Kesan.
“Beli kado nya udah, sekarang ayo pulang” Ucap Juna.
“Betah amat di rumah sih, jun” gumam Rajen dan masih di dengar oleh Juna. Pemuda manis itu tentu saja tidak terima di bilang begitu, langsung saja ia menghadiahkan Rajen pukulan di bahu kanan.
“AWW!” Juna tertawa saat melihat wajah Rajen yang sedang kesakitan karena pukulannya tadi.
“Lemah lo, jen!”
“Enak aja!”
Keduanya pun tertawa, hingga tak terasa sudah sampai di parkiran khusus motor.
“Ke perpustakaan kota aja deh, yuk?” Tawar Rajen dan Juna pun langsung menatapnya dengan bingung.
“Ngapain?”
“Ya, baca buku atau mau minjem buku. Terserah” Juna menimbang sebentar lalu mengangguk.
“Boleh deh” Rajen diam-diam tersenyum tipis.
“Woah, ada event apa ini?!” Seru Juna saat melihat bagian loby perpustakaan kota ramai dengan orang-orang.
“Kayanya lagi promosiin club gitu deh” jawab Rajen dan Juna pun mengangguk.
“Hey, guys! Welcome!” Seruan dari pria berkulit putih membuat keduanya sedikit tersentak.
“Oh? Hai!” Juna membalas sapaan itu dengan senyum manis nya. Senyum yang membuat dua orang dominan sekitarnya merasa gugup seketika.
“Want to join our club?” Tanya pria yang menyapa tadi, Rajen dan Juna saling bertatapan lalu keduanya menatap pria berkulit putih tersebut.
Juna tersenyum kecil lalu menggeleng dan pria berkulit putih tersebut pun langsung mengangguk paham.
“Sorry, but can i take some picture with the property?” Pria berkulit putih itu pun langsung mengangguk, tanpa sadar Juna pun memekik kecil.
Rajen yang sedari tadi diam, memperhatikan gerak-gerik sahabat manis nya itu. Entah hanya perasaan nya saja, atau Juna memang makin bertambah manis?
“Jen, fotoin!” Rajen mengangguk sambil tersenyum, ia mengambil handphone nya lalu memotret Juna yang sedang memegang spanduk kecil sambil tersenyum.
Poto sudah Rajen potret dan Juna langsung mendekat kearah Rajen untuk melihat poto tersebut. Karena terlalu menempel, Rajen bisa mencium aroma parfum juga wangi rambut Juna.
Aroma yang manis dan candu. Itulah kalimat yang bisa Rajen katakan. Bahkan, aroma kekasihnya itu kalah manis dengan Juna. Tanpa sadar, jantung Rajen berpacu dengan cepat.
“Jen! Liat!” Juna sekarang sedang menunjukkan wajahnya yang muncul dari bolongan krucut, Rajen tertawa lalu mengarahkan kamera belakang hp nya kearah wajah Juna.
Poto kedua Juna pun ia potret.
“Udah yuk, kita kan mau nyari buku” ucap Rajen dan Juna pun mengangguk.
•••
“Udah nemu?” Ucap Juna saat menghampiri Rajen yang tengah berdiri di depan rak sembari melihat keluar jendela.
“Jen?” Rajen sedikit tersentak lalu menatap Juna.
“Kenapa?” Rajen diam sejenak.
“Lagi sunset, potoin dong jun” Juna hampir saja tersedak ludah nya sendiri saat mendengar ucapan Rajen.
“Yang bener aja??”
“Potoin, jun~” Juna menghela nafas lalu mengangguk.
Rajen langsung tersenyum lebar lalu mulai berpose di dekat cahaya matahari yang masuk melalui jendela, pose yang Rajen lakukan memang sedikit aneh namun Juna tidak akan berbohong jika Rajen kini kadar ketampanannya bertambah.
Poto pun berhasil Juna potret.
“Udah, jen” ucap Juna dan Rajen mengangguk.
“Lagi” ucap Rajen.
Rajen mulai berpose, ia menatap Juna lalu tangan nya mengisyaratkan agar Juna memotret nya dari dekat. Juna berjalan mendekati Rajen, saat sudah berada di dekat sahabatnya itu Rajen langsung menarik Juna sedikit hingga keduanya hanya berjarak beberapa centi.
Pergelangan tangan Juna, Rajen genggam.
“Ayo poto, jun” Juna mengerjap lalu mengangguk, degup jantung nya kembali menggila.
Poto kedua pun berhasil Juna potret, Juna menghembuskan nafas lega saat melihat hasilnya bagus. Padahal tadi ia sangat takut jika hasilnya akan sedikit terguncang karena tangan nya yang tiba-tiba sedikit bergetar dan berkeringat.
“Nice shoot!” Ucap Rajen saat melihat potonya.
“Sekarang, pulang?” Tanya Juna dan Rajen pun langsung terkekeh. Tangan yang lebih besar dari juna itu, mengusak surai Juna dengan gemas.
“Iya, ayo pulang” ucap Rajen sambil menatap Juna dan jangan lupakan senyum khasnya yang terpatri di bibirnya.
Tuhan, sahabat Juna kenapa aura gantengnya dominan banget.
Juna manis banget, gila.