Kenalan.
Raka kini sedang berjalan menuju arah kantin dengan perasaan yang kacau. Jantungnya bertalu dengan kencang, nafasnya terasa sedikit tersendat, bibirnya terus merapalkan doa untuk menenangkan dirinya, juga jangan lupakan tangan Raka yang terus mengibas dengan pelan di samping tubuhnya.
Tenang, Rak. Lo cuman mau ketemu temennya Gema bukan malaikat pencabut nyawa. Lo pasti bisa, lo itu anaknya pak sunandar. Lo berani!
Begitulah isi batin dari seorang Raka Dewa Sunandar saat ini. Hingga tak terasa tinggal lima langkah lagi untuk memasuki wilayah kantin sekolah. Raka mengedarkan pandangan matanya hingga ia pun melihat sesosok Gema yang tengah melambaikan tangannya.
Ayo, Rak. Lo cuman kenalan abis itu makan cimol terus balik ke kelas, gitu doang kok!
Raka mengangguk kepalanya dengan pelan lalu berjalan menuju meja tempat Gema dan para temannya duduk.
“Halo, bro. Udah selesai ad—”
“Lo bisa ga jangan bikin gue malu?” Gema tertawa saat mendengar respon dari Raka, ia mengangguk pelan lalu mempersilahkan Raka duduk di sebelah seorang pemuda yang sedari menatapnya dengan penasaran.
Kalo boleh jujur ya, Raka tuh tau lagi di liatin sama tu orang jadinya agak ngerasa risih sama salting dikit sih.
Cakep sih orangnya.
“Nah, guys. Ini dia, Raka yang gue bilang tadi” Semua mata di meja itu kini menatap Raka.
Aduh, gue berasa seleb jadinya. batin Raka sambil menampilkan senyum ramah di wajahnya.
“Oh, lo raka? Hai, gue yuda”
Raka menganggukkan kepalanya untuk merespon perkenalan itu. “Salken, yuda”
“Gue Saka, terus yang di sebelah lo itu Naren. salken, Rak!” Raka tersenyum kecil sambil menatap saka kemudian matanya beralih untuk menatap Naren. Orang yang menatap dirinya dengan penasaran tadi.
“Iya, salam kenal” ucap Raka.
“Lo udah punya pacar?” Pertanyaan itu keluar dari mulut Naren dengan bebas, sontak seisi meja itu langsung terkejut.
“Lemes banget tu mulut” cercah Gema.
Raka tertawa canggung sambil menggeleng pelan, “Emang kenapa? Aura jomblo gue kerasa ya?”
Naren diam sejenak lalu mengangguk. “Iya, aura jomblo lo kuat banget”
Gelak tawa pun terdengar dan Raka hanya bisa ikut tertawa walaupun dalam batinnya ia tengah memisuhi Naren.
Anjing.
“Kalo gue—”
“Udah tau, lo jero. Temen sebangku gue” Jero menaikkan satu alisnya saat mendapatkan respon dari Raka.
Pikir Jero, mengapa hanya dirinya yang di beri respon dengan agak cuek dan dingin? Padahal sama yang lain terkesan ramah kok.
'Haduh, Jer. Lo lupa banget sama sosok Raka smp ternyata. Semangat ya, jangan sampe tertekan menghadapi sikap Raka nantinya.'
“Lo kok kaya sensi banget sama gue, Rak?” Raka yang tengah menusuk cimol nya langsung menoleh kearah Jero.
“Gatau, muka lo ngeselin”
Jero seketika tersenyum getir dan temannya yang lain tengah tertawa.
“Padahal gue udah mencoba ramah” gumam Jero namun karena Raka itu pendengarannya hampir sama kaya kelinci. Dia denger dong gumam-an nya Jero.
“Kalo gitu jangan ramah sama gue, kok ribet banget” Ujar Raka kemudian ia melahap cimolnya dengan santai.
Jero menatap Raka dengan pandangan tidak percaya, ia ingin merespon namun kedatangan seseorang membuat dirinya urung untuk merespon Raka.
“Udah kelar ketemu bu Dian nya, komandan?” Suara Naren membuat Raka yang tadi sibuk dengan cimol nya langsung penasaran akan orang yang baru saja datang itu.
Kepalanya terangkat untuk melihat orang itu hingga beberapa detik kemudian matanya membulat dan jangan lupakan bibirnya yang sedikit terbuka karena saking terkejutnya.
“Lo—loh? Hah? Bentar, lo kok mirip—” Raka yang tadinya menunjuk orang yang baru saja datang itu kemudian berpindah untuk menunjuk Jero. Gerakan itu terus berulang dengan pandangan yang bingung.
“Kembar, Rak” ucapan Gema membuat Raka sontak menutup mulutnya dengan satu tangannya yang bebas.
“Serius?” Ujar Raka sambil dengan perlahan melepaskan tangannya dari mulut.
“Yaiya, lo pikir Jero membelah diri?” Ucap Naren menambahkan.
“Dia Jendral, yang rambutnya gelap ya Rak. Kalo yang terang mah si Jero tuh”
Raka langsung mengunyah sisa cimol yang ada di mulutnya kemudian menelan dengan cepat. “Sejak kapan lo punya kembaran?” Tanya Raka sambil menatap Jero.
Yang di tatap seketika bingung, “Ya... dari lahir?”
“Ya bener itu mah anjing, gue tau lo pasti punya kembaran sejak di perut emak lo. Cuman—AH ELAH, POKOKNYA GUE KAGET” Semua orang yang ada di meja itu bahkan beberapa orang yang ada di dekat mereka langsung menatap Raka dengan aneh.
“Lo kenapa, Rak? Sehat?” Raka memutar bola matanya kemudian kembali memakan cimolnya sembari menatap Jendral. Begitupun dengan Jendral yang kini tengah menatap Raka dengan bingung.
“Lo— kayanya kita pernah ketemu?”
“Ah yang bener lo, rak? Si Jero kali” Ujar Yuda di sela memakan bakso nya.
“Engga, gue inget. Bentar....— Lo yang punya ganci serigala kan?” Jendral menatap Raka dengan terkejut.
“LOH, JADI LO—”
“Kantin, Jen. Ini kantin, jangan bikin gue malu” Sela Saka sambil menepuk bahu Jendral.
Jendral berdehem singkat, “uhm, makasih buat balikin ganci gue itu” Raka mengangguk santai.
“Nah, guys. Kalo gitu, bisa kan masukin Raka ke geng kita? Cielah, bahasa gue keren banget” Ucap Gema.
“Gue sih yes, Raka makanannya merakyat” ujar Yuda.
“Maksud lo merakyat???” Tanya Raka dan Yuda merespon dengan sebuah cengiran.
“Ngikut” ucap Naren dengan santai.
“Boleh aja sih” kini Saka menimpali.
“Kembar?” Gema menatap si kembar, menunggu persetujuan dari mereka.
“Raka baik, boleh masuk” Ujar Jendral di sela meminum teh botolnya.
“Aaaa, gema gue di bilang baik masa” Gema memutar bola matanya saat mendengar respon Raka yang agak alay itu.
“Terus, lo gimana jer?”
“Ada satu syarat, lo bisa lebih baik ke gue ga sih? Masa sama Jendral bisa, ke gue gabisa?” Raka menatap Jero sebentar kemudian menggeleng.
“Doain semoga bisa” Jero menghela nafasnya kemudian mengangguk.
“Yaudah, fiks Raka join ya. Selamat datang di kece geng, Rak” Raka mengangguk.
“Tengkyu. Terus kalo udah masuk geng, gue harus apa?”
“Jadi babu kita” itu Naren yang bilang.
“Ramein grup aja” ucap Saka.
“Kasih contekan kalo ada ulangan” nah, kalo ini Yuda yang bilang.
“Ga bener ternyata, gue mau left aja”
“Ga salah gue masukin lo ke geng ini, satu spesies ternyata” ujar Gema.
“Wkwkwk, yaudah. Semoga kita bisa jadi sahabat—”
“Skip alay”
“ANJING, NAREN LO NYEBELIN BANGET. KITA BARU KETEMU LOH?!”
“Maaf, kebiasaan”
“Rame banget dah. Udah lah, cabut ke kelas sana lo pada”
Temen baru semoga banyak kenangan indah yang terjadi ya.