Rasa aneh.
Jendral menatap dirinya di spion motornya untuk melihat penampilannya sembari menunggu Raka.
Perfect.
Senyum tipis nya terpatri kemudian helaan nafas keluar untuk mengendalikan rasa gugupnya. Jika kalian melihat Jendral secara langsung, rasanya kalian akan menahan tawa karena melihat tingkah gugup pemuda itu.
“Jen!” Suara itu membuat Jendral menegakkan tubuhnya, matanya berfokus kearah pemuda mungil yang tengah menutup pintu pagar rumah.
“Pagi, udah sarapan?” Jendral meneguk ludahnya dengan susah payah kemudian mengangguk untuk membalas pertanyaan Raka.
“U—udah. Kalo lo?” Raka tersenyum tipis lalu mengangguk.
“Gue juga udah. Jadi... kita berangkat?”
“Ah, iya. Naik aja, Rak”
Raka pun menaiki motor tersebut sambil memegang bahu Jendral, setelah di rasa nyaman dengan duduknya, Raka langsung menepuk bahu jendral.
“Let's go, Jen!“
“Pegangan, rak”
“Oke!”
Ya Tuhan, Raka hari ini lucu banget. Ga kuat gue.
Motor Jendral sudah terparkir dengan rapih di parkiran sekolah, setelah menata rambutnya sebentar Jendral langsung menoleh kearah Raka yang terlihat tengah mencari sesuatu... atau mungkin seseorang?
“Rak?”
“Eh? Udah selesai?” Jendral mengangguk.
“Yaudah, yuk ke kelas”
Raka dan Jendral kini sedang berjalan di lorong kelas 10, banyak mata yang melihat mereka berdua. Terkadang, Raka sedikit mendengar bisikan orang-orang. Sungguh, rasanya agak asing karena di sekolah lamanya ia tidak pernah ada di posisi ini.
“Eh, itu yang disebelah kak Jendral siapa?“
“Anak baru deh, gue baru liat soalnya“
“Cakep ya“
“Cakep sih, tapi kaya ga cocok aja ama kak Jendral“
Itulah beberapa kalimat yang sempat Raka dengar, ia langsung tersadar seberapa populernya teman baru nya itu. Jika tahu begini, harusnya ia pergi terlebih dahulu.
Jendral melirik kearah Raka yang tengah menunduk itu, kemudian matanya menoleh untuk melihat sekitarnya.
“Raka”
Pemuda manis itu sedikit mengangkat kepalanya untuk menatap Jendral.
“Hm?”
“Tadi lo liat ganci gue yang di tas?” Raka terdiam sejenak kemudian mengangguk.
“Iya, gue liat tadi. Ganci serigala nya mana? Kok berubah jadi kucing?” Pertanyaan polos dari Raka membuat Jendral terkekeh dan bebarapa detik kemudian jeritan tertahan pun mulai terdengar.
“Woy, kak jendral ketawa anjir!“
“Ih, gila. GANTENG BANGET“
“Tu anak baru ngomong apa ya sampe bisa bikin jendral ketawa gitu?“
“ARGH, MEREKA LUCU BANGET“
Keadaan sedikit rusuh dan Raka pun merasa sedikit terkejut akan hal itu.
“Ada di rumah, ga gue bawa” ujar Jendral.
“Hng? Kenapa? Padahal bagus loh, cocok di tas lo”
“Oh ya? Tapi gue pikir, lebih bagus gue simpen deh” Raka mengernyit, tak paham dengan maksud Jendral.
“Disimpen...?”
“Iya, soalnya tu ganci kayanya bakal jadi barang paling berharga buat gue” Raka makin tidak paham akan maksud Jendral.
“Maksud nya gimana?” Lagi, Raka mencoba mencari penjelasan dari Jendral.
Pemuda bersurai coklat itu lebih memilih tersenyum tipis, “Rak, ganci itu yang buat kita berdua bertemu dan gue mau simpen dengan baik, biar gue inget terus awal pertemuan kita tuh kaya gimana” ujarnya dengan santai.
Raka terdiam, ia sedang memproses maksud dari kalimat yang Jendral utarakan tadi.
“Jadi... lo mau buat ganci itu jadi barang kenangan?” Jendral mengangguk.
“Siapa tau kan, di suatu saat nanti gue bisa nunjukkin ganci itu ke lo sambil ngasih sesuatu yang luar biasa”
Ini maksudnya apa nih, otak gue ga nyampe anjir.
“Gue ga paham” ucap Raka.
Jendral terkekeh sambil mengusak rambut Raka dengan pelan, “udah nyampe di kelas lo nih, gue duluan ya” Raka mengerjapkan matanya lalu menoleh ke arah belakangnya dan betul saja, mereka sudah berada di depan kelasnya.
“Ga berasa ya...” gumam Raka.
“Semangat belajarnya, nanti kita ketemu lagi pas istirahat. Dah, Raka!” Seruan itu membuat Raka tersentak, tangannya tanpa sadar bergerak melambai kearah Jendral yang tengah berjalan menuju kelasnya.
“Semangat juga, jen...” ujar Raka dengan pelan.
Pertama kali gue di giniin, kok rasanya agak geli ya?
AH ELAH, GUE MALU!
It’s like there is a spark in my heart.