Campur aduk.
cw // kiss
“Aleen“
Galendra yang mendengar seruan sang kekasih langsung menerbitkan sebuah senyuman lebar nan manis di bibirnya.
“Hati-hati, sayang” ujarnya sebelum sebuah pelukan erat Reggie berikan padanya. Galendra memeluk erat kekasih mungilnya, tangan kirinya bergerak mengusap surai halus milik Reggie dengan lembut, hingga si manis melepaskan pelukan itu.
“Ayo!“
“Ga sabar ya?“
“Banget“
“Oke oke, ayo kita berangkat” Ucap Galen sembari memakaikan helm pada kepala Reggie dan sehabis itu ia pun turut memakai helm.
Setelah memastikan si manis sudah duduk dengan aman dan nyaman, motornya mulai ia nyalakan kemudian melaju menuju sebuah lokasi yang dari semalam membuat Reggie penasaran.
“Sayang“
Reggie yang tengah menikmati jalanan kota yang agak ramai pun langsung menumpukan dagunya di bahu kanan Galen.
“Kenapa, Len?“
“Kamu bisa tebak ga kita mau kemana?” Reggie diam sejenak, matanya mulai menelisik area yang mereka lewati.
“Kaya ga asing deh” ujarnya.
Galen pun tidak merespon apa-apa, ia sibuk membelokkan motornya kearah kanan hingga sebuah sekolah yang besar pun dapat Reggie lihat.
“Eh?“
Galen mulai sedikit melambatkan laju motornya saat melewati bangunan tempat menimba ilmu itu.
“Itu sekolah sma aku tau” ucapan Galen membuat Reggie terdiam.
“Kalo itu sekolah kamu berarti...” gumaman Reggie terhenti saat melihat sebuah jembatan layang. Matanya membulat, degup jantungnya terpompa dengan cepat seketika, tanpa sadar tangannya meremat kuat jaket milik Galen.
“Jembatan layang itu...“
Galen sedikit menatap kondisi Reggie melalui kaca spion hingga sebuah senyum tipis muncul di bibirnya.
“Iya, Re. Itu tempat yang aku maksud. Tempat kita pertama kali bertemu” Tubuh Reggie semakin menegang.
Hingga motor Galendra berhenti di sebuah minimarket dekat jembatan layang itu. Reggie dan Galen pun turun dari motor itu, helm mereka sudah mereka lepaskan.
“Yuk?” Tangan Galen terulur kepada Reggie. Pemuda manis itu terdiam sejenak, menatap uluran tangan tersebut lalu menatap wajah Galen, yang ditatap pun langsung menampilkan senyum lembutnya hingga Reggie akhirnya menerima uluran tangan itu.
Mereka berjalan berdampingan, sembari menggenggam tangan satu sama lain, menikmati semilir angin yang berhembus di jembatan layang itu, juga mata mereka menatap hamparan sungai besar yang berada di bawah jembatan.
Hening melingkupi keduanya. Di setiap langkah mereka, pikiran mereka terus teringat akan cerita masa lalu yang terjadi di jembatan itu. Sedikit sesak pun Reggie rasakan disetiap langkahnya, nafasnya semakin tidak beraturan dengan perlahan.
Hingga langkah mereka berhenti, di tengah-tengah jembatan itu. Tautan antara keduanya belum terlepas, malah semakin mengerat.
“Re...” Galen menoleh kearah Reggie yang tengah meremat dadanya, seketika raut wajahnya langsung berubah menjadi khawatir.
“Hei, sayang? Kamu kenapa?“
“Sakit, Alen... sakit” ujar Reggie dengan suara yang lirih. Mata indah itu pun menatapnya, dapat Galen lihat mata itu tengah menahan sebuah air matanya hingga beberapa detik kemudian, air mata yang Reggie bendung pun tumpah.
Awalnya turun dengan perlahan dan lama-kelamaan turun dengan deras.
Galen yang bingung pun hanya bisa memeluk Reggie dengan erat, membisikkan kalimat penenang juga usapan lembut pada punggung juga surai milik Reggie.
“It's okay, baby. I'm here“
“Alen, Alen, Alen—hiks, aku gabisa berhenti nangis” ujar Reggie disela tangisnya dan Galen pun terkekeh pelan.
“Pelan-pelan, sayang” ucap Galen.
“Aku terus keinget kejadian dulu— aku harusnya biasa aja, tapi aku kenapa malah nangis? HUAAA, ALEN“
“Cup cup cup, gapapa nangis aja. Nangis sepuas kamu sayang, ga bakal ada yang ledekin kamu disini, gapapa” Reggie semakin menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Galen.
“Ka—kamu kok ga sedih?” Tanya Reggie dengan pelan.
“Aku?“
“Hum“
“Kenapa ya...?” Reggie seketika mendongakkan wajahnya untuk melihat sang kekasih.
“Kamu aneh” ucap Reggie sambil memanyunkan bibirnya.
Galen sedikit menundukkan wajahnya agar dapat melihat wajah imut Reggie. Tangan kanannya terangkat untuk merapihkan anak rambut si manis yang berantakan lalu mencubit pelan pipi sang kekasih.
“Kamu lucu banget, Re” Raut wajah Reggie kini berubah menjadi sedikit sebal karena pernyataan yang Galen lontarkan tiba-tiba.
“Dari lahir!” serunya setelah itu ia lepaskan pelukan antara mereka.
Galen tersenyum tipis saat melihat Reggie yang tengah berpegangan di pagar pembatas jembatan itu sambil menatap luasnya sungai yang tersaji didepan mata.
Sebuah pelukan dari belakang pun Reggie rasakan kemudian ia juga merasakan berat di bahu sebelah kanannya. Reggie sedikit melirik Galen yang tengah menatap sungai besar didepan kemudian ikut menatap apa yang ia tatap sebelumnya. Hembusan angin yang semakin terasa sejuk juga hembusan nafas hangat milik Galen yang terasa di lehernya membuat Reggie merasa nyaman.
“Re“
“Hm?“
“Kamu kalo lewat sini selalu sedih ya?“
Reggie diam sejenak, menghembuskan nafasnya lalu mengangguk pelan, “Iya dan aku gasuka” ucapnya dengan pelan.
“Kamu mau ga kalo lewat jembatan ini bukannya ngerasa sedih tapi malah ngerasa bahagia” Reggie mengernyit kemudian membalikkan tubuhnya kearah Galen, hingga kini posisinya mereka saling berhadapan dengan Reggie yang bersandar di pagar pembatas jembatan layang itu dan pinggang nya yang di peluk dengan erat oleh Galen.
“Gimana?” Galen tersenyum tipis lalu dengan gerakan yang cepat wajahnya langsung mendekat kearah wajah Reggie, mempertemukan bibirnya dengan bibir kesayangannya.
Reggie mengerjap, tangannya dengan reflek memegang bahu Galen, ia menatap wajah Galen yang sangat dekat dengannya dan matanya sudah tertutup dengan damai.
Tak lama kemudian, mata Reggie pun ikut tertutup, tubuhnya yang tadi tegang mulai rileks dan Galen langsung melumat dengan lembut bibir si manis.
Waktu seakan berjalan dengan lambat, suara bising kota seolah menghilang, yang dapat Galen dan Reggie dengarkan hanya suara detak jantung mereka yang berpompa dengan kencang karena merasakan euforia yang luar biasa.
Beberapa detik kemudian, ciuman mereka terlepas dengan perlahan, keduanya langsung mengambil oksigen yang sempat tertahan tadi.
Dengan wajah yang sedikit memerah, Reggie mencoba menatap Galen dengan garang, “Maksudnya apa cium-cium aku kaya gini?” ujarnya dan Galen hanya diam sembari menempelkan dahi mereka berdua.
Reggie sontak mengatup bibirnya, mata mereka saling bertatapan, menghantarkan sebuah rasa yang sedang mereka rasakan.
“Re” panggil Galen dengan suara rendahnya.
“Ya?” Jawab Reggie dengan suara lirihnya.
“Happy anniversary yang pertama untuk kita berdua” bisik Galen tepat didepan bibir Reggie.
Pemuda manis itu seketika mematung. Ah iya... aku baru inget. batinnya.
Senyuman hangat pun langsung terbit di bibir Reggie, “Happy anniversary too, Kapten” ujarnya setelah itu ia berikan kecupan singkat pada pipi kiri Galen.
“Re, terimakasih karena sudah bertahan dalam hubungan ini. Terimakasih atas semua kesabaran juga afeksi yang kamu kasih ke aku. Satu tahun bukan waktu yang sebentar dan kamu hebat karena bisa terus menemani aku sampe saat ini, makasih ya sayang” Reggie mengangguk pelan, senyuman hangatnya masih melekat pada bibir merah muda itu.
“Aku juga mau minta maaf, maaf karena aku belum bisa jadi pacar yang baik kaya pacar orang lain di luar sana, maaf karena aku yang kadang ga peka, dan maaf karena aku jarang ngasih afeksi lebih ke kamu” Reggie memilih diam, mendengarkan apa yang ingin dominannya sampaikan padanya.
Untuk pertama kalinya, Galen mengungkapkan semua apa yang ia ingin katakan kepada Reggie.
“Re, aku mungkin bukan pacar yang sempurna tapi aku mencoba untuk menyempurnakan hubungan kita” Rangkulan tangannya pada pinggang Reggie ia lepaskan, Galen membuat sedikit jarak antara mereka berdua.
“Maka dari itu, cara terakhir aku untuk menyempurnakan hubungan kita ini dengan—“
Reggie seketika menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya, air matanya tidak bisa ia bendung lagi, Reggie kembali menangis. Namun, tangis kali ini adalah tangis haru.
Matanya melihat jelas Galen yang tengah berlutut dengan satu kakinya, dengan tangan yang memegang sebuah kotak kecil berisi sebuah cincin yang indah.
“Menikahi mu, membuat hubungan kita menjadi lebih serius dan sakral karena hanya maut yang akan memisahkan kita nantinya” Galen memberikan senyum terbaiknya pada Reggie.
“Reggie Juandra, Will you marry me to make our beautiful memories more meaningful?” Ujarnya dengan tegas.
Reggie bersumpah, pertanyaan Galen kali ini adalah pertanyaan yang akan Reggie ingat selalu setelah pertanyaanya yang mengajak untuk berpacaran saat dulu. Kedua pertanyaan ini sama-sama membuat dirinya bahagia sampai rasanya ada beribu kupu-kupu yang terbang di perutnya, namun untuk pertanyaan kali ini rasanya beribu kupu-kupu itu juga beterbangan di area dadanya.
Kelamnya yang cantik menatap kelam tegas milik Galen, hingga sebuah senyuman lebar pun ia berikan pada sang dominan.
“Yes, I will“
Selesai sudah perjalanan cinta mereka dalam status Pacaran karena mulai esok mereka akan melanjutkan perjalanan cinta mereka dengan status yang lebih serius yaitu Menikah. Rasa percaya, Rasa setia dan Rasa cinta yang mereka bangun kemarin akan menghantarkan mereka kedalam kebahagiaan yang luar biasa banyak sekali di hari esok.
Selamat Galen dan Reggie, semoga kehidupan baru kalian akan berjalan lebih baik daripada hari kemarin.
Semua rasa yang mereka rasakan hari ini hanya dapat di deskripsikan dengan dua kata yaitu, Campur aduk.