Ganggu.
“Gue mau ke warung dulu” Ucap Juna sambil menaruh handphone nya kedalam saku, ucapan pemuda manis itu membuat kedua sahabatnya melihat kearahnya dengan berbagai pandangan.
“Lo udah mesen bakso anjir?” Ujar Haidar dengan pandangan yang tidak percaya.
“Gimana dah, jun? Katanya tadi laper banget karna abis praktek? Kenapa di tinggal gitu aja?” Nandra menimpali dengan pandangan terkejut.
“Tangan Ella berdarah karna praktek, di uks juga stok hansaplas abis” Jelas Juna dengan singkat, ia beranjak dari duduknya dan tentu saja langsung di tahan oleh Haidar.
“Rajen kemana? Kenapa ga dia aja?” Tanya Haidar dan Juna pun langsung mendengus.
“Rajen ada urusan sama pak dion, dar. Udah ya? Gue mau beli hansaplas, takut tangan nya ella kenapa-napa. Bakso yang gue pesen, lo makan aja. Udah gue bayar kok!” Setelah itu tanpa mendengar ocehan sahabatnya lagi, Juna langsung berlari kearah warung untuk membeli hansaplas untuk sang sepupu.
“Juna tuh... kenapa baik banget anjing?” Ujar Nandra tiba-tiba dan Haidar langsung menoleh.
“Gatau gue juga, coba lo tularin dah sifat cuek lo itu ke dia” Nandra mendelik dan Haechan tertawa kecil.
“Lo ga ngerasa aneh sama si Ella, dar?” Haidar mengangkat alisnya seakan bertanya maksudnya?
“Ni cewe gue liat-liat selalu aja ganggu waktu luang nya Juna, ada masalah apaan sih tu anak” Haidar hanya diam, tidak berniat menjawab ocehan Nandra. Mulutnya memang terkatup rapat, tapi batinnya turut mengoceh menjawab ucapan Nandra.
Lo gatau aja kalo si Juna sering di jadiin babu ama tu cewe.
Ceklek
Bunyi pintu yang dibuka membuat yang sedang di dalam ruangan itu menatap orang yang baru saja membuka pintu.
“Mau apa kesini?” Tanya Ella sambil menatap sinis orang yang baru datang itu.
“Nganterin ini” Juna menaruh kantong plastik berisi sekotak hansaplas diatas nakas sebelah ranjang yang Ella duduki.
“Ga guna” Ucapan Ella tak dihiraukan oleh Juna, pemuda manis itu lebih memilih untuk menatap luka pada tangan sang sepupu.
“Udah di kompres pake air dingin?” Tanya Juna dengan lembut dan Ella hanya mendengus kesal.
“Ngapain sih segala perhatian kaya gini?”
“Karena gue khawatir” Jawaban Juna membuat Ella diam sejenak kemudian menatap malas kearahnya.
“Gue ga butuh rasa khawatir lo itu” Juna hanya tersenyum tipis lalu mengangguk kecil.
“Bener, lo pasti ga butuh itu” Suara Juna kian memelan dan Ella langsung memandang Juna dengan remeh.
“Jijik” Juna menundukkan kepalanya saat mendengar kata yang meluncur dengan lancar dari bibir perempuan itu.
“Gue ga pernah liat cowok se-lembek lo, jun” Juna menggigit bibir dalamnya.
“Kenapa lo gabisa bersikap normal kaya laki-laki diluar an sana?” Juna mematung seketika, ia tidak pernah menyangka jika sepupunya akan melontarkan kalimat itu.
“Bahkan buat ngelawan gue lo ga berani?” Juna mengepalkan tangannya lalu mulai mengangkat kepalanya yang tertunduk tadi untuk menatap sang sepupu.
“Apa? Lo kesel?” Juna tersenyum tipis lalu mengangguk dan hal itu membuat Ella menatap dirinya dengan pandangan tidak percaya.
“Gue kesel, la. Tapi gue milih nahan semua itu, karena mau bagaimana pun lo perempuan dan lo itu sepupu gue” mendengar itu reaksi Ella hanya meremat selimut yang menutupi daerah kakinya.
“Jadi maksud lo, gue itu lemah dan bukan tandingan lo? LO NGEREMEHIN GUE, JUNA?!” Juna memejamkan matanya saat mendengar teriakan Ella kemudian saat sang sepupu selesai berteriak kedua matanya pun kembali terbuka.
“Lo salah, gue ga pernah ngeremehin lo. Lo salah nangkep apa yang gue maksud, la” Jawab Juna.
“Gak! Gue paham maksud lo itu!” Juna menghembuskan nafasnya pelan, ia pun bergerak untuk mengambil sesuatu. Ella pun hanya acuh, tidak peduli apa yang akan Juna ambil.
“Nih” Juna memberikan sebuah kain yang dibasahi oleh air dingin juga sudah sedikit diperas agar air nya tidak menetes, Ella menatap datar kain itu.
“Biar cepet sembuh, la”
Sial.
Ella dengan malas pun menerima kain basah itu lalu ia tempelkan di area punggung tangan yang terluka itu, Juna tersenyum tipis saat melihat sepupunya yang merespon baik.
“Lain kali hati-hati” Ujar Juna dan Ella hanya diam.
“Hansaplas nya bisa di pake kalo mau balik kelas nanti. Itu titipan Rajen kok, cowok lo yang nyuruh gue buat beli” Ella tetap acuh, mengabaikan semua ucapan Juna.
Pemuda manis itu menatap sang sepupu sebentar lalu menghembuskan nafasnya lagi dengan berat.
“Gue balik ke kelas dulu, ya? Kalo butuh apa-apa jangan sungkan buat minta ke gue” Juna pun beranjak pergi dari ruangan itu, meninggalkan Ella yang masih diam.
Cepet sembuh.
Kenapa harus bersikap kaya gitu sih? Ganggu banget tau ga.