He's happy.

Denan yang tengah fokus mencatat rangkuman langsung tersentak kala mendengar suara dering telpon. Kacamata yang ia pakai pun di lepas, lalu saat mengetahui siapa yang menelponnya, sontak senyum cerahnya terbit.

Video Call tersambung.

“Kak den!!!”

Seruan dan raut bahagia dari Carla menyapanya, senyum yang sudah ada daritadi pun semakin melebar.

“Halo, Carla. Gimana ujian akhirnya?”

Raut suram langsung Carla tunjukan, “Lebih susah yang gue bayangin! Ugh, masih merinding kalo nginget hal itu”

Tawa Denan mengalun saat mendengar hal itu, “Namanya ujian, pasti susah. Yah, setidaknya gue tau lo udah berusaha. Good job, Carla”

Carla tersenyum kala mendengar pujian Denan, lalu tak lama suara dari sang Papa terdengar.

“Son?”

“Hai, Papa”

Denan tersenyum lembut kala melihat wajah Papa nya dan terlihat setengah wajah Carla yang nampak sekali masih ingin mengobrol dengan kakaknya.

“Papa langsung ngambil hp nya padahal Carla masih mau cerita sama aku”

Denan dapat melihat Carla yang tengah merengek kearah Papa nya. Saat ada adegan itu biasanya sang Papa sudah menuruti keinginan Carla, tapi kenapa sekarang terlihat tidak mau kalah?

Denan terkekeh pelan, hingga tak lama hp Carla seperti di ambil alih oleh seseorang.

“Hai, anak mama”

“Mama ayu? Ya ampun, mama potong rambut”

Wanit paruh baya itu mengangguk, “Bagus?”

Denan mengangguk, “Keliatan nambah cantik, ma”

“Iya kan, den? Masa mama mu ga percaya, katanya baru percaya kalo kamu yang bilang”

Suara papa nya membuat Denan tertawa, dapat di lihat juga bahwa Mama Ayu kini malah tengah memarahi Papa nya.

“Kak kak kak!”

Oh, sekarang Carla yang mengambil alih.

“Masalah yang gue omongin kemarin lusa udah selesai tau”

Denan mengernyit pelan, mencoba mengingat apa yang Carla maksud, dan tak lama kemudian dia langsung paham. Senyum lembut langsung Denan berikan.

“Bagus, Carla. Kamu keren”

Dan percakapan antara Denan dan keluarganya terus berlanjut.

Jika di tanya, bagaimana perasaannya dan dimana dia saat ini. Denan selama satu tahun ini benar-benar berusaha untuk berubah dan perubahan itu membuat dirinya bahagia. Lalu dimana dia sekarang? Dia ada di kota sebelah.

Ingat akan permintaannya dulu tentang pindah sekolah? Ya, orangtua Denan menepati ucapannya. Mereka merelakan Denan pergi ke kota ini.

1 tahun dia di kota asing ini. Menempuh pendidikan seorang diri, tanpa keluarga dan para sahabatnya. Tidak mudah memang, tapi kota ini menjadi saksi perubahan positif dari Denan.

Walau jarak menghalangi, Denan terus memberi kabar ke keluarga dan sahabatnya kok. Jadi jangan khawatir masalah hubungannya menjadi renggang atau apapun.

Keluarga baru nya sudah berubah. Mereka berempat sudah menerima satu sama lain dengan hati yang lapang. Juga hubungan Carla dan Denan pun sedikit membaik. Carla benar-benar menepati janjinya untuk berubah, Saat Denan pulang liburan, perempuan itu langsung memberikan pelukan dan menceritakan tentang usahanya untuk berubah.

Tidak mudah memang. Apalagi dia malah masuk kedalam sekolah yang membicarakan hal buruk tentang dia dan Arvian. Katanya, setiap hari ada saja yang membicarakannya, bahkan ada yang secara terang terangan menatap dirinya dengan benci, lalu semua temannya pergi meninggalkannya.

Sebulan, dua bulan, dan tiga bulan. Hingga saat bulan ke empat, kehidupan sekolahnya sedikit membaik. Cerita Carla pada Denan pun mulai mengarah ke hal positif. Denan tentu turut bahagia.

Kemudian soal Arvian, Selama lima bulan Denan tidak pernah mendengar kabar akan pemuda itu. Namun, yang ia tahu jika Jordan sudah tidak berteman dengan pemuda itu. Di sekolah pun, Carla tidak pernah melihat Arvian dimana-mana. Padahal, Carla berniat mengobrol masalah hubungan mereka. Yah, akhirnya karena lelah mencari. Carla pun menganggap hubungan dia dengan Arvian selesai.

Sampailah di bulan ke-tujuh, Denan bertemu dengan Arvian. Tanpa sengaja, di sebuah toko buku pinggir kota. Terkejut? Gausah di tanya. Keduanya terkejut, sampai-sampai kaki mereka tidak mampu untuk bergerak pergi.

Pertemuan yang tanpa di rencanakan itu pun berujung baik. Denan dengan inisiatifnya mengajak Arvian mengobrol. Tapi yah, pasti kalian tau apa yang terjadi. Arvian terus-terusan menangis dan meminta maaf pada Denan. Kala itu Denan sudah berubah menjadi lebih dewasa, jadi akhirnya mereka memutuskan untuk berdamai dan melanjutkan hidup masing-masing.

Sudah, hanya itu sepertinya.

So... kalo sekali lagi ditanya,

“Son, are you happy?”

Denan tersenyum lebar, “Iya, Papa. Aku lebih bahagia sekarang”

“Nak, acara wisuda kamu sebentar lagi kan?”

“Iya, ma. Tapi katanya cuman untuk siswa. Jadi, besoknya aku bakal langsung pulang”

“Ke rumah ini kan, kak?”

“Iya, aku bakal pulang ke rumah yang selalu aku rindukan. Tunggu aku ya”

“Kita bakal selalu nunggu kamu, Denan”

Benar, Denan sudah benar-benar menemukan kebahagiaan juga rumahnya. Rumah yang selalu menjadi tujuannya untuk pulang dan beristirahat.

Don't worry, he's happy now.