Ella!”. Oke?”
Ella mengusap air matanya lalu mengangguk, kemudian dengan gerakan tiba-tiba ia memeluk Juna dengan erat.
“Maaf karena selalu bikin lo sakit hati dan nangis karena sikap gue selama ini, maaf Juna”
Juna mengangguk lalu membalas pelukan Ella, “Makasih atas semua usaha juga kepedulian lo selama ini, makasih banyak sepupu kesayangan Juna”
Ga nyangka? Iya, aku ga nyangka. Perlakuan nya memang keterlaluan tapi... ya mau bagaimanapun dia ngelakuin itu semua demi aku, sepupu kesayangan nya.
Keterlaluan? Iya, gue sadar kok. Sadar banget sampe setiap abis ngelakuin hal jelek itu ke Juna gue selalu nangis, karena... gue gatau harus pakai cara apa buat bikin dia sadar dan berubah selain dengan lakuin itu. Maaf ya.
the path of destiny is unpredictable, right?