Coretan.
Terlihat pemuda dengan perawakan mungil yang sedang duduk di kursi halte seorang diri kini tengah menatap jalanan kota yang ramai dengan pandangan datar. Sorot matanya tidak menyiratkan perasaan apapun, namun bibir kecilnya terus menggumamkan sesuatu.
Sore hari yang harusnya terasa menyenangkan malah terasa menyesakkan untuk pemuda itu. Suara kendaraan yang berlalu lalang terdengar sangat ramai di telinga nya.
“Sampai kapan aku harus menunggu mu?”
Suara nya terdengar pelan.
“Dimana kau akan menjemput ku?”
Suaranya menyiratkan rasa putus asa.
“Aku lelah, lelah dengan semua ini”
Matanya mengeluarkan setetes air mata, terlihat menyedihkan.
“Kemana aku harus pulang? Tolong, hampiri aku. Beri tahu aku jalan untuk pulang”
Sakit. Dada pemuda itu terasa sakit, tangan kanannya meremat bagian dada kirinya.
“Kau jahat sekali”
Ucapannya seakan meluap ke langit.
“Bajingan”
Itulah kata terakhirnya sebelum beranjak dari kursi halte. Matanya memejam sejenak kemudian menatap jalanan yang ada di depannya dengan kosong. Kaki jenjangnya tanpa sadar melangkah menuju jalanan yang ramai itu.
Orang-orang sekitar mulai berteriak, suara klakson kendaraan mulai terdengar, namun telinga pemuda itu seakan di sumpal sesuatu.
Ia tidak dapat mendengar, melihat dan merasakan apapun.
Bibirnya saja yang terus berucap dengan pelan, “Aku ingin pulang” kalimat itu terus berulang ia katakan.
Hingga seorang pemuda bersurai hitam legam, mulai berlari ke arah pemuda mungil itu. Tangannya terulur untuk menggapai pemuda itu.
“KUMOHON SADARLAH!” Teriakan itu membuat pemuda mungil itu menghentikan langkahnya.
Kepalanya menoleh ke belakang namun baru saja ia akan melihat sosok yang mengejarnya, dirinya langsung merasa di hantam dengan keras.
Melayang, tenang, kemudian gelap.
“Maaf, maafkan aku yang terlambat. Maaf” suara dan kalimat terakhir yang ia dengar dari orang yang ia tunggu selama ini menjadi penutup penantiannya.
Aku akhirnya pulang.