Akhir.

Seorang pemuda berjalan kearah salah satu makam yang terletak di dekat sebuah pohon melati. Pemuda itu berdiri sejenak, menatap sebuah nisan yang terbuat dari batu itu. Ia mengambil nafas sebentar kemudian berjalan kearah samping makam tersebut lalu berjongkok di dekat nisan itu.

Tangan nya bergerak untuk menyingkirkan bunga melati juga daun-daun kering yang jatuh hingga membuat makam itu sedikit kotor. Setelah membersihkan makam itu, matanya menatap foto kecil yang ada di sudut nisan tersebut lalu tersenyum tipis.

“Halo, juna..” ia berucap dengan lembut sembari menaruh sebuket bunga daisy yang cantik di dekat nisan tersebut.

“Aku datang untuk kesekian kalinya” ujarnya masih sambil menatap foto kecil itu.

“Dengan perasaan yang masih sama” lirihnya lalu angin langsung berhembus pelan membuat ia memejamkan matanya sejenak.

“Udah dua minggu ya kamu pergi? Bagaimana rasanya terbang di langit?” Suara pemuda itu mulai sedikit bergetar karena menahan tangis.

“Juna... pada akhirnya, inilah happy ending nya ya? Tuhan benar-benar memberikan akhir bahagia untuk kita” setitik air mata Rajen mengalir pelan, membasahi pipi nya.

“Kamu bahagia di sisi nya dan aku— bahagia karena masih diberi kesempatan untuk memperbaiki hidup aku sendiri”

Rajen, pemuda yang tengah berjongkok di dekat makan Juna mulai menangis.

“Juna, kepergian kamu benar-benar meninggalkan banyak hal baik” ujarnya disela tangis.

“Kami, benar-benar disadarkan melalui kepergian kamu” Juna menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Ternyata, ini jalan yang semesta pilih untuk mereka semua.

Menyadarkan semua kesalahan mereka, membuat Juna bisa bahagia tanpa merasa sakit lagi juga mengajarkan apa arti hidup yang sebenarnya dan itu semua hanya dengan satu cara.

Mengambil Juna kembali.

Mungkin bagi beberapa orang ini akan disebut sebuah akhir yang tidak bahagia karena Juna harus pergi meninggalkan semuanya.

Tapi, coba di pikirkan kembali. Jika tidak dengan cara ini, apa akhirnya benar-benar akan bahagia? Tidak ada yang tau.

Hei, ingatlah satu hal. Tuhan sudah merencanakan jalan takdir dengan sebaik-baiknya. Jika harus mengambil kembali satu orang untuk membuat banyak orang sadar, maka itu hal yang paling baik kan?

Terkadang melepaskan adalah pilihan yang terbaik.

Juna dan Rajen memang tidak bersama pada akhirnya. Tapi itulah pilihan yang terbaik agar mereka tidak merasakan sakit yang lebih di masa depan nanti.

Bisa saja, di kehidupan selanjutnya Tuhan akan berbaik hati untuk membuat mereka bersama kan?

Menurut Rajen, inilah happy ending yang sebenarnya. Tidak akan lagi yang akan menyakiti Juna dan itu adalah alasan yang cukup untuk membuat dirinya berpikir bahwa ini sebuah akhir yang bahagia.

Walau tetep meninggalkan rasa sakit, tapi Rajen percaya Tuhan akan membantunya untuk menghilangkan rasa sakitnya.