he's here.

Setelah membaca pesan dari Reggie, kepala Galendra dengan reflek langsung menoleh kearah dalam minimarket, dan benar saja. Ada Reggie disana yang sedang memilih obat luka untuk Galendra.

Tak butuh waktu lama, pemuda manis itu pun berjalan keluar dengan tangan yang penuh. Ia langsung menghampiri meja yang ditempati oleh galendra.

Sakit?” itu adalah kata pertama yang Reggie ucapkan ketika ia baru saja duduk disebelah Galendra.

Sang empu yang ditanya hanya membalas dengan gelengan pelan, Reggie menghela nafas sebentar kemudian tangan nya bergerak untuk mengambil kapas dan meneteskan sedikit obat merah diatas kapas tersebut.

Matanya kini beralih menatap Galendra, “Kalo sakit bilang, jangan ditahan” ujarnya.

Hm

Reggie mengangkat tangannya yang terdapat kapas tadi menuju luka pada pipi Galendra. Pelan tapi pasti. Mata yang biasa memancarkan binar antusias kini berganti dengan tatapan khawatir, bibir yang biasanya mengeluarkan ocehan kini terkatup rapat.

Iya, Galendra kini sedang sibuk memperhatikan pemuda manis yang tengah mengobatinya itu.

Kenapa bisa luka gini sih?” gumam Reggie setelah membersihkan luka itu. Kini ia tengah sibuk membuka hansaplast untuk menutup Galendra.

Sang empu yang tengah diobati pun memilih untuk diam, memperhatikan pemuda itu dengan intens.

Nah, selesai” ucap Reggie sambil tersenyum. Matanya yang tadi sibuk menatap luka langsung berpindah menatap sang pemilik luka.

Keduanya saling bertatapan, hingga tatapan Galendra turun menuju bibir yang berwarna seperti buah ceri itu.

Suasana tengah malam yang sepi menjadi latar keduanya, saking sepi nya kedua pemuda tersebut dapat mendengar suara samar dari degup jantung yang bertalu dengan cepat.

Entah dorongan darimana, kepala Galendra bergerak pelan menuju fokusnya saat ini. Reggie pun semakin gugup. Rona merah yang samar kini menghiasi kedua pipinya, kedua tangannya meremat kuat celana yang ia pakai.

Hingga jarak keduanya menjadi sangat dekat, saking dekatnya hidung mereka berdua hampir bersentuhan. Mata Galendra kembali menatap jelaga indah milik Reggie.

Gue mau nanya” ujarnya dengan suara yang rendah, Reggie secara reflek meneguk ludahnya.

Mau nanya apa?” jawab Reggie, suara pemuda manis itu terdengar sangat pelan.

Apa alasan lo suka sama gue?

Reggie diam begitu juga dengan Galendra.

Hingga Reggie menjawab, “Karena Alen adalah penyelamat hidup aku

Galendra mengernyit, “Gue?

Reggie tersenyum tipis, tangan mungil nya bergerak untuk mengusap rahang tegas milik Galendra dengan lembut. Matanya menatap pemuda yang kini tengah bingung.

Hidup lo akan penuh kebahagia-an suatu saat nanti, jadi jangan nyerah.

Galendra mematung.

Tiba-tiba di dalam otaknya terputar memori saat di hari setelah ia merayakan kelulusan sekolah akhirnya, tepat pada sore hari. Ia pernah tidak sengaja bertemu dengan pemuda yang duduk di pagar pembatas jembatan layang.

Mata Galendra langsung membulat, “Jadi...

Reggie mengangguk pelan sembari tersenyum, “Iya. Itu aku, Alen

Reggie... kenapa bisa—

Lidah Galendra mendadak kelu. Ucapannya tidak sanggup ia lanjutkan lagi. Hingga tanpa pikir panjang, Galendra pun langsung memeluk Reggie dengan erat.

Reggie pun membalas pelukan itu, menyembunyikan wajahnya di bahu Galendra.

Mereka saling berpelukan dalam keadaan sunyi.

Reggie...

Sstt, tenang Alen. Aku udah gapapa kok, semuanya selesai setelah pertemuan pertama kita

Reggie mengusap punggung Galendra dengan lembut, “And how about you?” tanya Reggie.

Mendengar hal itu, Galendra langsung mengeratkan pelukan itu. Menaruh dahi nya di bahu sempit milik Reggie.

Aku kangen mereka re... and I'm really tired of this life

it's okay, Alen. Now I'm here, beside you. you won't be alone anymore” bisikan dari Reggie membuat rasa gundah dalam dada Galendra sedikit menguap.

Promise?

I'm promise

Reggie please keep your promise, i beg you.