Isi hati.

(you can play Doll by Baekhyun and Doyoung)

Juna sedang menunduk sambil menatap sepatu yang ia pakai, hingga suara mesin motor yang familiar membuat kepala itu terangkat.

“Ayo” ujar sang pengemudi, Juna menatap sang empu sebentar lalu bergerak untuk menaiki motor itu.

“Pegangan”

Juna pun mengeratkan pegangan nya di bahu sang pengemudi.

Motor itu pun berjalan, bergerak pergi menuju suatu tempat yang tidak diketahui oleh Juna.


“Na”

Sang pemilik nama tidak menghiraukan panggilan itu, ia tengah sibuk menuntun Juna.

“Nah, sampai” mendengar hal itu pun Juna langsung melihat keadaan sekitarnya.

Juna melihat ada sebuah danau di depannya, di sekitarnya terdapat beberapa pohon pinus serta rumput hijau yang tumbuh dengan subur. Pada tepi danau juga ada beberapa kursi yang tersedia dan tiang lampu untuk memberikan sedikit penerangan.

Juna memejamkan matanya kemudian mengambil nafas dalam, aroma khas pohon serta danau menyapa indera penciuman nya, di hembusnya nafas tadi sambil membuka matanya dengan perlahan.

Nyaman dan menenangkan.

“Udah tenang?” Tanya Nandra setelah melihat mata Juna sudah terbuka kembali.

“Sedikit” jawab Juna dengan pelan, Nandra tersenyum lalu mengajak Juna untuk duduk di salah satu kursi.

“Mau cerita darimana?”

Juna diam, menatap danau di depannya dengan pandangan sendu. Senyum kecil yang biasa menghiasi bibirnya kini hilang. Perubahan raut Juna tentu membuat Nandra menjadi semakin khawatir dengan kondisi sahabat mungil nya itu.

“Aku suka sama Rajen, na” Nandra yang mendengar itu langsung menegang.

Saat ini, Juna hanya ingin menunjukkan sosok asli dirinya di depan Nandra. Tanpa ada yang harus di tutupi dan tanpa topeng nya yang selalu ia pakai saat di depan orang-orang.

“Rajen tau....?” Tanya Nandra untuk memecahkan keheningan.

“Belum, sebentar lagi dia bakal tau” jawab Juna.

Jam menunjukkan pukul setengah enam sore, matahari kian terbenam untuk berganti tugas dengan sang bulan. Suara jangkrik mulai saling bersahutan dan suara itu menjadi alunan dari keheningan yang tercipta di antara kedua sahabat itu.

“Capek ya na, bersikap seakan diri kita baik-baik aja? Aku muak deh lama-lama”

Nandra hanya diam, membiarkan pemuda manis itu mengungkapkan isi hatinya yang selama ini di pendam.

“Na, dulu aku selalu mikir. Kenapa ya orang tua aku bersikap seakan aku orang yang tidak di inginkan?”

Juna menarik nafas nya sejenak lalu menghembuskannya dengan pelan.

“Pertanyaan tadi udah aku dapet jawabannya, ternyata aku memang orang yang tidak di inginkan oleh mereka. Seharusnya aku ga lahir, na. Harusnya sosok anak perempuan yang lahir untuk melengkapi kehidupan mereka, bukan aku”

Nandra mengepalkan tangannya begitu mendengar kalimat yang baru saja keluar dengan santai dari bibir sahabatnya itu.

“Aku udah nemu jawaban pertama, na. Tapi ternyata Tuhan ngirim aku satu pertanyaan lagi, Kenapa sepupu yang aku sayang tiba-tiba benci sama aku? Kenapa Ella yang dulu deket sama aku jadi berubah drastis? Apa salah aku sama dia?”

Juna menundukkan kepalanya untuk menatap tautan kedua jarinya.

“Buat pertanyaan itu, aku belum nemu jawabannya. Aku frustasi, na. Frustasi karena ga dapet jawabannya”

“Ju—”

“Gapapa, na. Nanti aku bakal nemuin jawabannya sendiri kok. Suatu saat nanti, waktu bakal ngasih jawaban dari pertanyaan aku di waktu yang tepat”

Juna menoleh kearah Nandra lalu tersenyum tipis sambil mengangguk kecil, mengatakan pada Nandra bahwa dirinya masih baik-baik saja.

“Na, kayanya Tuhan nganggep aku itu anak yang kuat ya? Karena ga lama aku dapet pertanyaan itu, ada pertanyaan lain yang dia kasih ke aku. Kenapa aku bisa jatuh cinta sama kekasih dari sepupu aku sendiri?”

Juna pun akhirnya diam, kini dirinya tengah menahan rasa sesak yang ada di dadanya. Ia tidak sanggup lagi untuk mengeluarkan kalimat lain.

Tangan Nandra bergerak untuk menggenggam tautan tangan Juna, mengeratkan genggaman itu agar Juna tidak merasa sendiri. Agar Juna tahu bahwa ada dirinya yang menemaninya.

“Juna, jatuh cinta itu bisa ke siapa aja. Kita gabisa nentuin bakal jatuh cinta ke siapa”

“Memang sakit jika hati kita memilih untuk berlabuh ke orang yang salah, tapi itu jadi salah satu pengalaman hidup yang akan berguna di suatu saat nanti. Kamu ga salah, juna. Jatuh cinta itu bukan suatu kesalahan, walaupun kita jatuh cinta ke orang yang salah”

Air mata Juna jatuh dengan perlahan, Nandra mengelus tautan tangan Juna dengan lembut.

“Juna, berhenti buat nyalahin diri kamu sendiri. Kamu ga sepenuhnya salah, jangan selalu berasumsi kaya gitu. Kamu tau ga?”

Juna mengangkat kepalanya untuk menoleh ke arah Nandra, air mata nya masih mengalir bahkan semakin deras, hidungnya sudah sedikit memerah, Nandra yang melihat itu semua pun langsung tersenyum tipis. Tangan nya yang bebas dengan pelan bergerak untuk menghapus jejak air mata Juna.

“Kalo terus nyalahin diri sendiri atas kesalahan yang bahkan bukan salah kamu itu ga baik”

“Tapi, na. Se—semuanya emang salah aku, harusnya aku—”

“Juna, berhenti ya? Berhenti kaya gini. Gaada yang salah, juna. Kamu ga salah, hanya takdir saja yang sedang menguji kamu. Tuhan memberikan semua pertanyaan itu buat diri kamu sendiri, juna. Buat bekal untuk kehidupan kamu ke depannya”

Suara isak tangis Juna semakin mengeras, air matanya sudah keluar dengan sangat deras, dadanya semakin sesak.

“Tuhan sayang sama kamu, Juna”

Juna semakin menangis, tangan kanan nya terkepal untuk menepuk dadanya yang sangat sesak. Nandra dengan cepat menahan kepalan tangan Juna kemudian memeluknya dengan erat.

it's okay, Juna. It's okay, everything will be fine. Trust me

“Nana— sesak, hiks

ssst, I'm here. You're not alone, I'm here. Keluarin semuanya, Juna. Gapapa kok, ga bakal ada yang marahin kamu disini, gabakal ada yang bikin kamu sakit”

Nandra menepuk punggung Juna dengan pelan, membisikkan kalimat penenang, memeluknya dengan erat untuk membuat Juna merasa aman.

“Juna, kamu keluarin semuanya sekarang. Nanti setelah itu kamu harus bisa buat bergerak dengan kuat, kamu harus bisa nyari jawabannya dengan lebih baik daripada hari sebelumya, kamu pasti bisa”

Isakan Juna sedikit mereda.

“Tuhan pasti bangga sama kamu, Juna. Kamu hebat, kamu hebat karena bisa bertahan sejauh ini”

Mata Nandra diam-diam mengeluarkan air mata, namun senyum khas nya masih terpatri di bibirnya.

“Besok kamu harus bisa lebih kuat ya, Juna? Kamu ga bakal sendiri kok, ada aku di samping kamu”

Juna mengangguk pelan di dalam dekapan Nandra sembari meredakan isakan tangisnya.

Hingga beberapa detik kemudian, pelukan itu terlepas dengan perlahan. Nandra menatap wajah yang berhias dengan raut lelah milik sahabatnya itu, tangan nya lagi-lagi bergerak untuk menghapus air mata milik Juna.

“Makasih, na” ujar Juna dan Nandra hanya tersenyum sambil mengangguk.

“Terimakasih kembali” Nandra mengusap rambut Juna dengan pelan.

“Siap buat menjalani hari dengan lebih baik dari sebelumnya?”

Juna tersenyum tipis lalu mengangguk pelan,

“Juna siap!”

“Semangat, Juna. Kita berjuang bareng-bareng ya? Kamu ga sendiri, inget itu loh”

“Iya, nana~!”

Tuhan, tolong biarkan sahabat Nandra untuk merasakan yang namanya bahagia. Tolong biarkan dia untuk merasakan itu.

Tuhan, Juna bakal berusaha buat menjadi lebih baik kedepannya. Tolong bantu Juna ya.

you will be in pain and cry for a while, But don't worry about it, It'll only be for a little while.