Rehat.
cw // harsh words
06.05 AM
Terlihat di sebuah dapur terdapat seorang pemuda yang sedang menata sebuah roti isi yang baru saja di buat kedalam wadah.
Senyum nya terbit dikala ia selesai menata roti isi itu, ditutupnya wadah itu lalu ia masukkan kedalam tas punggung yang akan ia bawa.
Setelah membereskan piring-piring kotor, pemuda itu pun beralih untuk berjalan menuju ruang tamu kemudian duduk di sofa. Bermain dengan ponselnya.
Hingga sebuah notifikasi Haidar yang menelpon dirinya, ia bergegas beranjak dari duduknya, memakai tas punggung nya kemudian berjalan keluar. Namun sebelum ia benar-benar keluar dari pintu utama, ia menyempatkan untuk berucap sesuatu,
“Ma, Juna pergi dulu” ujarnya dengan suara yang agak keras. Keheningan yang Juna dapat namun ia memilih untuk tersenyum kecil kemudian menutup pintu rumahnya.
“Barang bawaannya kek banyak banget, jun” ujar Haidar saat Juna masuk kedalam mobil milik Nandra.
“Engga juga, sedikit ini tuh” ucapnya dengan santai sembari memakai sabuk pengaman nya.
“Udah, siap?” Tanya Nandra dibalik kemudi dan para penumpang langsung berseru, “Siap!”
“Okay, let's go~” ujar sang pengemudi kemudian kendaraan beroda empat itu pun mulai berjalan.
09.21 AM
Suara musik yang sekarang terputar di radio adalah There's nothin' holding me back-shawn mendes dan lagu itu termasuk kedalam lagu favorit Haidar.
“Gedein volume nya, jen!” Ujarnya dengan semangat dan Rajen langsung mengikuti perintah Haidar.
I wanna follow where she goes, I think about her and she knows it~
Suara sang penyanyi yang mulai terdengar sedikit lebih keras membuat suasana mobil itu kini mulai berbeda.
Juna yang tadi sedang sibuk memandang jalan mulai tertarik dikala lagu itu sudah memasuki bagian reff. Haidar menepuk pahanya dikala beat lagu sudah mulai semangat.
Rajen tertawa kecil saat melihat tingkah Haidar yang semangat dan Nandra turut terkekeh sembari melihat Haidar dari kaca spion nya.
Juna mengangguk mengikuti irama dan tertawa kala melihat Haidar yang sudah menggoyangkan kepalanya dengan kuat.
“Ayo, dar!” Ujar Juna dengan semangat.
Haidar mengangkat satu tangan nya tangannya, “Bersama woy! Satu, dua, tiga!”
“Oh, I've been shaking I love it when you go crazy You take all my inhibitions Baby, there's nothing holdin' me back”
Mereka secara bersamaan langsung bernyanyi dengan semangat.
Tawa Juna mengalun dikala Haidar terus melanjutkan bernyanyi dengan semangat, ia sesekali bertepuk tangan untuk membuat suasana ramai, Rajen yang turut tertawa sesekali juga Nandra yang hanya diam-diam menikmati suasana menyenangkan itu.
“Mic lo ketinggalan, nih” ucap Rajen sembari memberikan sebuah botol minum kosong yang ia temukan dari bagian samping pintu. Haidar langsung menerima itu kemudian dengan semangat ia memegang botol itu seakan-akan yang dipegangnya ada sebuah mic.
“Sudahi galau kalian, lebih baik bernyanyi bersama ku!” Serunya.
“Ayo, juna!” Haidar menyerahkan bagian atas botol itu kearah bibir Juna.
“Astaga, haidar!” Pekik Juna karena ia sudah sangat lelah tertawa juga berteriak.
“Baby, there's nothing holdin' me back!“
“YEAH!”
10.31 AM
Mobil Nandra sekarang sudah berhenti bergerak dan Haidar juga sudah selesai bernyayi, pemuda itu kini tengah meminum sebotol air putih yang Juna bawa.
Tenggorokan Haidar benar-benar sakit karena selama di perjalanan, ia terus bernyanyi.
“Awas keselek” ujar Juna sambil menatap Haidar.
“Huaah, seger banget dah!” Seru nya saat sudah selesai minum, botol itu ia berikan kembali pada sang pemilik.
“Makasih, jun” Juna mengangguk sambil menaruh botol minum itu ke dalam tas nya.
“Yuk” ujar Rajen dan mereka berempat pun langsung berjalan memasuki sebuah hutan kota.
“Woah!” Seruan Juna membuat ketiga nya menoleh, tanpa sadar senyum tipis mereka langsung terbit dikala melihat mata Juna yang berbinar.
“Bagus, Jun?” Tanya Haidar dan Juna langsung mengangguk antusias.
“Ayo cari tempat duduk dulu” ujar Nandra.
Mereka berjalan menyusuri jalan yang sengaja dibuat agar memudahkan para pengunjung berjalan, suasana diantara mereka pun hening, sibuk menikmati suasana tenang yang hutan itu berikan.
“Eh, tuh kosong” ujar Haidar sembari menunjuk tempat duduk berbahan semen saling berhadapan yang pisah dengan sebuah meja yang juga dibuat menggunakan semen.
“Gue ada sandwich, pada mau?” Ketiga sahabatnya dengan serentak menoleh kearah Juna, mata mereka seakan menatapnya dengan pandangan terkejut juga bahagia.
“Gue udah laper daritadi, jun” ujar Nandra dan Haidar juga Rajen langsung mengangguk, menyetujui ucapan Nandra.
“Kenapa ga bilang daritadi” ujar Juna sembari mengambil sebuah kotak makan yang tadi pagi ia siapkan.
“Buat ganjel laper nih” dengan cepat mereka mengambil roti isi itu masing-masing satu, kemudian memakannya dengan lahap. Juna diam-diam tersenyum karena para sahabatnya menikmati makanan yang ia buat.
“Juna best boy. Jun, ai lop yu” ujar Haidar ketika roti isi nya telah habis, ia mengacungkan dua jempol nya kearah Juna dan hanya dibalas dengan cibiran kecil oleh Juna.
“Sandwich nya enak, jun” Ucap Nandra sembari mengacungkan satu jempolnya kearah Juna.
“Iya, Jun. Kalo dijual bakal laku keras sih” Rajen berucap sambil tersenyum juga mengacungkan satu jempolnya.
Juna menatap ketiga sahabatnya, “Halah, pas dikasih makan gini aja langsung muji” cibiran itu hanya membuat ketiganya tertawa.
Hey, tahukah mereka? Jika pujian mereka itu membuat Juna sedikit salah tingkah.
“Gue mau ke toilet dulu deh” Haidar beranjak dari duduknya.
“Eh sebelah toilet ada warung kecil kan? Bareng, dar”
Akhirnya, Rajen dan Haidar berjalan meninggalkan Juna dengan Nandra.
Juna membereskan bekas mereka makan tadi dan Nandra tengah sibuk dengan kamera yang ia bawa.
“Niat banget bawa kamera” ujar Juna yang kini juga turut memperhatikan kamera Nandra.
“Buat kenang-kenangan ini” ucapnya tanpa melihat kearah Juna.
Beberapa detik kemudian, kamera itu ia angkat untuk diposisikan di depan matanya. “Jun, coba berdiri di situ” Juna pun memilih untuk menurut.
Ia beranjak dari duduknya kemudian berjalan sedikit menjauh dari kursi itu, begitupula dengan Nandra.
“Gue poto ya, Jun” Juna mengangguk lalu menatap lensa kamera milik Nandra dengan memiringkan sedikit posisi berdirinya dan sebuah senyum kecil turut menghiasi wajahnya.
Cekrek
Foto percobaan pertama berhasil Nandra ambil, kamera itu sedikit dijauhkan dari wajahnya untuk melihat hasil foto tersebut.
Juna yang penasaran pun berjalan mendekat kearah Nandra, “Bagus” ujar Nandra dan Juna menyetujui hal itu.
“Mau lagi?” Ujarnya dan Juna hanya mengangguk. Mata Nandra langsung menatap sekitar untuk mencari spot foto yang bagus. Sedangkan Juna kini tengah berjalan kearah tas nya untuk mengambil kacamata nya.
“Jun, coba kesitu yuk” ujar Nandra dan Juna langsung berjalan mengikuti Nandra.
“Coba pose candid ala-ala gitu, Jun”
Juna langsung menatap bingung batang pohon yang telah di potong dan sengaja di letakkan disitu, ia dengan pelan memposisikan kepalanya di lipatan tangannya yang menumpu pada batang pohon tersebut. Matanya menatap kearah lain dan Nandra langsung memposisikan kameranya dalam jarak agak dekat.
Cekrek
Foto lainnya berhasil ia ambil, di lihatnya foto tersebut kemudian senyum Nandra langsung muncul dengan lebar. “Jadi model gue aja deh lo, Jun” Juna menatap Nandra dengan bingung.
“Emang kenapa?” Tanya Juna.
“Bagus semua hasil foto lo!” Juna tersenyum dikala mendengar itu.
“Kalo di gaji ampe jutaan, sabi sih” Juna tertawa dikala melihat wajah Nandra yang nampak kecewa.
“Gue mau ke ayunan itu” Juna menunjuk kearah ayunan yang berada tak jauh dari posisi mereka. “Boleh, sekalian gue fotoin sini”
“Kerjaan lo jadi sopir ama tukang foto ya, na?”
“Kerjaan sampingan itu mah”
“Pekerjaan utama lo apaan emang?”
“Jadi anak tunggal kaya raya”
“Sombong amat lo”
“Bukan sombong cuman lagi want to pamer doang”
“Sama aja ya anjrit”
16.50 PM
“PANTAI~” Teriakan Haidar membuat Juna yang ada disebelahnya langsung memukul bagian belakang kepala Haidar.
“Anjir!” Seru Haidar sembari mengusap bagian belakang kepalanya.
“Jahat banget lo ama gue, Jun”
“Bodo” Haidar mencibir Juna diam-diam kemudian berlari kearah pantai.
Keempat sahabat itu tengah sibuk masing-masing, Juna yang sedang memotret suasana pantai, Nandra yang tengah mencari spot foto, Rajen yang asik memegang pasir dan Haidar yang berlari-lari seperti anak kecil.
“Jen, udah kaya bocah aja gali-gali pasir gitu” ucap Juna saat ia berdiri di dekat Rajen.
Sang empu pun langsung menoleh kearah Juna yang sedang sibuk menatap hamparan laut, senyum kecil nya terbit lalu berdiri di samping Juna.
“Udah lama ga ke pantai gini” gumam Juna dan tentu saja di dengar oleh Rajen.
Juna menarik nafasnya dalam-dalam, memejamkan matanya untuk menikmati semuanya dengan tenang. Tanpa Juna sadari, dirinya sedari tadi di tatap oleh Rajen. Pemuda yang sedikit lebih tinggi dari Juna itu menatap Juna seolah pemuda manis itu adalah pemandangan yang lebih indah dibandingkan pantai yang ada di depannya.
Selalu cantik, ya.
“Puas, Jun?” Ujar Rajen tanpa sadar dan Juna yang mendengar hal itu langsung membuka matanya kembali kemudian menatap Rajen.
“Puas gimana, Jen?” Rajen mengerjapkan matanya, ia baru sadar Juna tengah menatapnya dan hal itu seketika membuat dirinya menjadi salah tingkah.
“Ah, itu— puas jalan-jalan hari ini?” Juna tau Rajen sedang gugup namun ia tidak tau apa yang membuat Rajen gugup.
“Puas banget!” Juna memilih untuk mengabaikan hal itu, ia berseru dengan riang dan jantung Rajen seketika memompa dengan cepat.
“Lo lucu banget sih?” Ujar Rajen dengan suara pelan dan seketika pipi Juna memerah. Jantung kedua pemuda itu kini tengah berpacu dengan cepat, mata keduanya saling menatap dengan dalam.
Entah apa yang merasuki diri Rajen, dirinya dengan perlahan sedikit mendekatkan wajahnya kearah wajah Juna. Pelan-pelan tapi pasti. Iya, pasti membuat Juna tidak berkutik.
Hembusan angin membuat rambut Juna dan Rajen sedikit bergerak, mata Juna yang tertutup oleh rambut membuat tangan Rajen bergerak menyingkirkan rambut halus itu. Mata nya terus menatap jelaga indah milik Juna dan sesekali mata itu menatap kearah bibir juna yang terlihat sangat manis.
“Jun” ujar Rajen dengan suara rendahnya, kini posisi wajah mereka yang sangat dekat membuat Juna dapat merasakan hembusan nafas Rajen.
Astaga, apa yang akan laki-laki ini lakukan.
“Gue—”
“Juna! Rajen!”
Ucapan Rajen terputus karena suara teriakan Haidar, dengan cepat Juna mendorong dada Rajen agar mereka sedikit menjauh.
“Apa, dar?!” Seru Juna sambil mencoba menetralkan nafas juga detak jantungnya.
“Sini, kita foto!” Juna mengangguk kemudian pandangannya beralih kearah Rajen, dengan gugup ia mencoba berucap sesuatu.
“Ayo kesana, jen. Udah ditungguin” Rajen mengangguk pelan kemudian berjalan mengikuti Juna.
Apa yang akan ia lakukan tadi? batin Rajen kemudian menggelengkan kepalanya pelan.
Rajen gila.
18.19 PM
“Makasih banyak buat hari ini, guys” ujar Juna saat mereka semua sudah di dalam mobil dan menuju arah pulang.
“Gausah makasih gitu dong, kan kita seneng-seneng bareng hari ini” ucap Haidar sembari memakan keripik kentang yang ia beli sebelum pulang.
“Ya, tetep aja” ucap Juna dengan pelan.
Kemudian hening, mobil itu hanya dihiasi dengan suara musik dari radio mobil Nandra dan suara Haidar yang tengah mengunyah keripik kentang.
“Lo bahagia, Jun?” Tanya Nandra tiba-tiba dan Juna yang mendengar itu langsung mengangguk semangat.
“Bahagia banget!”
Diam-diam senyum tipis Nandra dan Rajen muncul.
“Pas lulus nanti, kita harus ada acara gini lagi ga sih? Lumayan bikin stres ilang soalnya” ujar Haidar setelah acara ngemilnya selesai.
“Boleh, tapi lo bikin sim dulu. Gue gamau jadi sopir pulang pergi lagi ya” jawab Nandra.
“Gampang itu mah, si Rajen bentar lagi bikin sim. Iya kan, Jen?” Rajen yang disebut namanya langsung menoleh kearah belakang.
“Kenapa bawa-bawa gue?” Ujar nya dan dibalas Haidar dengan sebuah senyuman lebar.
“Hehehe, males ah”
“Yeu, mau enaknya aja lo” ujar Nandra dan Haidar langsung terkekeh.
“Jun, bengong aja lo” Juna yang tengah menatap jendela langsung tersentak.
“Kenapa sih, Jun?” Juna menoleh kearah Haidar kemudian menggeleng pelan.
“Cielah, mending lo motoin gue deh”
“Aneh lo, poto kok di mobil sempit gini” walaupun ucapannya sekaan menolak tetapi Juna tetap melakukan apa yang Haidar mau.
“Nih, udah” ucap Juna sembari mengembalikan handphone milik Haidar.
“Kok blur, jun?” Ujar Haikal.
“Banyak mau ah lo”
Haidar tertawa kecil saat mendengar Juna yang sedang mendengus kesal, kedua pemuda itu pun memilih untuk sibuk dengan ponselnya.
“Eh, jun. Lo ta— lah? Bocahnya tidur?” Haidar melihat Juna yang kini tertidur dengan ponsel yang masih menyala. Senyum nya muncul seketika, kemudian dengan pelan ia memindahkan kepala Juna kearah bahu nya setelah itu mengambil ponsel Juna untuk dimatikan.
Namun sebelum mematikan ponsel itu ada sesuatu yang menarik di matanya.
“Juna tidur, dar?” Tanya Nandra dan Haidar langsung mengalihkan pandangannya kearah Nandra.
“Iya, kecapek-an kayanya. Tadi di pantai sibuk jalan kesana-sini buat nyari kerang” ujar Haidar kemudian mematikan ponsel Juna dan menaruhnya di dalam tas milik sahabatnya itu.
“Emang anak tk dia, ya”
“Bayi sih yang cocok”
•
Hari ini berjalan dengan baik dan Juna sangat bersyukur karena itu.
Isn't God very good for always giving a reason to smile even on a hard day?