Menggemaskan.

Juna berjalan santai menuju tempat yang akan menjadi titik pertemuannya dengan Rajen.

Angin malam mulai terasa karena sudah pukul 7 malam, banyak kendaraan yang masih berlalu lalang jadi Juna tidak merasa terlalu sepi.

“Juna!” Yang di panggil langsung menoleh lalu tersenyum tipis, kaki nya pun bergerak sedikit lebih cepat untuk menghampiri yang memanggil.

“Mau langsung?” Tanya Juna saat sudah berada di hadapan Rajen.

“Iya, biar ga kemaleman” Juna mengangguk.

“Nih” Rajen menyerahkan helm kepada Juna dan tentu di terima dengan baik oleh sang empu.

Setelah memastikan Juna aman di belakangnya, Rajen pun mulai menjalankan motornya menuju Gramedia.


“Lo milih buku atau milih baju, jen? Lama banget perasaan” Ujar Juna ketika mereka berdua telah keluar dari Gramedia.

Rajen terkekeh mendengar ucapan sinis Juna, bukannya merasa kesal ia malah merasa Juna sangat menggemaskan.

Juna yang sedang marah itu sangat menggemaskan, oke? Percaya dengan Rajen.

“Mulut kamu ga capek apa ngoceh terus?” Rajen berujar seperti karena saat ia memilih buku tadi, Juna selalu mengikuti nya seperti anak ayam yang mengikuti induknya. Apalagi mulutnya itu beberapa kali melontarkan pertanyaan seperti, “Buku nya udah ketemu belum?” atau “masih lama ga, jen? Gue capek jalan nih” dan jika Rajen tak salah, Juna sempat merengek dengan suara yang kecil.

“Rajen kenapa lama banget sih? Gue capek jalan, jen~”

Kira-kira itulah kalimat yang berhasil Rajen dengar, sangat menggemaskan bukan? Rasanya Rajen ingin memasukkan Juna ke dalam sakunya.

“Engga!” Jawab Juna dengan nada kesal dan lagi-lagi Rajen terkekeh.

“Mau beli makan? Mumpung masih jam setengah delapan nih” Juna dengan cepat menoleh kearah Rajen dengan mata yang terlihat sangat berbinar.

“Ayo! Beli ramen aja yuk, jen? Gue udah lama ga makan ramen deh” Senyum tipis pun terbit di bibir Rajen saat mendengar nada ceria dari suara Juna.

“Dasar bocah” gumam Rajen, jika ia pikir kalimat nya itu tidak di dengar oleh Juna maka pikirannya itu salah total.

Rupanya, Juna mendengar gumaman Rajen dan langsung saja ia menatap Rajen dengan garang.

“Ngomong apa tadi barusan?” Rajen menjadi tergagap seketika saat melihat Juna yang tengah bersiap untuk memukulnya.

“Bocah, jen?” Rajen meneguk ludahnya dengan susah payah. Aura ceria yang Juna pancarkan tadi sudah berubah menjadi aura yang menyeramkan.

“I-itu... a-aku duluan ya, jun!” Rajen melesat dengan cepat dan Juna langsung menatap Rajen yang tengah berlari dengan pandangan tidak percaya.

“Ni samoyed satu nyebelin parah” gumam Juna kemudian berlari untuk mengejar Rajen.

* Untuk momen kali ini, terlihat sangat menggemaskan ya?


Kini kedua nya telah berada di restoran ramen favorit Juna, mereka berdua duduk berhadapan dengan meja yang ada di tengahnya.

“Jun, sakit~” Juna mendengus kala mendengar rengekan dari Rajen, padahal ia hanya memukul lengan Rajen dengan pukulan yang sedikit keras.

“Lebay”

“Beneran sakit, Jun~” Juna menghela nafasnya, walaupun sedikit menyebalkan tapi Juna sedikit merasa lucu karena tingkah Rajen yang seperti anak kecil ini.

Rajen menyembunyikan wajahnya di lipatan tangannya yang ada diatas meja, melihat tingkah Rajen yang semakin menjadi-jadi dengan tidak sadar senyum kecil Juna pun terbit.

Tangan kanan Juna terulur untuk mengusap lembut lengan Rajen yang baru saja ia pukul itu. Sedangkan yang di perlakukan seperti itu sedikit merasa terkejut.

“Jangan rewel, jen. Ramen nya udah mau dateng” Ujar Juna lalu menghentikan usapannya itu, Rajen langsung menegakkan kembali duduknya kemudian menatap Juna. Hingga anggukkan yang sedikit kaku menjadi respon dari Rajen.

“Silahkan~” seorang pelayan pun datang dengan membawa pesanan yang mereka pesan.

“Makasih” ujar Rajen dan Juna dengan berbarengan.

Mereka berdua pun mulai memakan ramen yang mereka pesan itu.

“Enak?” Tanya Juna disela makannya.

Rajen mengangguk tanpa menatap Juna karena ia sibuk memakan ramen nya, entah untuk ke berapa kali senyum kecil Juna terbit karena melihat tingkah Rajen.

“Pelan-pelan makan nya, gabakal ada yang ngambil kok” ucapan Juna membuat Rajen menatap kearahnya.

Karena merasa di tatap, Juna pun menghentikan gerakannya yang akan menyuap ramen nya. Mereka berdua pun bertatapan, Juna yang memandang Rajen dengan pandangan bingung sedangkan Rajen menatap polos Juna sambil mengunyah makanan yang ada di dalam mulutnya.

“Apa?” Tanya Juna saat Rajen sudah menelan makanannya.

“Mirip bunda”

“Hah?” Rajen dengan tiba-tiba menampilkan senyum nya hingga matanya menjadi menyipit, Juna masih mengernyit bingung karena tingkah aneh Rajen.

“Abisin, jun. Keburu malem nantinya” merasa tidak akan mendapatkan penjelasan apapun, Juna pun menghela nafas kemudian melanjutkan makan nya yang sempat tertunda.

Rajen tersenyum tipis melihat Juna yang sedang memakan ramen, cara makan Juna terlihat sangat lembut dan tidak terburu-buru. Juga ketika mengunyah mie ramen itu, pipi nya menjadi bulat dan itu terlihat sangat teramat menggemaskan.

Rasanya Rajen ingin mencubit pipi bulat itu, kenapa bisa pemuda di hadapannya ini sangat terlihat menggemaskan? Tolong beritahu Rajen jawabannya.

“Kok bengong?” Ujar Juna sambil mengunyah sisa makanan nya.

Rajen mengedipkan kedua matanya sebentar lalu memusatkan kembali atensinya pada Juna.

“Hm?”

“Kenapa sih, jen? Lo aneh ba—” ucapan Juna terhenti.

Juna menatap tidak percaya dengan apa yang sedang Rajen lakukan. Rajen saat ini tengah membersihkan area sekitar bibir Juna yang terkena kuah ramen dengan tisu, mata Rajen terlihat serius membersihkan noda itu.

Sedangkan Juna kini tengah menatap kosong Rajen, jantungnya kini tengah memompa dengan cepat dan dapat Juna rasakan jika kedua pipi nya sedikit terasa panas.

Apa-apaan ini?!

“Belepotan banget kalo makan, kaya bebek” Kesadaran Juna pun kembali saat mendengar ucapan Rajen.

“A-apaan sih?! Aku bukan bebek!” Ujar Juna dengan gugup karena mencoba menutupi salah tingkahnya di depan Rajen.

“Kata ayah aku, kalo makannya belepotan itu kaya bebek” Jawab Rajen.

“Ih, diem!” Rajen tertawa saat melihat tingkah Juna.

“Jangan ketawa, Rajen! Nyebelin banget sih?!”

“Oke-oke, aku berhenti ketawa”

“Nyebelin” gumam Juna.

“Iya, sama-sama”

“Rajen!”

“Hahaha, maaf‐maaf~”

“Lain kali jangan kaya gitu lagi, kan bisa bilang ke aku kalo belepotan” ujar Juna dengan suara yang kecil, tanpa ia sadari tingkah asli nya keluar di depan Rajen.

“Maaf, juna~ reflek tadi”

Juna mendengus kesal, melihat hal itu Rajen pun langsung berpikir apa yang akan membuat Juna tidak kesal padanya.

“Jangan marah, nanti aku beliin eskrim deh di indomar deket rumah kamu”

“Boong?” Tanya Juna, Rajen tersenyum sambil menggeleng. Di dalam hati Rajen, ia berseru senang karena Juna masuk ke dalam rayuan nya.

“Engga” Juna menatap Rajen sejenak lalu melanjutkan makannya, tapi sebelum itu ia mengucapkan sesuatu yang membuat Rajen rasanya ingin menculik Juna karena gemas.

“Aku mau dua eskrim”

So ... everything will start from here?