Bertemu.


Sejam sudah berlalu sejak drama antara dirinya dengan Reggie tadi. Setelah Reggie memperkenalkan dirinya, Galendra langsung paham bahwa Reggie lah yang mengirim pesan padanya tadi malam dan pagi tadi. Jujur, tadi malam ia berniat untuk memarahi sang pemilik nomor yang mengusiknya tadi malam. Namun, saat ia tau Reggie lah sang pengusik itu niatnya tadi malam seakan menguap. Juga selama ia membuat pesanan Reggie tadi, tangan nya terus mengacau padahal biasanya tidak seperti itu. Ia seakan gugup karena ditatap oleh Reggie.

Lalu matanya itu terus saja mencuri pandangan pada pemuda manis yang sedang duduk di kursi pojok dekat jendela besar itu, entahlah apa yang terjadi pada dirinya itu.

Tidak mungkin ia mengalami cinta pada pandangan pertama kan?

Galendra menggelengkan kepalanya pelan, kemudian ia merasakan tepukan pada bahu kanan nya dan hal itu cukup membuat dirinya sedikit terkejut.

Eh? Bang malik?

Malik, sang pemilik cafè langsung tersenyum tipis saat melihat wajah salah satu pegawainya yang nampak sedikit linglung.

Lo kenapa? Sakit?” pertanyaan itu di balas gelengan pelan oleh Galendra.

Terus? Eh, mending lo ngisi perut deh. Udah jam istirahat juga kan” Galendra hanya diam kemudian matanya sedikit melirik kearah Reggie.

Malik mengikuti arah mata pemuda tersebut kemudian ia pun mengangguk paham. “Lo istirahat aja, biar gue samperin pelanggan itu” Belum sempat Galendra berucap, Malik sudah berjalan terlebih dahulu menuju meja Reggie.

Pemuda dengan surai hitam itu pun menghela nafasnya, lalu bergerak untuk melepaskan apron khususnya kemudian berjalan menuju ruang khusus pegawai.

Dalam ruangan itu Galendra hanya meminum ice americano nya dan memakan sandwich yang tadi pagi ia beli di minimarket dekat rumahnya. Disaat pegawai lain makan sambil mengobrol, Galendra hanya duduk dikursi sambil melamun sembari mengunyah sandwich nya.

Sebenarnya, Galendra kini dilanda akan perasaan gelisah akan sesuatu—ah.. lebih tepatnya gelisah karena Reggie.

Otaknya kini tengah berperang dengan banyak pertanyaan, seperti;

Reggie udah balik kan?

Eh, bang Malik ngusir nya kasar ga ya?

Atau dia masih ada di meja nya?

Setelah berperang dengan pikirannya, Galendra memilih untuk melihat keadaan Reggie.

Semata-mata karena perasaan khawatir.

Dia buang bekas makanannya terlebih dahulu, mengambil apron nya kemudian berjalan ke arah luar ruang khusus pegawai. Saat diri nya keluar, pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah Reggie yang sedang tertawa dengan Malik.

Melihat tawa dari pemuda manis itu, Galendra menjadi terpaku. Matanya terus menatap Reggie, detak jantungnya kembali berdetak dengan cepat.

Kok bisa ada manusia semanis itu? tanpa sadar ia mem-batin seperti itu.

Oy, Galen!

Suara malik langsung membuat Galendra sadar, ia pun menatap malik yang sedang melambaikan tangannya seakan menyuruhnya untuk mendekat.

Tungkai panjang yang tadi terpaku pun langsung bergerak dengan pelan menuju meja itu.

Kenapa, bang?” Tanya Galen.

Lo udah kelar makan kan? Temenin si Reggie dulu bisa kan?” Galendra melirik Reggie dan ternyata sang empu juga sedang menatap dirinya dengan binar yang sangat bersinar. Dengan cepat Galendra mengalihkan pandangannya kemudian mengangguk pelan kearah Malik.

Bagus. Nah, Reggie kamu bisa ngobrol dulu sama Galen. Kakak mau keluar sebentar soalnya” Reggie tersenyum lalu mengangguk paham, Malik yang melihat itu langsung terkekeh lalu mengusap rambut Reggie karena gemas.

Galendra hanya diam, menatap keduanya dengan datar. Malik pun mulai beranjak dari duduknya kemudian menepuk bahu kiri Galendra, “nitip ya, bro” lalu ia pun pergi ke arah luar cafè.

Setelah Malik benar-benar pergi, Galendra pun duduk di kursi yang diduduki Malik sebelumnya. Matanya menatap Reggie dan yang ditatap pun melakukan hal yang sama.

Lo siapa sih?” Akhirnya, pertanyaan ini terdengar secara langsung.

Aku Reggie, tadi Alen ga denger ya?” Mendengar hal tersebut Galendra langsung mendengus.

Gausah sok imut, lo cowo bukan?” Oke, pertanyaan itu keluar tanpa sadar.

Reggie pun sedikit tersentak namun dengan cepat ia mengatur ekspresinya kemudian tersenyum tipis, “Aku laki-laki kok, emang keliatan nya kaya perempuan ya?

Galendra diam sejenak, “Gaya bicara lo kaya perempuan” mendengar hal itu Reggie pun mengangguk pelan.

Dari dulu aku kalo ngomong kaya gini, aneh ya?

Pertanyaan Reggie itu cukup membuat Galendra merasa bersalah hingga ia memilih untuk berdehem singkat, “Kenapa lo chat gue tiba-tiba gitu?” Ia mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

Karena mau deket sama Alen

Galendra mengangkat satu alisnya dan Reggie yang melihat itu sontak menundukkan kepalanya.

Kenapa nunduk?

Tentu saja Galendra langsung bingung karena Reggie yang tiba-tiba menunduk, padahal daritadi pemuda manis itu menatap dirinya dengan binar antusias.

Apa dirinya terlalu kasar?

Alen kalo ngangkat sebelah alis ganteng banget” jawaban Reggie dengan suara pelan juga telinganya yang sedikit memerah cukup membuat Galendra seketika menahan nafasnya.

Maksud lo?

Alen kenapa bisa ganteng banget sih?

Oke, cukup. Galendra tidak sanggup lagi.