Jawaban.

Setelah melihat sosok yang ia cari, pangeran manis bersurai pirang itu pun langsung berlari menghampirinya.

“Nolan?” Panggilan itu membuat sosok yang tengah memandangi kolam ikan langsung menunduk sambil mengusap ujung matanya.

Juanka mengernyit lalu mengambil duduk di sebelah sosok itu, mata yang seindah galaksi miliknya diajak untuk menatap intens seorang pangeran yang selalu mengisi harinya sejak umurnya masih belia.

“Nolan... lo kenapa?”

Nolan, pangeran yang Juanka cari tadi langsung menoleh kearah si manis sambil menampilkan senyum khasnya.

“Gapapa, aku cuman bosen. Jadi duduk disini” kernyitan di dahi menandakan seorang Juanka tengah tidak percaya dengan ucapan Nolan.

“Bohong. Cerita, gue ga keberatan buat dengerin cerita lo” Nolan menatap jelaga indah milik Juanka dengan dalam. Hingga ia pun merasakan detak jantungnya memompa dengan sangat cepat. Padahal ia hanya menatap mata Juanka, tapi mengapa rasanya seperti ia tengah berhadapan dengan para petinggi kerajaan lain?

Ah, Nolan sadar. Orang yang tengah ia tatap ini adalah salah satu petinggi yang ia hormati didalam hatinya. Juanka adalah orang yang penting dan sangat ia sayangi.

“Kamu mau denger?” Juanka sontak tersenyum manis sambil mengangguk semangat.

“Tentu!”

Mereka terdiam sejenak, Nolan tengah berpikir harus mulai bercerita darimana dan Juanka memilih menunggu. Tidak memaksa dan bersiap menjadi pendengar yang baik.

“Kamu bener, Juan”

Ucapan Nolan yang tiba-tiba membuat Juanka sedikit terkejut, tapi setelah itu ia kembali menormalkan diri.

“Jadi pangeran... capek” Kata terakhirnya Nolan ucapkan dengan suara yang pelan, pandangannya pun ia alihkan kearah kolam ikan.

“Padahal aku harusnya udah terbiasa kan? Dari kecil, aku sudah di persiapkan untuk berhadapan sama hal-hal itu. Tapi kenapa? Kenapa rasanya aku ga sanggup? Kenapa aku ngerasa semua hal yang aku lakuin bukan yang terbaik? Aku udah lakuin apa yang aku pelajari, tapi apa-apaan ini?” Mata Nolan menyendu, bahunya yang selalu terlihat tegap kini sedikit turun.

Juanka memandang Nolan dengan iba, dengan refleknya ia usap dengan lembut punggung Nolan.

Hening melanda mereka kembali, hanya suara percikan air yang ikan buat sebagai peramai antara keduanya.

“Juan, aku pantes ga sih buat jadi pemimpin kerajaan ini kelak?” Pertanyaan tiba-tiba itu, tatapan bingung itu, membuat Juan terdiam seribu bahasa.

Nolan yang melihat keterdiaman Juan langsung menghembuskan nafasnya, “Yah, ternyata aku emang ga pantas jadi pemimpin. Pantes aja, kamu pun ragu buat nerima pernyataan cinta aku” Ujarnya dengan pelan sambil menundukkan kepalanya.

Sampai suara kekehan pelan terdengar di telinga nya, Nolan mendongakkan kepalanya lalu matanya melihat dengan jelas Juanka yang tengah tertawa kecil sambil menepuk bahunya beberapa kali.

Cantik.

“Aduh, Nolan! Lo tuh—Hahaha—Ya ampun, Lucu banget!” Nolan mengernyit bingung.

“Kenapa? Apa yang lucu?”

Juanka dengan perlahan meredakan tawanya, setelah itu ia tatap Nolan dengan lembut.

“Lo lucu. Gue ga nyangka, orang yang gue pikir paling percaya diri ini punya sisi yang kaya gini” Nolan semakin bingung.

“Nolan, lo tau ga sih? Di mata gue lo tuh sempurna. Sempurna banget, ngalahin rasa kue pie susu yang dibuat koki di kerajaan sebelah”

“Kok di samain ke kue pie susu?” Ujar Nolan dan Juanka hanya menampilkan cengirannya.

“Gatau, soalnya kue pie susu itu rasanya sempurna. Gue suka” sebelah alis Nolan terangkat.

“Kalo kamu suka pie susu itu, berarti kamu juga suka sama aku?” Bibir Juanka terkatup seketika namun ia menggeleng dengan cepat.

“Jangan bahas pie susu dulu, kita lagi bahas lo yang lagi dilanda keraguan” Nolan mengangguk pelan.

“Ok, Nolan. Gue gatau kata penghibur apa yang pas buat lo, jadi gue mau jujur aja”

Nolan diam, menatap Juanka yang tengah bersiap mengutarakan kalimat yang mungkin saja akan memunculkan jawaban dari keraguannya tadi.

“Pangeran Nolan Wholephilip, sahabat kecil dari Pangeran Juanka Ataresia. Selama gue kenal lo, gue liat pertumbuhan lo dari umur tiga tahun, liat apa aja yang lo lakuin sampe di titik ini. Gue bisa menyimpulkan kalo lo itu sebuah definisi pangeran yang sempurna” Ujar Juan dengan semangat.

“Lo tau? Semua yang lo lakuin, di mata gue dan mungkin di mata orang lain, itu keliatan sempurna semua. Sekalipun lo ada buat kesalahan, lo selalu cari cara untuk mengatasi masalah itu dengan baik. No, lo selalu sanggup buat menghadapi masalah yang ada di depan lo” Nolan terhenyak dengan ucapan Juanka. Entah mengapa, dadanya terasa banyak sekali letusan kembang api. Ia merasa puas dengan apa yang Juan katakan.

“Dan lagi! Lo pantes buat jadi pemimpin kelak kerajaan ini, gue percaya itu” ujar Juanka dengan serius.

Matanya yang seindah langit malam ini, senyumnya yang selembut suara hembusan angin, juga ucapannya yang terdengar tulus dan penuh keyakinan, Nolan dihadapkan semua itu di malam ini melalui satu orang. Seorang Juanka Ataresia.

“Lo pasti suka ngalamin malam yang kaya gini ya? Tiba-tiba pikiran ragu datang di kepala lo” Nolan mengangguk pelan.

“Nah, kalo lo ngalamin malam yang kaya gini lagi, lo harus bilang ke gue!”

“Kenapa?”

“Biar gue kasih pelukan sama senyum gue yang manis! Hahaha” Tawanya mengalun dengan riang, membuat diri Nolan merasa tenang.

Tolong ingatkan Nolan bahwa ia beruntung telah di pertemukan dengan Juanka dan ia tidak salah karena telah menaruh hati pada pemuda itu.

“Iya, aku bakal bilang ke kamu” ucap Nolan dan Juan yang sudah selesai tertawa langsung mengangguk puas.

“Kalo gitu, aku boleh minta peluk?”

“Boleh!” Tanpa berbasa-basi, Nolan langsung masuk kedalam dekapan hangat yang Juanka berikan.

“Nolan”

“Hm?”

“Jangan pernah berpikir buat mundur dan ninggalin semua usaha lo ya” bisik Juanka dan Nolan langsung mengangguk kemudian menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Juan.

“Ga akan”

“Tapi lo harus berhenti buat usaha dapetin gue”

Deg!

Nolan mengeratkan pelukannya, semakin menyembunyikan wajahnya, hingga ia bersuara “Kenapa?”

“Karena usaha lo udah membuahkan hasil yang baik” suara lirih Juanka terdengar dengan jelas di telinga Nolan.

Pelukan mereka terlepas, kedua bahu sempit Juan pun Nolan remas dengan lembut, matanya menatap Juanka dengan berbinar.

“Maksud kamu..?”

“Aku juga suka sama kamu, Nolan. Aku menerima kamu menjadi kekasih hati pangeran Juanka Ataresia”

Kalimat yang selama ini Nolan tunggu pun keluar dari bibir Juanka, tanpa sadar matanya berkaca-kaca.

“Kamu serius?”

“Serius, masa bohong?”

Nolan menangkup kedua pipi Juanka dengan kedua tangannya, ia tatap jelaga indah itu dengan pandangan tidak percaya.

“Kamu kalo—”

Cup!

“Jangan banyak omong, bawel”

Astaga, baru saja bibir Nolan di kecup singkat oleh Juanka.

Apa ia sedang bermimpi? Jangan bilang ini hanya mimpi? Duh, Nolan sadar! Ini semua nyata! YA AMPUN, BIBIR NYA BARU SAJA DI KECUP OLEH JUANKA.

“Kamu...”

Juanka tersenyum kecil lalu berdiri dari duduknya, “Udah ah, ayo ke ruang makan. Udah jam makan malam dan.... Bunda Ratu harus tau hal ini kan?” Ucapnya sebelum berlari kecil meninggalkan Nolan yang masih memproses segalanya.

Hingga kesadarannya pun kembali, matanya melebar saat melihat Juan yang semakin jauh. Ia berdiri dari duduknya lalu berlari mengejar Juanka—Oh, atau sekarang kita sebut Kekasihnya?

“Juan!”

“Ayo lari yang kenceng, yang sampai paling akhir berarti payah!”

“Aku rela jadi payah demi kamu!”

“Ewww, geli!”

Benar-benar, malam itu Juanka memberikan semua jawaban dari keraguannya dan Nolan sangat bahagia akan hal itu.

Thanks for all the answers. I love you.