Pertemuan.
Denan tersenyum tipis saat netra nya menemukan sang Papa yang melambaikan tangan kearahnya. Meski perasaan gugup melanda, kaki nya ia paksa untuk melangkah mendekat menuju meja pertemuannya dengan calon adik tirinya itu.
“Halo, Papa dan tante” Sapa Denan sembari duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan sosok perempuan yang belum ia kenal.
“Halo juga, Denan. Pakaian kamu malam ini keren banget” Pujian dari wanita yang ada di hadapan Papanya itu membuat senyum Denan kembali muncul.
“Tante juga keliatan cantik” Puji balik Denan dan membuat tawa terdengar dari mereka semua.
“Sembari nunggu makanan kita dateng, kayanya ada yang perlu kenalan ya?” Denan seketika mengepalkan tangannya yang ada di atas pahanya itu.
“Ah, iya. Denan, perkenalkan ini anak tante satu-satunya—”
“Salam kenal, kak Denan. Namaku Carla Kalistin Zahrain” Perempuan yang ada di hadapannya itu pun mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Denan.
Denan terdiam sejenak, kemudian senyumnya pun muncul dan membalas jabatan Carla.
“Salam kenal juga, Carla. Aku Denan Askala”
Carla tersenyum kecil lalu mengangguk dan jabatan tangan mereka pun terlepas.
Melihat perkenalan mereka yang berjalan dengan baik, membuat senyuman dari para orangtua di meja itu pun terbit.
“Nah, pas sekali makanan sudah datang. Yuk, kita mulai makan” Ucapan dari Papa Denan pun di setujui oleh mereka yang ada di meja itu.
Acara makan malam mereka berjalan dengan baik, obrolan mengalir dengan santai, sesekali Papa Denan atau Carla melemparkan candaan yang membuat mereka tertawa.
Jujur saja Denan merasa hangat di dalam dirinya. Sudah lama ia tidak merasakan makan malam seperti ini.
Dua puluh menit berlalu, makanan mereka pun tandas. Kini mereka tengah menunggu hidangan penutup disajikan.
“Om, beneran bakal nikah sama mamah dua minggu lagi?” ucapan Carla membuat Denan duduk mematung.
Pria dengan balutan jas khas kantoran itu sontak terbatuk, kemudian ia berdehem singkat sembari melirik kondisi anaknya.
Wanita yang lebih tua di meja itu pun langsung paham dengan kondisi, ia langsung menepuk bahu anaknya dengan lembut.
“Bukan dua minggu lagi, sayang. Tapi.... bulan depan” Ucapan Tante Ayunika itu membuat Denan lagi-lagi terkejut.
Oalah, beneran di percepat. batin Denan.
“Son”
Denan menatap sang Papa sebentar lalu mengangguk, “Pake konsep apa nanti, Pa?”
Pertanyaan dari Denan membuat bibir Papanya terkatup rapat.
“Kak Denan belum tau? Kata mamah nanti mereka mau pake konsep classic”
“Oh, begitu? Papa gaada cerita tentang apa-apa sih soal acara nanti”
Entah ini jahat atau tidak, tapi Denan ingin sesekali bersikap seperti ini di hadapan sang Papa.
“Mungkin buat surprise, Kak” Denan mengangguk saja saat mendengar hal itu.
Hingga tak lama handphone nya yang ada di atas meja pun bergetar, menandakan ada seseorang yang menelponnya.
“Kak, pacarnya nelpon tuh. Kok ga di angkat?” Ucapan Carla membuat Denan melihat siapa penelpon tersebut lalu tersenyum kecil.
“Iya nih, kayanya lagi bingung kenapa chat nya ga dibales”
“Kamu punya pacar, son?”
Denan mengangguk, “Papa pernah ketemu dia juga”
Papa nya mengernyit, “Papa cuman inget pernah ketemu Hazlen sama Marcello aja”
“Yang suka jemput Denan tiap pagi, Pa”
“Wah, pacar kak Denan romantis banget. Sampe jemput tiap pagi gitu, pasti pulangnya juga suka dianterin ya?” Denan terkekeh pelan sembari mengangguk.
“Mirip banget sama mantanku, kak. Dia tuh seneng banget anter jemput aku ke sekolah, padahal rumah dia sama rumahku jauh” Denan mengangkat satu alisnya saat mendengar ucapan Carla.
“Mantan? Udah putus dong?”
Carla mengangguk sembari meminum jusnya, “Aku yang mutusin dia”
“Kenapa?”
Carla mengangkat bahu nya, “Aku juga bingung, kenapa waktu itu aku mutusin dia. Tapi kalo aku ketemu dia lagi, aku bakal bikin kita balikan hehe”
“Wow, asik banget bahas pacarnya. Kalian gamau makan eskrim yang ada di depan kalian?” Ucapan Tante Ayunika membuat kedua anak muda itu berhenti mengobrol lalu mulai menyuapkan es krim ke dalam mulut mereka.
“Udah berapa lama, kak?”
Tanya Carla di sela makannya.
“Hm?”
“Kakak pacaran udah berapa lama?”
“Udah mau sebulan sih”
“Lucunya, masih baru. Nanti kapan-kapan ajak aku ketemu sama pacar kakak dong!”
“Hahaha, iya nanti aku ajak kalian ketemu”
“Bener ya, Kak?”
“Iya, tapi awas ya. Jangan sampe naksir sama pacarku”
“Siap, laksanakan!”