Ekspetasi.
Juna berlari kearah pintu utama untuk membuka pintu rumahnya, menyambut orang tua nya yang baru saja kembali entah darimana.
Juna menatap antusias sang mama namun yang ia dapatkan hanya pandangan datar juga angkuh dari mama juga papa nya.
Senyum nya dengan perlahan luntur, ia bergerak untuk menutup pintu kembali disaat kedua orang tuanya sudah masuk ke dalam rumah.
“Teko nya kenapa kosong, juna?” Suara itu membuat Juna segera berlari kearah dapur.
Disana ada sang mama yang menatap nya sambil memegang sebuah teko yang terbuat dari tanah liat, Juna menatap sang mama dengan pandangan bersalah lalu tangan nya mengadah guna meminta teko itu agar ia isi dengan air minum.
“Kamu hari ini ga sekolah, kenapa? Sakit?” Ujar sang Mama sambil memberikan teko itu pada Juna.
Sembari mengisi teko itu, Juna menjawab pertanyaan sang mama. “Iya, ma. Badan Juna kurang sehat tadi” jawab Juna dengan lembut.
Walau di luar ia terlihat biasa saja, di dalam diri Juna kini ia tengah bersorak senang karena sang Mama menanyakan keadaanya.
Itu tandanya dia peduli dengan Juna, bukan?
Jadi... bolehkah Juna ber-ekspetasi jika mama nya akan memberikan afeksi lebih hari ini pada dirinya?
“Sudah berobat?”
Juna tersenyum tipis, “Iya, ma” lalu tangan nya bergerak untuk memberikan teko yang sudah penuh dengan air kearah wanita paruh baya itu.
“Kamu ngambil duit mama buat berobat?”
Juna mematung seketika.
“E—engga, ma. Juna pakai duit bulanan Juna sendiri kok” Jawabnya dengan pelan.
Wanita itu mengangguk sekilas, “Bagus. Jangan sampai kamu merepotkan saya dan suami saya hanya karena sakit sepele itu”
“Iya, ma”
“Sakit nya udah mulai membaik?”
Mama sudah mulai peduli? batin Juna sebelum membalas pertanyaan sang mama dengan sebuah anggukan.
“Yasudah, lanjutkan pekerjaan kamu seperti biasa. Hari ini saya mau udang goreng, suami saya mau cumi saus asam manis dan Ella mau mie goreng”
Ah, ia kira sang mama akan memberikan sedikit keringanan atas pekerjaannya. Tapi ternyata, tidak.
Astaga, Juna. Apa yang kamu harapkan sebenarnya?
“Iya, ma”
“Hari ini kamu ga sekolah... berarti seharian ga ngapa-ngapain dong? Enak ya. Waktu yang saya berikan selama saya tidak ada di rumah cukup untuk istirahat kan?”
Juna meneguk ludahnya dengan kasar, anggukan kembali ia berikan pada mama nya.
“Setelah memasak dan membersihkan rumah, jangan lupa buat motong rumput halaman depan”
Setelah itu, Juna di tinggalkan sendiri. Mama yang ia sayangi, meninggalkan dirinya dengan luka yang entah ke berapa.
Ekspetasi nya benar-benar hancur.
Harus seberapa kuat lagi?