Mall.
“Alen, mampir ke toko sebelah ya?“
Galendra yang sedang sibuk dengan ponselnya langsung menoleh kearah Reggie yang sudah berdiri di depannya sambil membawa belanjaan yang baru saja ia beli.
“Lo belum puas belanja disini?” tanya Alen sembari mengambil alih barang belanjaan milik Reggie.
Reggie tersenyum manis kearah Galen lalu menggeleng pelan. Sang dominan pun menghela nafasnya sebentar.
“Yaudah, ayo. Jangan lama-lama tapi“
Binar mata Reggie seketika muncul, “Okay! Let's go~” pemuda manis itu pun berjalan dengan semangat menuju toko buku.
Melihat Reggie yang nampak antusias tanpa sadar membuat Galendra tersenyum tipis.
Kini mereka berdua sudah ada di toko buku, tepatnya ada di bagian rak buku khusus dengan genre fantasi.
“Gue kira lo mau beli buku dongeng anak-anak“
Reggie menoleh kearah Galen lalu mengernyit, “Kenapa bisa ngira gitu?“
Galen menaikkan kedua bahunya, “Yah, lo kan bayi” Seketika Reggie langsung menatap kesal pemuda tinggi itu.
“Aku seumuran sama kamu tau!“
“Iya, iya. Jangan marah-marah mulu dong” Reggie mendengus lalu melanjutkan memilih buku.
“Lo suka buku fantasi?“
“Hu'um!” ujar Reggie tanpa menoleh kearah Galendra.
“Kenapa?“
Reggie menghentikan pergerakan nya dalam memilih buku, ia menoleh kearah Galendra. Menatapnya sebentar lalu tersenyum.
“Kamu orang pertama yang nanya kaya gitu” Galendra mengangkat sebelah alisnya, tanda ia bingung.
“Oke, jadi aku suka buku fantasi itu karena isi ceritanya luar biasa!” seru Reggie dengan antusias. Galendra hanya diam, menatap Reggie yang nampak sangat semangat.
“Apalagi kalo tentang peri“
“Lo suka peri?“
“Iya! Peri itu kan cantik, indah dan bisa terbang!“
“Iya ya? Sama kaya lo berarti, kecuali poin terbang nya“
Reggie terdiam, “Maksud kamu...?“
Galendra sedikit menunduk untuk mendekatkan wajahnya kearah Reggie, matanya menatap intens pemuda manis itu. Reggie hanya diam, sedikit bingung karena kelakuan Galendra yang tiba-tiba ini.
Setelah selesai menatap wajah Reggie, Galen kembali menegakkan tubuhnya. Reggie pun langsung bernafas lega.
“Iya, bener. Lo kaya peri. Cantik dan indah” setelah berucap seperti itu Galendra tersenyum tipis.
“Gue ke rak depan ya. By the way, kenapa pipi lo jadi merah gitu?” Ucapnya tanpa rasa bersalah lalu berjalan cepat menuju rak depan, meninggalkan Reggie yang tengah merasa kacau karena Galendra.
“Alen ngeselin!!“
“Ahahaha, sorry bayi!“
Re, lo beneran kaya peri. Peri yang Tuhan utus untuk gue.