Bagian 5; Selamat.

“Renjun...” suara itu membuat Renjun yang sedang membuat sesuatu di dapur langsung berlari menuju pintu. Disana ia melihat Jeno yang berdiri dengan lemas dan hal itu membuat Renjun sangat khawatir.

“Apa yang terjadi?” Tanya Renjun sembari membantu Jeno untuk duduk di sofa.

“Aku lelah, sangat lelah” ujar Jeno dengan lirih.

Renjun tersenyum tipis lalu duduk menghadap kearah Jeno yang ada disebalhnya, kemudian merentangkan tangannya dengan lebar.

“Kemari, aku akan memberikanmu pelukan yang hangat!” Jeno tanpa sepatah kata lagi langsung masuk kedalam pelukan Renjun, menumpukan kepalanya di bahu sempit malaikat itu dan tangannya merengkuh erat pinggang ramping Renjun.

“Tak apa, Jeno. Merasa lelah itu wajar, aku disini akan menemanimu. Jangan merasa kamu sendiri, aku disini” Jeno mengangguk dan makin menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Renjun.

“Jen, mau seberapa lelah kamu... jangan pernah berpikir untuk menyerah ya? Tuhan tidak tidur, Jeno. Dia akan selalu bersamamu dan membantu segala permasalahanmu”

“Terimakasih sudah mengingatkan hal itu” Renjun mengangguk lalu mengelus surai Jeno.

“Jen”

“Hmm”

“Ibu mu tadi menelpon”

Jeno diam sejenak lalu melepaskan pelukan itu dengan cepat, ia langsung berlari kearah kamarnya untuk mengambil ponsel miliknya. Renjun yang melihat tingkah Jeno pun hanya terkekeh namun kekehan itu dengan perlahan memudar ketika melihat kedua tangannya.

Sudah dekat, ya?

“INJUN!”

“APA?”

Jeno berlari kearah Renjun yang ada diruang tamu lalu memegang bahu Renjun dengan kuat, matanya menatap si manis dengan binar kebahagiaan.

“Lusa, ibu akan pulang! Pekerjaannya disana sudah selesai, ibu akan pulang dan tinggal bersamaku kembali!” Renjun sontak tersenyum lebar.

“Yang benar?!” Jeno mengangguk antusias.

“SELAMAT, JENO! DOA MU DIKABULKAN LAGI!”

“AKU TAU! ah, aku akan berdoa dan mengucapkan terimakasih pada Tuhan setelah ini”

“Betul, kau harus melakukan itu”

Jeno menatap Renjun sambil tersenyum lalu bergerak untuk memeluk sang malaikat dengan erat.

“Aku bahagia, ren”

“Kau pantas mendapatkan kebahagiaan ini, jeno...”


Jeno berjalan menuju dapurnya setelah menggosok gigi dan membasuh mukanya, namun dapur dalam keadaan kosong. Tidak seperti biasanya?

Jeno pun berjalan kearah ruang tamu dan terlihatlah Renjun yang sedang bermain dengan.... seekor kucing? Tunggu, darimana kucing itu berasal?!

“Ren?”

“Kamu sudah bangun, Jen?” Renjun menoleh kearah Jeno sembari memeluk seekor kucing dengan erat.

“Kucing darimana?”

“Aku temukan dia di depan pagar rumahmu, wajahnya sangat menggemaskan jadi aku bawa masuk kedalam. Gapapa, kan?” Jeno menghela nafas, niatnya sih ingin menolak namun melihat Renjun yang berharap lebih... mau tidak mau, Jeno pun mengangguk.

“Baiklah, tapi bisakah kau membuat bulu nya tidak jatuh mengotori perabot rumah?”

“Aku bisa!”

Jeno tersenyum, “kau beri nama siapa?” Tanyanya sembari duduk disebelah Renjun.

“Aku bingung”

“Bongshik?”

“Bagus! Halo, bongbong~ aku injun~” ujar Renjun sembari mengusakkan hidungnya di perut kucing itu. Jeno pun hanya tersenyum karena melihat dua hal yang menggemaskan itu. Hingga senyumnya dengan perlahan memudar ketika menyadari sesuatu.

“REN?! KENAPA TUBUHMU SEPERTI MEMUDAR?!”

“Jeno...”

“Sial, tanggal berapa sekarang?!”

Tidak, jangan buat di pergi. Tolong, berikan waktu seminggu lagi. Ku mohon.

—B E D A.