Kita
Raka menghela nafasnya, kedua matanya ia bawa untuk menatap mata elang milik pria bersurai blonde yang ada di haddapannya saat ini. Suasana diantara keduanya sangat jauh dari kata cair. “Maunya gimana?” ujar Raka setelah keheningan yang mereka buat tadi.
“Udah gue bilang kan?” Yang ditanya malah memberikan pertanyaan padanya, bukannya jawaban.
Keningnya mengerut, bibirnya sedikit terbuka dan matanya pun menyiratkan rasa tak percaya atas pertanyaan yang baru saja di lontarkan padanya. “Jer???”
“Gue cuman mau ban-”
“Tapi gue ga butuh bantuan lo- I mean kita ga butuh bantuan lo”
Kalimat itu terucap dengan mulus dari bibir Jero, saat ia mengucapkan kalimat tersebut pun nampak biasa saja. Namun, rasanya ada sesuatu yang membuat dada Raka merasakan sesak. Seperti.... apa yang ia lakukan beberapa saat lalu pada orang yang ada di hadapannya itu adalah hal salah. Hal yang seharusnya tidak ia lakukan.
“Gue temen lo, Jer....” Gumaman yang terdengar sangat lirih tidak membuat Jero merasa bersalah.
“Ya, gue tau. Lo itu temen gue dan tandanya lo masih punya batasan untuk ikut campur segala masalah gue dan Jendral” Raka mengatupkan bibirnya, kepalanya ia tundukan sejenak hingga Jero memilih untuk berdiri dari duduknya.
Mata Raka pun secara reflek memperhatikan segala yang Jero lakukan, “Gue pamit. Gue harap di masa yang akan datang nanti, lo ga ngelewatin batas lagi” Ucap Jero dengan tegas dan Raka masih diam, matanya hanya melihat apa yang Jero lakukan dalam diam.
Sampai ketika Jero ingin membuka pagar rumah Raka, si manis berujar dengan nada datar.
“Lewatin batas ya.... Hahahaa, padahal kalian berdua yang duluan ngelewatin batas dalam hubungan pertemanan kita”
Jero terdiam, gerakkannya pun seketika terhenti.
“Jer, gue bingung deh” Suara Raka seakan mengawang dan entah mengapa membuat Jero terdiam, kehilangan banyak kata, juga rasa kesalnya seakan menguap.
“Hubungan kita bertiga itu apa? Kita cuman temen atau lebih?”
Pertanyaan yang mudah saja untuk dijawab oleh dirinya, tapi entah mengapa lidahnya terasa kelu. Ia merasa... jika ia bersuara, hanya akan menambah suasana semakin runyam.
Keterdiaman Jero membuat Raka terkekeh lalu ia pun bangkit dari duduknya, kedua tangannya ia masukan kedalam saku celana pendeknya, juga matanya menatap punggung Jero tanpa menyiratkan ekspresi.
“Maaf karena gue yang kelewat batas tadi, gue janji ga akan kaya gitu lagi. Juga buat pertanyaan gue tadi, lo gausah jawab. Gue udah dapet jawabannya” Jantung Jero seketika berdetak dengan cepat.
Rak, engga bukan itu-
“Karena kita cuman temen, ga lebih dari itu kan? Yaudah, hati-hati di jalan bro”. Tolong tutup pagernya kaya biasa ya, gue masuk duluan”
Belum, Jero belum memperjelas kalimatnya. Namun, terlambat. Raka sudah menarik kesimpulan dan sekarang ia sudah masuk ke dalam rumahnya.
Dasar, Jero bodoh. Lain kali berpikirlah sebelum berucap.
Bego, lo malah bikin dia makin jauh.
Wkwkwk, lawak lah anjing.